Teristimewa (bagian keempat, bersambung)

Teristimewa lanjutan ke 4
Dari Celah hingga Jalan Raya

I. Celah.
Sebuah lubang yang terjadi tanpa sengaja.
Sebuah lubang tempat kesempatan bisa didapat.
Sebuah kesempatan yang terjadi hanya satu kali.

"Ibu menikah dahulu dengan bapak usia berapa?"
Aku bertanya pada perempuan yang terlihat putus asa di hadapanku ini.
Mungkin ini pertanyaan yang tidak penting.
Bukankah tak berguna bertanya pada daun kering yang tergeletak di atas lumpur, siapa yang menjatuhkannya dari ranting pohon?
Tapi sebuah kenangan cinta yang terekam baik selalu menerbitkan seulas senyum
Dan aku melihat setitik warna merah jambu di pipi yang tirus.

"17 tahun."
"Wah... Sweet seventen dong. Siapa naksir siapa nih?"
Sebuah senyum merekah di wajah tirus yang sumringah.

II. Pelangi
Tujuh warna fantastis yang menghiasi langit yang basah.
Merah yang membara oleh gairah, Hijau yang khusyuk, Jingga yang genit, Kuning yang lembut, Biru yang mengemban rindu, Nila yang tegas, Ungu yang tegar
Semua air mata bidadari yang jatuh bersama hujan, tersapu oleh indahnya pelangi
Lengkungannya selalu mampu membuang lara

"Kami dahulu menikah sirri. Bawah tangan. Sudah kadung cinta mati sama bapak. Jadi nggak peduli lagi meski orang tua nggak setuju. Jadi meski hidup susah tetap saja rasanya tentrem. Tapi sama orang tua akhirnya direstui sih, jadi nikah ulang biar dapat buku nikah."
Lalu mata yang cekung itu mulai melirik ke arah dinding yang penuh dengan bercak-bercak jamur
Hitam
Licin
Bau
Dan disanalah terdapat sebuah bingkai sederhana yang berisi sebuah potret.
Seorang pemuda tampak tersenyum bahagia mendekap seorang gadis remaja yang tertawa lebar.
Rona bahagia menebar.
Menghalau bau tengik jamur yang menempel di dinding yang tampak lusuh.
Bagai pelangi yang menghalau gerimis yang miris.

III. Atap.
Sinar mentari yang perkasa tak dapat menembus atap.
Padanya kita memperoleh kenyamanan untuk berteduh dari terik.
Tapi sebuah lubang kecil tak dapat menghalau tembusan cahaya.
Pada sebuah titik terang yang tertahta di lantai semen, mataku tertuju. Lalu menelusuri sulur cahaya yang terbentang antara noktah cahaya dan lubang di atap.
"Setelah menikah, langsung menetap disini atau masih tinggal dengan orang tua?"
"Masih tinggal dengan orang tua saya dulu. Suami belum bekerja. Dulu orang tua suami hidup dari kontrakan. Terus bapak mertua kasi modal untuk jualan cendol, dibeliin gerobak, stoples. Ya sudah suami kerja, baru saya ngontrak di petakan. Pas orang tua suami meninggal, saya tempati rumah ini. Ini semua petak-petak punya sendiri, nggak ada yang ngontrak. Dulunya kontrakan, tapi dibagi-bagi warisan jadi dah ditempati ama anak-anaknya."
"Berarti semua ini satu deret masih pada saudara suami semua dong?"
"Ya gitu deh. Tapi percuma sodara juga, pada nggak mau nulung."

Angin datang berhembus. Angin musim kemarau yang membawa hawa panas. Terdengar suara berderit dari arah samping rumah. Entah berapa lama kayu-kayu galar itu bisa menopang doyongan rumah yang makin miring ini. Rumah reyot ini bisa rubuh kapan saja.

"Saya bingung mbak. Anak saya mau sekolah, yang kecil mau masuk SD, yang besar mau naik kelas dua SMP. Mereka belum beli seragam. Yang SMP bahkan belum bayaran tiga bulan padahal minggu depan sudah harus lunas biar bisa ikut evaluasi. Habis, suami saya sakit sejak tiga bulan yang lalu. Jadi nggak ada yang keliling jualan. Hutang kami dimana-mana. Semua barang sudah kami jual untuk biaya berobat bapak kemarin. Saya takut lihat para tukang pukul itu datang."
Aku tercenung.
Menatap sekeliling isi rumah yang lengang.
Semua barang di rumah ini adalah barang yang dipungut dari pinggir jalan.
Atau barang yang tertinggal bertahan karena memang tak ada yang sudi membelinya.
Meja makan yang kakinya patah satu hingga harus diganjal dengan batu.
Atau kasur springbed yang bagian tengahnya sudah melesak ke dalam.
Yang tampak hangat mencerahkan hanyalah foto sederhana tentang seorang pemuda yang sedang merangkul seorang gadis muda yang tertawa penuh bahagia.
Aku termenung.
Lalu kembali menatap noktah cahaya yang tertahta di atas lantai.
Menelusuri jembatan cahaya yang mengantarkan mataku pada sebuah lubang di atas atap.

III. Cendol.
Minuman dingin yang terdiri dari adonan tepung beras yang disaring dengan saringan khusus hingga membentuk pilinan mungil. Disajikan dengan pemanis gula merah dan parutan es.
Aku suka cendol.
Murah meriah menyegarkan.

"Cendolnya dulu bapak bikin sendiri?"
"Iya."
"Ibu sendiri bisa bikin cendol?"
"Bisa."
"Berarti, setelah bapak meninggal ini, ibu masih bisa nerusin usaha bapak dong, untuk jualan cendol?"
Perempuan di depanku menggeleng. Penuh putus asa dia menatap kedua anaknya yang setelah makan nasi bungkus, kini tampak tertidur kelelahan di atas lantai.
"Saya bisa bikin cendol, tapi saya belum pernah berjualan cendol. Kaki saya reumatik, apa bisa keliling kampung menjajakan cendol?"
"Iya sih, berat memang. Biasanya, kalau reumatiknya kambuh diobati apa bu?"
"Minum sari daun bayam liar."
"Bayam liar? Maksudnya? Beda ya dengan bayam biasa di pasar?"
"Beda. Itu loh mbak, di trotoar, di pinggir selokan, di bawah tiang listrik, biasanya suka tumbuh tanaman yang daunnya mirip bayam. Nah, itu dipetik, ambil daun pucuknya saja dan batang mudanya, cuci bersih, rebus terus diperas airnya. Airnya itu bisa untuk menghilangkan sakit reumatik."
"Oh ya?"

Kadang, kita sering tidak menyadari bahwa nikmat dan kemudahan yang diberikan Allah sungguh amat sangat tidak terbatas jumlahnya. Tak mampu rasanya untuk dihitung satu persatu. Bahkan untuk si miskin yang tidak mampu membeli apa-apapun disediakan juga obat-obatan gratis di sepanjang jalanan yang terbentang.

