Jauhi Prasangka

[Catatan Akhir Tahun] Canda adalah obat untuk rasa sedih dan kehilangan. Senyum, adalah cara untuk mengusir ketegangan yang memeluk diri kita. Meski begitu, terlalu banyak bercanda bisa mematikan hati kita. Kita jadi kehilangan sensitivitas terhadap kondisi orang lain yang sedang mengalami kemalangan di sekitar kita. Semua terlihat lucu dan pantas untuk ditertawakan. Dan terlalu banyak senyum, malah dikira ke-gatel-an. Hehehe.





Di tahun 2018 ini, keluargaku mendapatkan musibah kemalingan alias kemasukan pencuri. Dan kejadian ini terjadi ketika aku sedang menjalankan ibadah haji bersama suamiku. Dengan kata lain, si pencuri menggerayangi rumahku di saat di rumah hanya ada anak-anakku saja.
Jika kalian belum membaca kisahnya, kalian bisa membacanya disini: PENCURI . 

Setelah aku pulang dari ibadah haji 2018, anak-anak mulai bercerita apa saja yang hilang digondol maling. Kebetulan, kami memang melaporkan ke RT dan Polisi. Dan ini inventarisir barang-barang yang hilang yang tercatat di kepolisian dan RT setempat:
- 4 buah notebook (kok banyak amat, ini rumah apa show room? Nah, karena anak dan menantuku bekerja di bagian IT jadilah dipinjami notebook kantor oleh kantor tempatnya bekerja agar bisa bekerja di rumah sebagai programer)
- 50 gram perhiasan emas
- 3 buah handphone

Dan itu semua dilaporkan sesegera mungkin oleh anak-anakku sehingga yang dilaporkan yang terlihat nyata saat anak-anakku sadar baru saja kecurian. Bersama dengan berlalunya waktu, di saat tenang, barulah kami mulai mennyadari benda-benda lain yang juga dibawa oleh maling. Ada kamera mirrorless full setku. Huhuhu. Bahkan termasuk tripodnya juga dibawa.

Untuk mengusir kesedihan, aku bercanda: "Mungkin si maling pingin selfi makanya bawa tripodnya juga."
Lalu kami bercanda membayangkan kenorakan si pencuri yang sedang selfi.

Di tanggal 12 agustus 2018, setelah di tanggal 11 agustus aku mendengar kronologis kejadian kecurian itu dari adik bungsuku (jadi anak-anak begitu mendapat musibah langsung menghubungi tantenya ini sebagai orang yang dituakan dan bisa membantu memberi pencerahan di saat anak-anak shock segera setelah kejadian. Biar bagaimanapun, anak-anak tetap anak-anak, peristiwa pahit pertama yang mereka alami pastilah membuat mereka shock), aku kembali melakukan chat whatsapp dengan anak-anakku. Untuk tabayyun cerita kronologis kecurian versi anak-anakku setelah mendengar versi adikku. Setelah itu, barulah kami kembali menasehati anak-anak.

catatan parenting a la ade anita: Ingat ya, anak-anak tetap anak-anak. Mereka butuh nasehat. Dan nasehat itu tidak mengapa jika pernah diberikan sebelumnya lalu diulang lagi. Karena ingatan manusia sering mengalami penumpukkan kejadian sehingga ingatan yang lalu tertumpuk dan terlupakan. Karena itu seringkali nasehat yang pernah diberikan dulu, terlupakan. Itulah pentingnya untuk diingatkan kembali. Memang sih wajah mereka sedikit bete, dan sepertinya mata mereka kemana, telinga kemana, tapi percayalah omongan kita didengar oleh mereka. Dan diam-diam, anak-anak akan berusaha untuk memenuhi keinginan kita dengan cara mereka karena satu hal: mereka amat menyayangi kita orang tuanya.






Demikian, alhamdulillah keluargaku bisa melalui ujian kesabaran ini dengan selamat.

Tapi tahukah kalian bahwa ujian untuk mengukur keimanan manusia itu tidak melulu berupa sebuah kemalangan atau keterpurukan saja? Tidak selalu berupa mendapat penyakit atau kehilangan? Tidak. Sekali lagi tidak.
Karena, ujian untuk mengukur keimanan manusia terhadap Tuhannya itu bisa juga berupa kesenangan, kemenangan, serba punya dan memiliki kesempurnaan.