"Wah, setiap hari saya selalu jalan kaki mengantar anak saya sekolah. Nanti deh saya bantu juga mengumpulkan daunnya itu agar ibu bisa segera bekerja. Jalanan yang saya tempuh cukup panjang. Setiap hari, saya bisa ganti variasi rute jalanan agar setok daunnya tidak pernah kekurangan. Ibu harus bangkit, bekerja. Berat pasti, tapi sekarang sudah tidak ada pilihan lagi. Karena segala sesuatunya memerlukan biaya. Anak sekolah, makan, bayar listrik, bayar hutang, semua memerlukan uang."
"Tapi saya takut tidak bisa. Aduh, saya tidak bisa. Bagaimana jika saya tidak bisa membayar semua itu?"
"Pelan-pelan. Semuanya dijalani secara bertahap saja. Sementara saya hanya bisa membantu mengumpulkan daun dulu mungkin. Yang penting, ibu yakin dulu ibu bisa dan Allah pasti akan memberi bantuan. Tuhan tidak pernah menelantarkan hambaNya begitu saja. Coba saja lihat, bayam-bayam liar Allah tumbuhkan dengan cepat dimana saja. Sama seperti Mengkudu yang bisa ada dimana saja."
"Bagaimana jika saya tidak bisa?
"Tapi mereka berdua yakin ibu bisa. Ibu amat berarti bagi mereka berdua." Aku menunjuk dua kepala mungil yang sedang tertidur pulas.

IV. Jalan Raya
Ada pepatah yang mengatakan kasih ibu sepanjang jalan. Panjang tak terputus.
Sejauh kaki melangkah.
Berderap dengan gagah atau meniti dengan tertatih.
Masih ingatkah kita semua kapan pertama kali kedua kaki kita menjamah jalanan?
Tidak.
Tidak ada yang ingat bagaimana rasanya ketika pertama kali kaki kita menjamah jalanan.
Tapi seorang ibu akan selalu ingat kapan anaknya pertama kali menjejakkan kaki.
Karena segala sesuatu ada tahapannya.
Dimulai dari hal yang paling mudah dahulu.
Bukankah pertama kali kita tidak pernah langsung berjalan dengan dua kaki?
Ada kedua tangan yang membantu menopang untuk merangkak.
Terjerembab beberapa kali.
Menangis sakit karena dahi yang terbentur.
Atau lutut yang lecet karena tergores jalanan.
Barulah setelah itu bisa berdiri sambil tersenyum bangga.

Semua ibu akan tertawa lebar ketika melihat anaknya akhirnya bisa berdiri sendiri.
Makin bangga ketika anaknya bisa berjalan.
Berlari kencang.
Lalu tiba-tiba memanggil penuh nada khawatir ketika laju lari anaknya menjauh dari pandangan.
"Hei, jangan jauh-jauh perginya nak, nanti kamu tersesat atau hilang."
Hmm.... Aku rindu almarhumah ibuku.
Rindu dengan tegurannya yang dulu sering kuabaikan karena aku merasa sudah lebih pandai.

------------
Penulis: Ade Anita, 2010.
Catatan penulis:
1. Hal-hal yang harus dilakukan ketika ada anggota keluarga atau tetangga yang kekurangan tidak dapat melanjutkan sekolah karena mendadak menjadi yatim.

A. Minta surat pengantar keterangan tidak mampu ke rt atau rw.

B. Pergi ke sekolah untuk mengajukan keringanan dengan membawa: surat pengantar keterangan kematian orang tua, surat keterangan tidak mampu dari rt/rw, akte kelahiran.

C. Jika surat-surat itu belum ada, beri keterangan secara verbal pada pihak sekolah tentang kondisi yang terjadi dan ajukan keringanan. Bukti administrasi menyusul.

D. Ajukan diri anak untuk masuk dalam daftar mereka yang menjadi tanggungan sekolah. Semua sekolah negeri (sd, smp, sma, dan beberapa perguruan tinggi negeri) akan membebaskan anak yatim dari keluarga miskin dari pungutan sekolah dan memasukkan mereka dalam daftar beasiswa dari hasil subsidi silang yang ada di komite sekolah. Tentu ada prosedur khusus yang akan dilalui seperti pengecekan langsung kondisi rumah, pekerjaan orang tua, jumlah penghasilan dan pengeluaran perbulannya, jumlah anggota keluarga. Semua semata agar pemberian bantuan tidak salah alamat atau disalah gunakan oleh mereka yang tidak berhak. Sedangkan untuk sekolah swasta, kebijaksanaan yang diterapkan umumnya bervariasi tergantung kondisi sekolah yang bersangkutan.

2. "Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.
(yaitu) Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).
Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.". (al Quran:Al Baqarah: 155-157)



Comment · Like · Share
Sayuri Yosiana, S Che Hidayat, Ate Aza and 12 others like this.
Nur Rahma Hanifah mbak inidibuat buku tak? :)
06 October at 16:23 · Unlike · 1 person
Ade Anita nggak tahu... apa laku ya kalau dibuat buku?
06 October at 16:27 · Like
Arfianti Dwi Kusuma Semoga kita menjadi orang yg lebih peduli pd keadaan di sekitar kita ya de...makasih banget utk selalu diingatkan...
06 October at 16:34 via Facebook Mobile · Unlike · 1 person
Ade Anita ammin Allahumma Ammin. Terima kasih doanya fifi... semoga kita semua begitu.
06 October at 16:38 · Like
Tyasti Aryandini Ingat teristimewa 3 tentang tertipu...saya sungguh tertipu mbak..trnyata usia mak ijo yg saya kira 60 tahun an ternyata, barulah 45 tahun..mama saya yg usianya 50 an tampak jauhhhh lebih muda dari Mak Ijo,dia juga menikah sirri,tanpa izin d...See more
06 October at 16:42 via Facebook Mobile · Unlike · 1 person
Ade Anita hehehe... kalau begitu nantikan kisah teristiimewa lanjutan ke 5 ya tyasti... ada catatan penulis tentang hal ini.
06 October at 16:43 · Like
Ade Anita btw, wajah perempuan memang cepat sekali terlihat lebih tua... kata orang, setiap kali dia mengejan, maka satu buah kerutan akan menghiasi wajahnya... dan setiap tangis yang dia keluarkan karena hati yang tersakiti, akan menambah satu kendur lagi di wajahnya.
06 October at 16:44 · Like · 1 person
Tyasti Aryandini Iya mbak,setuju sama ifa,dibuat buku saja..
06 October at 16:47 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita Pingin sih... nanti deh dibicarakan dengan pak Profesorku, pinginnya ada sentuhan resmi tentang keterkaitannya dengan Kesos.... hehehehe....:D
06 October at 16:51 · Like · 1 person
Elisa Trisnawati aku tambah suka dengan teristimewa 4 ini De. Tulisan kamu selalu penuh dengan pesan2 moral........I like it very much De.....
06 October at 16:56 · Like
Afifah Ahmad subhanallah... great note mbak...! Kerja sosial nyata
06 October at 17:17 via Facebook Mobile · Like
Arfianti Dwi Kusuma Ikutan ah de he2...setuju dibuat buku..jd bs dibaca anak..cucu (bila memungkinkan)..:)
06 October at 17:29 via Facebook Mobile · Like
Ilham Q Moehiddin II. Pelangi
Tujuh warna fantastis yang menghiasi langit yang basah.
Merah yang membara oleh gairah, Hijau yang khusyuk, Jingga yang genit, Kuning yang lembut, Biru yang mengemban rindu, Nila yang tegas, Ungu yang tegar
Semua air mata bidadari ...See more
06 October at 17:31 · Like
Amanda Ratih Pratiwi mak, kok ada cendol segala sih?
06 October at 20:09 · Like
Ade Anita ‎@amanda: hehehe karena tokoh yang aku ceritakan ini tukang cendol..dan aku penggemar cendol
06 October at 20:30 via Facebook Mobile · Like
Dwi Klik Santosa iya, mbak. alur ini bisa menjadi alur sebuah buku yang bagus .... harus dikemas dengan bagus dan diberi judul bagus .....
06 October at 20:32 · Like
Ade Anita ‎@ilham, fifi: nanti kalian beli ya bukuku jika memang dibukukan? hehehehe...doakan saja.
06 October at 20:33 via Facebook Mobile · Like · 1 person
Ade Anita ‎@elisa: makasih...emang diniatkan untuk nasehat pd diri sendiri dan anak cucuku sih semua tulisanku...manatau aku meninggal lebih dahulu, setidaknya aku punya kenangan untuk mereka. ammiin.
06 October at 20:35 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita ‎@dwi: itu sebabnya aku waktu itu tanya2 kamu brp ongkos jika bikin buku secara indie..aku suka kemasan bukumu...suka banget..
06 October at 20:40 via Facebook Mobile · Like
Astrid Septyanti Ar-Rosyidi hmm,saya jd bingung mbak mau komentar apa.
semua yg ada dalam kisah Teristimewa ini mengingatkan saya pd banyak hal.
makasie y mbak,sdh mengingatkn scra tdk langsung.
mgkn ini jg teguran Alloh,agar sy tdk lupa (lagi)..
sy tunggu Teristimewa bag...See more
06 October at 22:30 via Facebook Mobile · Like
Indria Auliani Menyentuh bgt mbk... Ayo bikin bukunya! :)
06 October at 22:31 via Facebook Mobile · Like
Fitri Gita Cinta Moga bukunya sgr terealisasi, mbak ade... :D
06 October at 23:18 via Facebook Mobile · Like
Nur Rahma Hanifah iya mbak ade, aku yakin pasti laku. sebenarnya buku itu kan tentang rasa. kalau untuk aku pribadi, sebuah 'rasa' itu kalau sudah enak akan sulit berpidah ke lain hati, begitupun dalam hal ini. tulisan mbak ade itu punya 'rasa' yang berbeda ...See more
06 October at 23:23 · Like · 1 person
Nur Azizah ayooo mba ade, dibikin buku! aku calon pembelinya insyaallah :)
07 October at 05:12 · Like
Ade Anita subhanallah...senangnya dapat support dari banyak orang gini...doakan saja ya biar bisa terealisasi... makasih teman-teman.
07 October at 05:36 via Facebook Mobile · Like · 1 person
Nazla Luthfiah Love this one, mba!
07 October at 06:55 via Facebook Mobile · Like
Vienna Alifa Rentetan kalimat ini :

"Kadang, kita sering tidak menyadari bahwa nikmat dan kemudahan yang diberikan Allah sungguh amat sangat tidak terbatas jumlahnya. Tak mampu rasanya untuk dihitung satu persatu. Bahkan untuk si miskin yang tidak mampu ...See more
07 October at 07:08 · Like
Aisyah Dian realita dalam masyarakat memang sangat menyedihkan. tetangga bisa jadi saudara dan saudara terkadang malah menghilang;(.

mbak ade ini ada terusannya atau ceritanya berakhir disini? teristimewa 3 aku nggak di tag lho,.. jadin ya langsung aja ...See more
07 October at 08:47 · Like
Ade Anita ‎@aisy: habis yg kemarin aku pikir kamu lagi sibuk, jd aku nda mo ganggu..maaf ya...mungkin masih terus
07 October at 12:07 via Facebook Mobile · Like
Ilham Q Moehiddin Sip..insyaAllah aku beli...tanya mas Dwi tuh :-) hehehehehehe
07 October at 13:17 · Like
Sari Viciawati ‎"Kita sering tidak menyadari bahwa nikmat dan kemudahan yang diberikan Allah sungguh amat sangat tidak terbatas jumlahnya. Tak mampu rasanya untuk dihitung satu persatu. Bahkan untuk si miskin yang tidak mampu membeli apa-apapun disediakan...See more
08 October at 17:07 · Like
Ate Aza aku suka membaca cerita2 mbak Ade. begitu manusiawi dan menyentuh.

makasih sudah berbagi. salam hangat mbak.
10 October at 13:12 · Like
Sayuri Yosiana wah mam, inspiratif bangett.seperti fiksi mini. selalu dalam makna filosofisnya. makasih mam, betah dech bacanya hehe. saluut!
16 October at 02:27 · Like
Ade Anita ‎@ate: makasih..salam hangat juga utkmu..senang deh baca apresiasimu utk tulisanku..bikin semangat..tks ya
16 October at 11:37 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita ‎@yuri: makasih ya say..
16 October at 11:38 via Facebook Mobile · Like

Teristimewa (bagian ketiga, bersambung)

Apa yang disisakan oleh sinar mentari di sore hari?
Mungkin hanya bayang-bayang sepanjang badan
Atau guratan kuning di kaki langit
Tapi bisa juga sebongkah senyum di wajah yang tidak lagi nestapa

Hati manusia memang tidak dapat disangka
Tak cukup hanya menilai seseorang dari seulas senyum yang menghiasi wajahnya
Dan jangan pernah tertipu oleh seraut wajah manis nan menawan
Terlebih jika wajah itu dimiliki oleh seorang penipu

Bertemu dengan penipu adalah hal yang paling menyesakkan.
Rusak binasa bangunan rasa percaya.
Kacau balau hubungan timbal balik yang telah terbina.
Lalu siapa yang harus dipercaya jika rasa percaya sudah dikhianati?
Dan siang itu, tujuh tahun yang lalu, aku tertipu oleh pandangan mataku sendiri.

"Jadi, usia bapak berapa?"
"32 tahun."
"Ah, masih muda. Lalu, ibu sendiri, berapa usianya?"
"29 tahun."
Perempuan dengan tubuh gemetar itu, ternyata memiliki usia yang jauh lebih muda dariku. Aku nyaris salah sangka, menyandangkan cap sebagai perempuan tua di pundaknya.
"Anak menyangka saya sudah tua ya?"
Aku terkejut, amat khawatir bila isi kepalaku terbaca.
"Tidak."
"Berapa usia anak sendiri?"
Aku menggeleng, enggan menjawab.
"Anak-anaknya sudah besar, pasti sudah lumayan berumur?"
"Sudah lapor rt setempat bu, untuk memberitahu kematian bapak?"
"Apakah anak eh… mbak sudah mencapai kepala tiga seperti saya?"
"Ah, mungkin lebih baik saya minta tolong seseorang untuk memberitahu pengurus masjid terdekat perihal kematian bapak."
"Ataukah jangan-jangan sudah mencapai kepala empat?"

Lalu tiba-tiba tangan kurus yang terlihat lemah itu mencengkeram lenganku.
"Berapa usiamu nak?"
"Nggak penting bu berapa usia saya."
"Tapi ibu ingin tahu nak. Berapa usiamu?"
Cengkeraman itu kian kuat. Dagingku mulai terasa dibenami sesuatu yang menyakitkan. Aku gelisah, bagaimana ini?
"Bu, itu tidak penting. Bapak harus dikuburkan, itu fokus kita hari ini bukan?"
"Bapak sudah mati. Apa lagi pentingnya hal itu? Masa muda saya sudah terlewati olehnya. Kecantikan saya tersedot oleh kesengsaraan yang terlalui bersamanya. Jika dia mati, apa lagi yang bisa saya lakukan? Hidup saya sudah tidak berarti lagi. Masa depan saya sudah terenggut oleh kematian suami saya. Saya tidak punya harapan. Jadi, saya ingin tahu usia mbak sebelum hidup saya berakhir?"

Aku tergugu.
Gelisah menggantang galau.
Gamang.


Kehidupan sering terkotak-kotak dalam berbagai perbedaan yang menggelisahkan.
Muda dan tua.
Cantik dan jelek.
Pintar dan bodoh.
Kaya dan miskin.
Sholeh dan kafir.
Terpuji dan terhina.
Gendut dan kurus.

"Berapa usiamu?"