Bermula dari kepulanganku setelah selesai menjalankan ibadah haji 2018 ke tanah air kembali.
Aku tidak bisa menemukan cream wajahku. Dicari-cari kemana-mana tidak ketemu juga. Lelah.


Awalnya ringan saja aku bercanda memperagakan betapa LEKONG alias MELAMBAI nya si maling ketika mencuri.
"Aihhh... ini nih yang eyke cari selama ini. Ih, ketemu juga ya bok, eyke nggak usah beli nek." (sambil memperagakan gemulai tubuh si maling yang kesenangan hasil membongkar laci lemari menemukan cream wajah).

Awalnya lucu. Kami semua tertawa. Tapi, ketika lelucon itu diceritakan lagi, tiba-tiba, anak sulungku mengingatkanku. "Bu.... kalau ternyata si maling nggak gemulai, kita dosa nih karena sudah mengghibah dia."

Ups. Astaghfirullah.
Benar juga. Kesal boleh, tapi harus tetap jauhi prasangka. Bahkan meski prasangka itu lahir karena rasa kesal dan amarah sekalipun.

Lalu, ketika kami akhirnya kami membicarakan tentang perilaku si pencuri, kembali kami saling mengingatkan satu sama lain.

"Terus, notebookmu yang hilang itu isinya catatan kuliah. Gimana tuh kamu akhirnya?"

"Ya aku pinjam catatan teman, lalu copy semua sih. Habis gimana? Teman-temanku juga pada kaget pas aku ceritain bahwa aku habis kemalingan dan salah satu benda yang dibawa maling itu notebook. Kata temanku malah, ih untung amat itu maling, Notebook mu kan masih agak baru ya Na." (ini memang notebook baru hadiah karena putriku masuk Fakultas kedokteran UI).

"Iya ih, untung amat tuh maling. Kamera mirrorless ibu... padahal ibu nabung dari upah ibu sebagai blogger selama beberapa bulan tuh."

"Nah, itu... tablet dan gadget yang hilang."

"Iya... padahal SIMS ibu udah punya bayi tuh."

"Lah... SIMS aku bahkan punya bayi alien bu setelah berhasil dinikahin drakula dan alien. Untung banget tuh maling."

"HUSH. Perilaku mencuri itu bukan sesuatu yang menguntungkan. Itu perilaku jahat. Dan semakin berharga barang yang dicuri berarti semakin malang si maling itu karena berarti dia semakin mendholimi orang lain dengan perilaku mencurinya. Jadi harusnya kalian bilang, rugi banget itu pencuri karena dosa si pencuri semakin bertambah setiap kali kita menghitung kehilangan kita karena perbuatannya." Suamiku mengingatkan kami. 

Ah. Benar juga.
Tapi kesal tetap kesal. Tidak bisa hilang dalam sekejap rasa kesal ini, tapi, sebagai orang yang beriman dan ber-islam, kita tetap harus menegakkan kebenaran. Bahkan meski dalam sebuah kalimat prasangka.

"Kira-kira, siapa ya pencurinya? Ibu tadi ngobrol nih ama ibu-ibu tetangga yang tahu. Mereka ngasih kesaksian tuh apa yang terjadi sepanjang hari itu."

Lalu kami sekeluarga mulai mencoba untuk menganalisa dugaan tersangka.

"Kok dia tahu bahwa....."
"Iya, lalu kunci... kok dia...."
"Benar. Terus nih, dia kan.... "

Demikian obrolan kami sekeluarga. Semakin seru mengembangkan dugaan hingga sampai di satu titik yang akhirnya anak sulungku mengingatkan kami,
"Ini nih... kalau kita teruskan obrolan ini, kita bakalan su'udzon ke seseorang loh. Padahal, belum tentu benar. Sudah kita kecurian, masih juga kita kena dosa karena memfitnah seseorang nanti."

Astaghfirullah al adziim.
Benar juga.

"Iya, Sudah. Kita kemarin sudah berhasil loh melewati ujian kesabaran karena kehilangan, sekarang ujiannya lain lagi nih. Sabar dalam bentuk lain. Sabar untuk menjauhi prasangka."

Tahun 2018.... keluargaku mendapat pelajaran kehidupan baru: yaitu bertemu dengan aneka pelajaran di bab sabar dan ikhlas.
Bab yang terasa berat banget.