Senang dan sedih.
Terpilih dan tersingkir.
Kalah dan menang.
Kecil dan besar.
Muda dan dewasa.
Laki-laki dan perempuan.
Tinggi dan pendek.
Modern dan kuno.
Baik dan buruk.

"Saya, ...ngg… 33 tahun."

Lalu aura di wajah itu pun berubah layu. Perempuan gemetar di depanku mulai menjambak rambutnya sendiri. Tak lama kemudian dia menunduk lalu menangis tersedu.
Meraung.

"Tuhan amat sangat tidak adil pada saya. Semua keburukan ditimpakannya pada saya. Lalu lihat apa yang dia berikan pada mbak. Saya hanya menerima sisa. Saya benar-benar sampah, saya benar-benar sampah."

Aku kian galau.
Merasa bersalah dengan kejujuran yang baru saja aku ucapkan.

"Sstt... Jangan bergerak bu. Ada nyamuk di wajah ibu."
Tangan gemetar itu mengusir dengan sekali kibas.
"Bahkan nyamuk pun menginginkan kematian saya lebih cepat."
PLOK!
Nyamuk mati terpukul. Darahnya muncrat di pipi.
Aku tersenyum.
"Bukan bu, nyamuk itu utusan Tuhan yang teristimewa untuk ibu."
"Kenapa?"
"Berarti ibu amat berarti, hingga darahnya dicari-cari. Sudah, jangan terus-menerus menyalahkan Tuhan. Jika tidak ada nyamuk, mungkin tidak akan berguna semua pemikiran manusia untuk mengusir nyamuk, dan pil kina tidak ada artinya sama sekali."
Perempuan gemetar itu menatapku lamat-lamat.
Tatapannya terasa mencoba untuk menembus ke dalam kepalaku.
Perlahan, aku mendaratkan tanganku di atas telapak tangannya dan mencoba untuk menepuknya secara perlahan.
Berharap rasa hangat yang kumiliki bisa sedikit memberinya ketenangan.

Jadi ... apa yang disisakan oleh sinar Mentari di sore hari?
Rasa sedih karena kehilangan hari yang ceria
Berlalunya waktu dalam kesia-siaan sepanjang hari
Rasa pilu menyambut gelap malam dalam gaun hitam yang muram
Tidak.
Itu bukan gambaran senja yang aku suka.

Baik, sekarang, tanya aku sekali lagi.
Apa yang disisakan oleh sinar mentari di sore hari?
Keindahan senja yang jingga
Semburat lembayung yang syahdu
Serta keteduhan angin yang berbisik lembut di telinga

Aku menyukai senja
Apakah kau juga menyukainya?

---------
Penulis: Ade Anita
Catatan penulis:
Hal-hal yang harus dilakukan ketika ada tetangga terdekat atau anggota keluarga kita meninggal dunia.
1. Lapor RT setempat. Petugas RT akan memberikan pada kita surat pengantar keterangan kematian resmi hingga tingkat kecamatan. Adapun biaya yang mungkin dikeluarkan di kelurahan dan kecamatan berkisar antara Rp100.000 s.d Rp500.000 (tiap-tiap lokasi berbeda-beda kisarannya dan biasanya, tidak diberikan kuitansi).

2. Lapor pengurus masjid terdekat untuk yang beragama Islam. Tiap-tiap masjid setempat, memiliki dana khusus untuk yang tertimpa kematian. Dana ini dipakai untuk membantu: honorarium sekedarnya bagi petugas memandikan jenazah, memberikan, Kain kaffan gratis bagi keluarga miskin (tentu saja harus ada surat keterangan kematian resmi dari RT setempat dan surat keterangan tidak mampu, juga dari RT setempat), dan menyediakan peminjaman gratis tenda sederhana sebesar 2 x 3 meter bagi pelayat di rumah duka dan meminjamkan kursi sebanyak 10 buah kursi lipat bagi pelayat. Juga penyediaan satu kotak minuman gelas kemasan, dan membantu memberitahu perihal kematian lewat pengeras suara. Termasuk disini peminjaman keranda mayat gratis.

Mengapa 2 hal ini harus dilakukan (terutama jika yang tertimpa musibah adalah keluarga miskin)? Karena siar pemberitahuan lewat pengeras suara tersebut bisa menghimpn dana tambahan dari masyarakt guna keringankan beban yang harus ditanggung oleh yang tertimpa musibah.

Untuk menguburkan mayat, di DKI Jakarta, ada sewa kuburan untuk 3 (tiga tahun) yang dibayar di muka dengan kisaran sebesar Rp150.000 s.d Rp300.000 (untuk tanah pemakaman umum di DKI Jakarta, memang diberlakukan sewa lahan kavling, tidak ada hak pemilikan kavling, dimana sewa tersebut berlaku untuk tiga tahun.
Setiap tiga tahun sekali, harus dilakukan pembayaran sewa lahan jika tidak maka kavling dianggap terlantar dan berhak untuk dialihkan kepada pihak lain tanpa pemberitahuan sebelumnya). Biaya membuka kavling kuburan berkisar antara Rp300.000 s.d Rp2.000.000 (tergantung apakah itu kavling pavorit atau tidak dan tergantung apakah itu termasuk tanah kuburan pavorit atau tidak. Yang dimaksud dengan kavling pavorit yaitu letaknya yang tidak terlalu jauh dari jalan raya, letaknya yang eksklusif seperti di hook atau tempat yang mudah diingat lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan tanah kuburan pavorit, yaitu tanah kuburan yang menjadi incaran banyak orang karena letaknya yang terkenal dan mudah dijangkau dari berbagai arah. Misalnya, areal pemakaman Karet Bivak, Menteng Pulo, dan sebagainya).

Comment · Like · Share
Aisyah Dian, Vienna Alifa, Afifah Ahmad and 8 others like this.
Astrid Septyanti Ar-Rosyidi aku juga suka senja.senja seringkali datang utk memberi waktu utk tenang,dan mengumpulkan asa-asa yang tersisa.

bagus banget mbak.hm,jd wanita itu tetangganya mb Ade y?
ternyata sesudah mati,msh mengeluarkan biaya jg y?...
01 October at 16:01 via Facebook Mobile · Like
Elisa Trisnawati Ade bagus sekali tulisannya..........
01 October at 16:08 · Like
Tyasti Aryandini Tulisan2 ini sungguh mengingatkan saya akan hal2 yang baru saja terjadi di sekitar kita...saya sungguh setuju kata Mbak Ade...kita harus memberitahu anak2 kita ttg keadaan kita sepahit apapun itu..setiap saat kami berdua memikirkannya dengan memberi wasiat masing2...
01 October at 16:25 via Facebook Mobile · Like
Indria Auliani Masih lanjut mba? Ku tunggu.. Trnyata umur belum tntu bisa menakar pelajaran hidup ya... Wanita kelihatan tua brumur muda dgn pngalaman hidup yg klihatan bgitu berat..
01 October at 16:26 via Facebook Mobile · Like
Ilham Q Moehiddin Makin menyeret...dan menyentuh di seri ke tiganya ini...