31 komentar

  1. ya alloh, semoga diberi rezeki yang lebih baik lagi dari Allah SWT. Aku juga di tahun 2019 pengen bisa lebih baik lagi menata hati, termasuk menjauhi prasangka buruk.

    BalasHapus
  2. Ya Allah bun, jadi pengingat juga ini untuk aku bun. Kadang suudzon itu dateng dari mana aja, suka khilaf kalau ngobrol eh malah berujung suudzon :'(

    BalasHapus
  3. wuahhh ceritanyaaaaaa..
    turut berduka ya atas musibahnya
    suka banget sama kerjasama keluarga mbak
    masyaALLAH spechlesss..
    aku kebayang gimana aku nanti bisa gak ya kayak keluarga mbak saling support dan kerjasama gini .
    btw itu soal cream muka lucu juga hehehe
    semangat ya kaliann

    BalasHapus
  4. Innalillahi wa innailaihirajiun..semoga diluaskan kesabaran dan rezekinya atas musibah ini ya mba. Pasti shock sekali :(

    BalasHapus
  5. sabar dan ikhlas itu memang dua hal yang mudah dilihat tapi susah diaplikasikan, mungkin di 2018 saya pun menghadapi hal yang demikian, dan berharap tahun ini bisa lebih sabar dan ikhlas, amiin

    BalasHapus
  6. Mbaa, ikut berduka atas kehilangan barang-barang berharganya ya mba :(
    Smoga dikembalikan dalam bentuk kelancarann rejeki. Memang tak mudah untuk menjauhi prasangka

    BalasHapus
  7. Aku kalau kehilangan pakai mantra gini, jika masih hakku makan akan kembali. Tapi kalau udah kecurian ya emang kudu waspada dan jauhi prasangka buruk

    BalasHapus
  8. Bener juga ya, Mbak. Sekesal-kesalnya kita, jangan smapai berprasangka negatif. Kita juga nanti yang rugi :)

    BalasHapus
  9. Sabar dan ikhlas itu memang agak sulit ya, soalnya tetap ada rasa kehilangan dan aku suka banget gimana cara keluarga kalian menyikapi dan saling mengingatkannya

    BalasHapus
  10. Kalau kemalingan sebanyak itu rasanya susah banget buat nggak kesel & suudzon ya mba. Mbak ade dan keluarga hebat banget bisa sesabar itu dan saling mengingatkan terus, MasyaAllah.. semoga cepat dapat gantinya ya mba :)

    BalasHapus
  11. segala musibah pasti ada hikmahnya. asal ikhlas Allah pasti memberi gantinya berlipat2 ganda. emang sih mudah untuk bilang ikhlas tapi sulit dijalani. semoga bu adeanita makin bertambah rejekinya. amiin.

    BalasHapus
  12. Semoga kehilangan kemarin mendapat rejeki pengganti yang terbaik ya mba.

    Btw, sabar dan ikhlas itu pelajaran yang akan selalu kita hadapi sepanjang hidup. Kadarnya aja yang berbeda. Aku udah beberapa kali mengalaminya

    BalasHapus
  13. Alhamdulillah anak sulungnya keren banyak ngingetin yaa hehe...salut dh

    BalasHapus
  14. Huhuu..ikutan sedih, mba Ade.
    Dan mashaAllah~
    Begitu kompaknya mba Ade dan anak-anak.

    Semoga Allah menggantikan dengan keberkahan yang berlipat.
    Aamiin~

    BalasHapus
  15. Selalu hati-hati ya mbak meskipun dirumah juga. Baca ceritanya bikin sedih. Semoga apa yang di curi oleh pencuri bisa digantikan lebih dari Allah mbak

    BalasHapus
  16. Masya Allah mbak Ade, salut sama anak2 mbak Ade tetap menjaga diri biar ga nambah dosa. Aku kalo dapat musibah gitu mungiin udah kusumpah-sumpahin itu maling se-anak cucunya tujuh turunan huh. Lah kok yang gemes aku sih

    BalasHapus
  17. Innalillahi Belum lama ini rumah Ibu gue juga kemalingan lho Mbak, hilang laptop adikku yang masih kuliah juga sampai dia uring-uringan semua tugasnya hilang kebayang sedihnya

    BalasHapus
  18. Baca postingan Mbak Ade ini malah menguatkanku untuk menuliskan sesuatu di blogku juga, Mbak. Thaun 2018 juga sangat-sangat berat bagiku. Banyak sekali pelajaran hidup yang kualami. Semoga secepatnya bisa kutulis.