Terima kasih sudah berbagi...mba' Ade :-)
01 October at 16:53 · Like
Ade Anita ‎@elisa: makasih ya...kamu tuh asli teman yg paling setia baca semua notesku..:D
01 October at 16:54 via Facebook Mobile · Like
Elisa Trisnawati hehehehe.......soalnya aku suka baca tulisan2 orang yg pandai menulis, kan pembelajaran buat aku juga. Aku tuh suka gaya kamu menulis
01 October at 16:56 · Unlike · 1 person
Ade Anita ‎@astrid: tetangga jauuuhhh...tapi memang benar, setelah seseorang meninggal bukan berarti urusan bagi yg ditinggalkan ikut selesai.. ada kewajiban utk menshalatkan, mengurus dan menguburkannya..serta membayar semua hutang2nya.. dan menguburkan di pemakaman di DKI artinya cari kontrakan baru utk tanah 1 x 2 meter itu..(jadi emang kasian orang DKI Jkarta, sudah meninggal pun masih dikejar utk bayar kontrakan)
01 October at 16:58 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita ‎@elisa: aku malah masih mencari gaya yg enak buat nulis...ternyata kita masih sama2 belajar ya...
01 October at 16:59 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita ‎@indri: masih berlanjut sptnya (eh, aku nggak tau kamu ngikutin..makasih ya)
01 October at 17:01 via Facebook Mobile · Like
Elisa Trisnawati hehehehe iya de, aku juga kadang masih berpikir apa gaya menulisku tuh sudah tepat, enak dibaca dll. Kadang suka ragu dengan tulisan sendiri
01 October at 17:01 · Unlike · 1 person
Indria Auliani I'm your secret admirer B-)
01 October at 17:41 via Facebook Mobile · Unlike · 1 person
Astrid Septyanti Ar-Rosyidi wah,saya juga harus bersiap2 mengumpulkan uang "kontrakan" nih,
makasie mb Ade.tulisan2nya buat saya jd byk "berpikir" ...
01 October at 18:17 via Facebook Mobile · Unlike · 1 person
Dessy Aja sedih jdnya...smg kepergianku nanti tdk smp menyusahkan keluargaku..
syukur melanda..ternyata ada yg jauh lebih susah...betapa tak bersyukurnya aku.....fabi ayyi alaa irobbikuma tukazzibaan...
01 October at 19:47 · Unlike · 1 person
Dwi Klik Santosa ya, sendu ..... memang seakan-akan bisa seperti itu hidup itu .... seolah-olah membawa penderitaan karena nasib yang terus kurang dari yang lainnya ... setiap orang punya misteri tersendiri untuk bisa merasakan senang dan sedih .... tapi saya rasa, hidup dijalani saja dengan heppy .... jika ukuran sedih itu meratapi diri sendiri ... saya rasa, jadi teramat sulit jika kita harus bisa memberi untuk membuat kesenangan diri ...
02 October at 09:44 · Unlike · 1 person
Ade Anita baru baca sekarang..maaf..
@dwi: iya..semua jalan hidup itu emang unik ya..makasih ya dwi
02 October at 09:47 · Like
Ade Anita ‎@dessy: ammiin.. itu juga harapanku..
02 October at 09:47 · Like
Ade Anita ‎@astrid: jangan cuma siap2 ngumpulin uang kontrakan tapi juga jangan sampai berhutang dan menyusahkan ahli waris kita kelak.
02 October at 09:48 · Like
Ade Anita ‎@indri: ahay... ahay... ini mah dari dulu bukan?? sejak jamannya istilah tebar pesona.. hahahaha
02 October at 09:49 · Like
Ade Anita ‎@elisa: kondisi itu aku alami kalo aku kebanyakan baca notes2 keren orang2 ..."duh, bisa nggak ya nulis seperti itu?
02 October at 09:51 · Like
Astrid Septyanti Ar-Rosyidi betul betul betul mbak,
yg pastinya jg harus terus menyiapkan bekal y mbak..
02 October at 11:40 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita yg terakkhir in i pasti dong..judulnya harus kalo nggak mau remuk dihadapan malaikat munkar dan nakir..:D
02 October at 14:24 via Facebook Mobile · Like
Ate Aza di seri ketiga ini ada larikan2 syair yang bijak sekali. mengikuti 3 seri kisah mbak Ade ini sungguh besar manfaatnya. saya kagum.

makasih yah. salam hangat, mbak. saya menanti kisah lainnya.
03 October at 11:19 · Like
Arfianti Dwi Kusuma Ade makasih ya (sori baru baca hari ini)...banyak pelajaran dalam tulisan ini...sama seperti yg 1 dan 2...tetep request..jangan bosan2 tag nya ya...he3..tq
04 October at 12:46 · Like
Ade Anita ‎@arther: makasih, ini hasil lalu lalang membaca notes2 keren kalian para penyair...jd, jgn lupa tag aku utk notesmu agar bisa tetep belajar nulis
04 October at 17:06 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita ‎@fifi: iya..aku selalu tag kamu kok skrg...makasih ya
04 October at 17:07 via Facebook Mobile · Like
Nazla Luthfiah As usual tulisan mba ade terjalin kuat, mengalir mulus :)

Mahal jg ya pemakaman umum. Selama ini keluarga selalu pakai tanah sendiri
07 October at 06:38 via Facebook Mobile · Like
Vienna Alifa ‎*duduk anteng, menikmati seri tulisan ini di pagi sunyi..*

Mb Ade, jempolku ini saja ya yg cukup menjadi saksi..
Bahwa diriku terhanyut menyesapi hikmah di beberapa lembar halaman catatan hatimu.
07 October at 07:37 · Like
Aisyah Dian teh Viena sama, ini juga lagi hanyut sama coretan mbak ade. nggak cuma ilmu nulisnya yang dapat, tapi pengetahuan umum tentang kuburan di Jakarta, syukroon tagnya mbak ade.
07 October at 08:35 · Like

Teristimewa (bagian kedua, bersambung)

Tujuh tahun itu bermula di hari ini.
Hari dimana matahari bersinar amat terik
Laksana pedang yang menghunus hingga menembus ke dalam kulit
Tulang-tulang pun terasa bergemeretak terpanggang kering
Kulit terasa sakit bagai tercubit-cubit

Semua orang merasa gerah
Semua orang juga merasa cemas
Sebilah pisau terhunus tampak sudah bersiap-siap di depan nadi lengan kurus yang gemetar
"Aku mau mati... lebih baik aku mati saja."
"Jangan bu, jangan lakukan itu, ingat Tuhan... Ingat Tuhan."

Pisau itu pun tertahan karena ada kata Tuhan disebut
Lalu mata cekung itu menatap si pencetus kalimat dengan tatapan nanar
"Siapa Tuhan? Dimana Dia saat ini? Suami saya mati meninggalkan saya dan anak-anak begitu saja. Ada orang yang siap menghabisi nyawa kami karena kami punya hutang dimana-mana? Dimana Tuhan saat ini? Mengapa Tuhan membiarkan semua kesengsaraan ini terjadi pada kami? Mengapa? MENGAPA???"

Lalu kaki gemetar yang menopang tubuh kurus itu pun lunglai kehilangan daya topang
Bagai daun yang kering terjatuh dari ranting
Tak berdaya
Juga kehilangan segala
Diam pasrah pada desakan angin yang perkasa

"Cepat. Ambil pisaunya sebelum nadi terlanjur diputus."

Tujuh tahun itu bermula di hari ini
Di siang yang panas terik
Hingga tenggorokan terasa kerontang
Perempuan itu kini sudah ada di hadapanku
Duduk bersimpuh di atas bangku yang busanya sudah menyembul keluar dimana-mana
Mungkin tergerogoti oleh cakar yang kelaparan dan ingin menyulap busa agar berubah menjadi makanan pengganjal perut
Sayangnya, telah tertebar bolong dan keropos di banyak tempat di atas bangku
Makanan tidak juga terwujud begitu saja
Yang ada sekarang adalah wajah tirus dengan air mata yang sudah mengering
Alhamdulillah, akhirnya mayat suaminya yang terkapar di depan rumah bisa juga dikuburkan
Dan mungkin kini sudah telentang berhimpit dengan tanah dan sebilah papan

"Jadi, apa yang akan ibu lakukan sekarang?"
Perempuan itu pun menatapku dengan tatapan yang nanar
Kedua bola matanya berwarna abu-abu
Pertanda air mata sudah mulai mengering di dalam danau yang dulu pernah ada di kedua bola mata tersebut
Tak ada sepatah katapun yang terucap
Yang aku temui hanya dua buah bibir kering yang gemetar

Tangan yang gemetar
Bibir yang gemetar
Kaki yang gemetar
Mata yang nanar
Air mata yang kering
"Bu, ibu sudah makan belum?"
Tak ada jawaban
Hanya ada sebuah kepala yang menunduk kian dalam
"Bu, kapan terakhir ibu makan?"
Kepala tertunduk itu menoleh ke arah dua kepala mungil yang bersimpuh di mulut pintu
Astaga
Cerita ini bukan cerita tentang perempuan kurus yang memiliki sepasang kaki yang gemetar
Karena di samping perempuan ini ada dua buah kepala yang masih menjadi satu rangkaian tak terpisahkan
"Dik, kalian sudah makan belum?"
Wajah-wajah polos itu saling menatap satu sama lain
Lalu kompak menunduk menekuri lantai
"Dik, kapan terakhir kalian makan?"
Salah seorang anak akhirnya mengangkat dua buah jarinya dengan rasa ragu
Kedua jari yang gemetar
Dari dua buah tangan kecil nan kurus yang juga gemetar
"Dua hari yang lalu, sebelum bapak meninggal."

Lalu tiba-tiba seekor cicak menjatuhkan serpihan cat yang mengelupas dari langit-langit yang sudah amat rapuh
PLUK

Tujuh Tahun itu bermula di hari ini
---------------------
Penullis: Ade Anita
Ini bukan cerita fiksi, juga bukan juga cerita rekayasa
Ini cerita fakta, sambungan dari http://www.facebook.com/note.php?note_id=456832525928
Atas permintaan banyak teman, mereka minta versi lengkap jalan ceritanya, jadi aku nulis lagi deh bagian berikutnya
Semua cerita benar terjadi, cuma nama tokohnya saja yang diganti
masih bersambung terus ya
Comment · Like · Share
Vienna Alifa, Afifah Ahmad, Ate Aza and 13 others like this.
Lia Kiftia jzk de....ikutan baca lho!
29 September at 21:05 via Facebook Mobile · Unlike · 1 person
Astrid Septyanti Ar-Rosyidi ah,wanita itu.wanita itu pun telah kehilangan.menyisakan sedikit asa yang masih tersisa.merantau jauh menempuh buih2 lautan.hanya karena 1 kata,
"anakku"..,
hiks..bc crta mb Ade,astrid jd berlinang air mata.teringat betapa kuat sekaligus muda...See more
29 September at 21:07 via Facebook Mobile · Like
Astrid Septyanti Ar-Rosyidi jazakillah khoir y mb Ade,astrid sdh di tag.bsk2 di tag lg ya, T_T
29 September at 21:10 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita iya insya Allah astri dan lia... makasih ya..
29 September at 21:19 via Facebook Mobile · Like
Tyasti Aryandini Iya Mbak Ade jazakillah,saya tunggu tag-tag selanjutnya,semoga kita selalu menjadi hambaNya yang bersyukur dan bs berbagi dalam lapang maupun sempit,Amin..ya Robb..
29 September at 21:21 via Facebook Mobile · Unlike · 1 person
Nur Azizah mbaaaaaa..........hiks
*sedih, terharu menjadi satu

ya allah semoga kami smua yg ada disini tdk termasuk hamba yg kufur akan nikmatMu..amin
29 September at 23:49 · Unlike · 1 person
Iie-Chilly Willy Julivanie Aspinall Tdk dpt berkata2 lagi...sedihhhhhh sekali De...
30 September at 02:19 · Unlike · 1 person
Arfianti Dwi Kusuma Makasih ya de..jgn bosen tag aq ya he2...ceritanya ok banget..menyentuh...
30 September at 05:56 via Facebook Mobile · Unlike · 1 person
Ade Anita semua .. makasih... ceritanya belum selesai kok..
30 September at 05:57 · Like
Elisa Trisnawati Lanjutannya kapan de? hehehe....ga sabar baca lanjutannya nih
30 September at 08:31 · Like
Fajar Alayubi Nice. emosinya apik.
30 September at 08:38 via Facebook Mobile · Like
Ilham Q Moehiddin Prosa yang sangat menarik. Ikut terbawa dalam perasan perempuan itu. Lalu terseret dalam jejak solusi yang ditawarkan Ade. Ikut mendengar keluhnya bersama Ade...

Ini kuat sekali.
Terima kasih, ya penulis Ade...:-)
30 September at 12:57 · Like
Dwi Klik Santosa pilu.
30 September at 14:15 · Like
Faradina Izdhihary aku merasa jadi perempuan itu, aku merasa terdera menatap kedua buah hatiku itu.. aku ingin bertemu dengan perempuan itu
30 September at 17:21 · Like
Ade Anita ‎@ilham: belum selesai...btw, sepertinya aku memang cenderung nulis ke arah prosa ya ketimbang nulis puisi...btk penulisan spt di atas ini yg aku suka dan amat nyaman nulisnya... eh, dah nggak peduli sih sebenarnya bakal masuk genre atau kelompok apa nulis seperti model di atas... tapi jauh lebih have fun dibanding waktu kejar deadline..hehehehe
30 September at 19:21 via Facebook Mobile · Like · 1 person
Ade Anita ‎@dwi: iya, itu juga yg hadir di hatiku pas ketemu kasus ini
30 September at 19:23 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita ‎@lisa dan fajar : makasih
30 September at 19:24 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita ‎@mbak farad: sekarang dia sudah tidak seperti ini lagi mbak, alhamdulillah....(aslinya aku nggak tau dia tinggal dimana skrg, tapi wkt ketemu ronanya sudah rona bahagia)
30 September at 19:26 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita ‎@nur azizah: iya, kemiskinan memang sering membawa manusia ke arah kekufuran.. tapi sebenarnya bukan cuma cobaan kemiskinan aja sih yg bisa menghantar kesana, cobaan kekayaan juga sama saja...tapi aku suka doamu...ammiin allahumma ammiin, semoga kita tetap berada dalam balutan iman, islam dan taqwa.
30 September at 19:29 via Facebook Mobile · Like
Ilham Q Moehiddin ‎@Mba Ade...
Betul..dan setuju sekali!
Pokoknya nulis...gak usah fikir dia mau masuk genre mana...yg penting ide, gagasan dan pengalaman bisa dituliskan. Soal teknis belakangan aja...
Walau akhirnya jd genre baru pun ok lah..bhahaha
(mba ada pu...See more
01 October at 00:06 via Facebook Mobile · Like
Sari Viciawati
"Laksana pedang yang menghunus hingga menembus ke dalam kulit"

...Rasanya pasti sangat perih... Perih sekali... :'(
01 October at 11:20 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita ‎@sari: iya...panasnya nyelekit banget waktu itu, tapi semua itu akhirnya nggak lagi kerasa pas liat ada orang yg mau bunuh diri gara2 nggak bisa nguburin mayat suaminya...ternyata ada yg lebih merindingkan bulu roma dan nyelekitnya lebih dari sengatan matahari
01 October at 11:31 via Facebook Mobile · Like
Naqiyyah Syam Full hiks:(
01 October at 15:29 · Like
Ate Aza mbak Ade, aku kian hanyut. meski harus berflash back. ini sungguh asik, mbak. aku meluncur ke bagian ketiganya.
03 October at 11:12 · Like
Nazla Luthfiah Sedih :(
07 October at 06:32 via Facebook Mobile · Like