    BalasHapus
  19. Mba Ade masyaAlloh jadi pelajaran buat aku yang suka berprasangka ke ART nih, jadi waktu itu aku selalu bekelin pospak beberapa buah jaga2 anak bayiku PUP nah setiap hari masa iya pospak habis banyak pospak alasan ART iya Rayi pup terus duh kok klo pup terus berarti Rayi sakit tapi kulihat fisiknya sehat dan setiap weekend tidak seekstrim yang diceritakan ART.

    Aku berdoa ya Alloh beri petunjuk lalu sore itu alhamdulilah Alloh kabulkan segera doanya, sepulang kerja aku hendak gantungkan jaket nah digantungan itu ada tas ART karena gantungannya tinggi akhirnya aku jinjit dan ketika lihat isi tasnya aku kaget ternyata selama ini ART membawa pulang pospaknya (pantesan boros) hahaha..sejak kejadian itu kalau ada barang hilang aku prasangka terus ke ART krn memang beberapa kali aku temukan barang2ku ditasnya :p

    BalasHapus
  20. huaaaa, itu banyak banget yg diambil, huhuhuh... gak bisa bayangin deh gimana perasaan anak-anak pas tahu kejadian itu Mbak.. mana ortunya lagi gak di tempat pula yaa.
    benar-benar ujian banget ya Mbak.

    BalasHapus
  21. Banyak juga ya kehilangannya. Emas sampai 50 gram itu huhu tapi semoga tetap ikhlas ya mba biar jadi tabungan akhirat.

    BalasHapus
  22. Kalo aku ga akan sesabar itu mba ade. Malingnya kebbangetan banget gondol barang sebanyak itu. 50 gram emas pula. Ya Allah

    BalasHapus
  23. Inalilahi.. Semoga yang hilang lekas dapat gantinya ya mba, ak kok jadi kebyang maling mau selfie. Jujur ak tipe yang panikan nggak tau deh harus berbuat seperti apa.. Ini pembelajaran sekali untuk aku dlm bersikap

    BalasHapus
  24. betuuul mba..seringkali setelah ditempa berbagai cobaan kita jadi punya banyak syak wasangka ..dan untuk selalu ingat dan praktikkan kesabaran memang tidak mudaaah ya mba. Tapi pasti kita bisaa

    BalasHapus
  25. Aku salut dengan carambak Ade mengatasi kehilangan, setuju banget mbak biar bagaimanapun kita harus menjauhi yang namanya prasangka ya

    BalasHapus
  26. baca cerita kemalingan Mba Ade ini, seketika mengingatkanku pada kemalingan yang kami alami beberapa tahun lalu (walau barang yang hilang gak sebanyak barang Mba Ade). Nyeseknya itu, huhuhu :(. Dan memang untuk ikhlas itu sulit banget, Mba :(

    Semoga keluarga Mba Ade diberi ganti yang lebih baik atas barang-barang yang hilang itu, amiin

    BalasHapus
  27. Innalillah semoga Allah ganti harta yang hilang dengan hikmah besar dan nggak terulang lagi di masa depan. Aamiin. Saya antara sedih dan geli karena krim itu hahaha. Mau ketawa tapi lagi kena musibah wkwk.

    BalasHapus
  28. Aku yang dapet kabar ini darimu aja rasanya nggak keruan, Mbak. Gimana Mbak Ade lagi ibadah malah dapet kabar buruk begini. Nggak ngerti gimana cara mengatur mindset biar nggak buyar. :(

    Stay safe kita semuanya ya :)

    BalasHapus
  29. Sabar dan ikhlas itu pelajaran yang sebenarnya paling sulit ya mba. Kadang kita bertanya, kenapa sih kita yang mengalami ini itu. Bahkan kadang ada jadi yang membenci nasib yang dialaminya dan malah menjauh dari Sang Pencipta.
    Keluarga Mb Ade nih luar biasa bisa 'naik kelas' dalam pelajaran sabar dan ikhlas.

    BalasHapus
  30. Semoga d ganti dengan rejeki lebih baik mba Ade. Sy yg bacanya handeul...50 grm.emas gitu

    BalasHapus
  31. Untung anak-anak nggak papa ya kak, semoga harta yang hilang akan tergantikan. Menjauhi prsangka itu yang susah sekali ya

    BalasHapus