Teristimewa (bagian pertama, bersambung)

Tujuh tahun lalu aku pertama kali bertemu dengannya.
Seorang perempuan biasa.
Rumahnya biasa, rumah sederhana dengan satu buah pintu dan empat buah jendela yang terbuat dari kayu yang sudah rapuh. Beberapa atap rumahnya tampak sudah lenyap. Hingga memberi celah bagi mentari untuk menggantikan bohlam lampu di malam hari. Sebuah bohlam lampu yang ada di tengah ruang tamu adalah satu-satunya bohlam lampu yang ada di rumah tersebut. Jangan pernah pergi ke samping rumah. Karena rumah ini adalah rumah yang istimewa. Empat buah tonggak bambu telah menopang salah satu dindingnya, agar rumah ini bisa tetap berdiri kokoh meski doyong ke samping

Kedua anaknya juga anak biasa. Punya kulit setengah terbakar karena terlalu banyak terbakar sinar matahari karena kegiatan mereka yang memang banyak dilakukan di luar rumah. Membantu bapaknya keluar masuk kampung berdagang cendol. Atau membantu ibu mengambil daun pisang untuk dijual ke pasar tradisional.

Yang teristimewa justru peristiwa ketika aku pertama kali bertemu dengan perempuan biasa ini.
Ketika itu, dia menatapku dengan bola mata yang nanar.
Bola mata yang cekung. Rupanya seluruh danau air mata yang pernah ada di sana telah habis terkuras hingga kini hanya meninggalkan sebuah cekungan yang amat dalam. Sedalam jurang yang terjal. Bahkan kita bisa melihat isi perut bumi di dalamnya.

Kedua kakinya tampak gemetar. Tak kuat menahan beban tubuhnya yang hanya tersisa sekelingking saja.
Lalu bibirnya yang kering kerontang gemetar menyampaikan keinginan kuatnya padaku,
"Aku ingin mati saja."
Dan tiba-tiba dia pun luruh di hadapanku. Berusaha untuk menangis tapi tak dapat mengeluarkan air mata lagi. Bahkan kemudian jemarinya mengais-ngais tanah, berharap tanah akan terbuka dan menguburkan dirinya hidup-hidup. Sebuah pisau sudah siap memutuskan urat nadi di tangannya.
"Dia tidak main-main, dia memang ingin bunuh diri sejak tadi." Beberapa orang yang berkerumun mengelilingi perempuan itu mulai berbisik padaku.

Ya. Tujuh tahun yang lalu, suami perempuan ini meninggal karena penyakit yang cukup parah. Meninggalkan dua orang anak yang masih kecil, istri yang kurus kerontang, dan hutang yang bertumpuk-tumpuk amat gemuk. Semua orang memburunya agar segera melunasi hutang yang terus berbunga setiap harinya, lalu berbuah dan bertunas dengan amat suburnya. Tiap-tiap putik sarinya memiliki taring yang menancap kian dalam di daging tubuh lalu ganas menghisap darah.
Sementara semua saudara menutup pintu mencoba membersihkan diri dari silsilah keluarga.
Sedangkan suaminya.... terkapar di atas lantai dalam keadaan sudah menjadi mayat
Tidak ada uang, bahkan untuk mengurus jenazah dan menguburkannya secara layak.
Sebagaimana yang dilakukan oleh orang biasa.
"Berapa memangnya biaya yang dibutuhkan untuk mengurus dan menguburkan jenazah?"
"Rp500.000."

Beberapa mulut mulai bergumam dengan kepala bergeleng tanda menyesali sesuatu, "Ah, sudah tahu miskin, kenapa harus mati? Sakit saja dilarang, apalagi mati? Kalau begini, mau dikubur dimana coba?"

Ingin rasanya aku memeluk tubuh ringkih itu erat-erat
Agar kehangatan bisa aku kirim secepatnya, dan gemetar pilu itu pun pergi terhalau
Tapi yang bisa kuberikan ternyata hanya dua buah gumpalan kapas
"Sumbat telingamu, bayangkan saja dari gumpalan kapas itu sedang diputar irama merdu dari gemericik air sungai nan bening di surga"
Dunia ini mungkin memang hanya milik mereka yang luar biasa, tapi Tuhan tahu, dimana orang biasa bisa memperoleh penghiburan

Lalu kemarin, aku bertemu lagi dengan perempuan biasa ini
Dan kembali dia meluruhkan dirinya di hadapanku
Sesenggukkan menahan tangis yang berkepanjangan
"Saya amat bahagia sekarang. Bahagia sekali. Anak saya yang besar sudah bekerja jadi OB di supermarket. Yang kecil masih terus bersekolah. Rumah saya juga tidak lagi mau rubuh. Ternyata benar, di balik kesulitan ada kemudahan. Setelah rasa pahit habis, saya bisa menemukan rasa manis yang sangat manis."

Tanpa terasa aku langsung meraih tubuh kurusnya yang mulai menua dalam pelukanku
Sejak dulu aku memang ingin sekali memeluknya erat-erat
Tapi dulu aku takut tulangnya yang rapuh akan patah berderak
Dengan rasa yang meluap terbawa arus bahagia yang digantangnya, aku mencoba mencari bola matanya
Bola mata yang tidak lagi cekung
Bahkan rona merah jambu telah mengalir di pipinya yang tidak lagi tirus

"Dunia ini mungkin hanya milik mereka yang luar biasa, Tapi Tuhan selalu tahu siapa yang istimewa. Ibu adalah salah satu yang teristimewa, kebangkitan ibu melawan keterpurukan itu amat sangat luar biasa. Bahkan melebihi orang yang luar biasa. Terima kasih ya bu, karena sudah mengajarkan pada saya, apa arti bangkit berdiri."

-------
Penulis: Ade Anita (dalam keterpanaan karena untuk kesekian kalinya melihat campur tangan Allah pada mereka yang terpilih. Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar).


Comment · Like · Share
Vienna Alifa, Sayuri Yosiana, Saptari Kurniawati and 21 others like this.
Elisa Trisnawati Ade bagus sekali.......begitu menyentuh, baca tulisanmu ini kerongkonganku tiba-tiba kering dan sakit.
23 September at 14:01 · Unlike · 1 person
Elisa Trisnawati O iya ketinggalan..........banyak pelajaran tersirat didalamnya...aku suka
23 September at 14:02 · Like
Ade Anita berarti kamu bisa membayangkan apa yang terjadi di dalam hatiku ketika bertemu dengan perempuan ini ya...sama lis, kehabisan kata-kata...
23 September at 14:02 · Like
Elisa Trisnawati Ini kisah nyata ya de? luar biasa ya....
23 September at 14:04 · Like
Nur Azizah mba, perempuan itu siapa? apa yg sudah terjadi pdnya hingga ia merasa bahagia?
23 September at 14:25 · Like
Tyasti Aryandini Mbak Ade...saya jd teringat Mak Ijo,masih kerabat suami saya,yg suaminya baru wafat akhir ramadhan kmarin.dulu..Mak Ijo adalah istri muda.jadi anak2 dr istri tua yg sdh lama skali wafat..skrg ini amat membencinya.Pagi td dia datang memohon ...See more
23 September at 14:31 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita ‎@nur azizah: tujuh tahun lalu kedua anaknya tidak bisa sekolah krn tidak ada biaya, rumahnya mau rubuh bahkan dia nggak bisa ngurus dan ngubur jenazah suaminya krn nggak ada duit. belum para rentenir yg nguber2. trus, akhirnya ada ortu asu...See more
23 September at 14:44 via Facebook Mobile · Like
Nur Azizah ooh...kok mba ade bs kenal? dekatkah dg dia?
23 September at 14:46 · Like
Ade Anita hmm...aku dan suamiku juga bingung kadang2, sering sekali bertemu orang2 istimewa ini. tujuh tahun yg lalu, ada teman yg tiba2 ngasitahu ada orang yg mau bunuh diri di daerahnya... awalnya diisyukan dia perempuan gila krn stress.... jadi aku dikenalin deh...
23 September at 14:56 via Facebook Mobile · Like
Heni Ummu Jaisy Qt memohon kekuatan... Dan Allah memberi Qt kesulitan2 untuk membuat Qt tegar, Qt memohon kebijakan... Dan Allah memberi Qt berbagai persoalan hidup agar Qt Tambah bijaksana, Qt memohon cinta dan Allah memberi Qt orang2 bermasalah untuk diselamatkan dan dicintai. Bgtulah diantara cara Allah membimbing Qt. Wallahu'alam bishowab.
23 September at 15:09 via Facebook Mobile · Like · 2 people
Ade Anita subhanallah Henny...aku suka banget dengan apa yg kamu tulis...makasih ya..amat mencerahkan dan memberi semangat
23 September at 15:16 via Facebook Mobile · Like
Faradina Izdhihary Mbak.... hiks..... aku nangis poll!!! Allah telah memberi dia anak2 yang baik, Allah telah menyediakan baginya pahala atas kesabaran. Allah memberikan pelajaran bagi kita.
23 September at 16:08 · Like
Ade Anita iya..itu sebabnya, siapapun tidak pernah sadar bahwa bersama kesulitan selalu ada kemudahan..bagi yg melalui kesulitan, yg hadir di benak adalah harapan bahwa setelah kesulitan maka kemudahan akan datang...dan itu adalah janji Allah yg bisa dipercaya...
23 September at 16:16 via Facebook Mobile · Like · 1 person
Nur Azizah mba ade byk didekatkan oleh orang2 seperti itu yaa...subhanallah...berguna utk menajamkan hati, nurani, dan akal, dan tentu jg iman. Ah, notes ini menyadarkanku bhw aku tlh begitu sering mengeluh. Ayo, kt lbh mensyukuri hidup. Fabiayyi alaa irobbikuma tukadzibaan... :)
23 September at 16:48 · Like
Ade Anita alhamdulillah...
23 September at 16:50 via Facebook Mobile · Like
Dang Aji Sidik ya allah... aku tersentuh... hiks!
23 September at 17:04 · Like
Ade Anita dang aji, makasih ya udah sudi membacanya..
23 September at 17:07 via Facebook Mobile · Like
Ilham Q Moehiddin Menulis macam ini Ade Anita memang jagonya... Walau beliau mengaku "masih belajar" bikin larik indah untuk puisi, beliau selalu terbaca cantik dan asik dalam tulisan bertutur. Disini ini warna dan penciri tulisan Ade begitu terang dan jelas...See more
23 September at 17:18 · Like
Sari Viciawati Kata2 yang terurai indah ini membuat saya tenggelam. Lalu berenang-renang didalamnya. Menikmati kepedihan dari sisi lain. Bukan dengan rasa sakit. Namun melalui mata hati dan kebijaksanaan.
23 September at 18:48 via Facebook Mobile · Like
Nur Azizah mba sari curang wall-nya ditutup. klo gt aku ngomong disini aja deh.
Met Milad yaaa mbaakku yg lucuuuu....smg selalu menjadi istri dan ibu yg membanggakan!
23 September at 18:50 · Like
Sari Viciawati Eh..? Zaza kok tau aku milad? ;p hehehe... Makasih, ya... Wish all the best for you too! :)
23 September at 18:54 via Facebook Mobile · Like
Nur Azizah hehehe...dunia teknologi mah apa aja bs diketahui..hehe
direminder sm empe mba...hehe
amiin...tlg ajarin aku ya mba,,,, :)
23 September at 18:56 · Like
Sari Viciawati Oh...

Hihihi... Maap ya... Aku mau buka wall lagi, lupa caranya :p dulu cuma otak atik iseng, eh keterusan...

Sekali lagi makasih ya... Yuk, kita belajar bareng2 ;)
23 September at 19:02 via Facebook Mobile · Like
Sari Viciawati Mbak Ade, maap nih, jadi numpang chat disini. Hehehehehe...
23 September at 19:04 via Facebook Mobile · Like
Nur Azizah di tab account trus klik privacy settingnya mba.

iya share dong mba lewat tulisan...
23 September at 19:05 · Like
Sari Viciawati Ssiipp... Kalo inget, aku ubah deh. Dah dikritik dua org nih. Yang atu bilang belaga kek artis :D

Aku mah nulis di blogspot aja ah. Di FB mah malu. Aku kan pemalu. Hihihihi...
23 September at 19:08 via Facebook Mobile · Like
Nur Azizah wekekekekk.....
aduuh...klo yg pemalu nya aja kyk mba, gmn yg terbukanya :p
di mp dunk mba,,,hehe
*maksa
23 September at 19:09 · Like
Sari Viciawati Eh, empe lagi... Aku malu... *tutup muka*

Hihi...
23 September at 19:12 via Facebook Mobile · Like
Nur Azizah hahahah....mba sari nih...
23 September at 19:16 · Like
Ade Anita ehem..ada yg ulang tahun...sari, met ulang tahun ya...dan terima kasih komennya...
23 September at 20:50 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita ‎@ilham: mungkin krn ini lebih seperti menulis diary, dari peristiwa keseharian yg aku alami. jadi nulisnya juga ringan, tanpa beban, dan bisa menuangkan seluruh diriku utuh tanpa beban.
kalo nulis puisi, masih harus berimajinasi dulu, baru...See more
23 September at 20:58 via Facebook Mobile · Like
Yoyok Hitam ‎@ Mbak Ade : Jd itu emg kisah nyata y? Makasih y mbak, ak dah ditandai. Hehe.. Btw, emg beliau dpt cobaan yg berat. Alhamdulillah beliau mampu tuk sabar & ikhtiar (dan insya Allah kita selalu spt itu, amien..)

@ Mbak Heni : Mbak.. makasih u...See more
23 September at 23:10 · Like
Anne Adzkia Indriani Speechless mbak...saat baca kisah ini aku jd inget waktu mbak ade nulis kisah ttg tetangga mbak ade yg anaknya sakit/kecelakaan itu ya...سُبْØ­َانَ اللّÙ‡ُ ya, ternyata banyak org2 n kejadian2 yg luar biasa di luar sana. اَÙ„ْØ­َÙ…ْدُÙ„ِÙ„ّÙ‡ِ mbak ade dikasih kesempatan utk bertemu mereka lgsg...
24 September at 04:13 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita ‎@yoyok: seinget aku, sepanjang aku menulis (kecuali jika aku tandai itu sbg dongeng atau fiksi), semuanya adalah kisah2 nyata dari keseharian yg aku temui. aku orang yg sulit utk menghayalkan sesuatu yg aku nda tau. Jadi ya, ini dan juga 95% semua cerita dlm semua tulisan2ku adalah kisah nyata dari hal2 yg aku temui sehari-hari. aku merasa sayang saja jika pelajaran yg aku petik ini dinikmati sendiri lalu hilang tertelan terlupa oleh waktu.
24 September at 05:47 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita ‎@anne: and so do I...
24 September at 05:49 via Facebook Mobile · Like
Rumput Laut Izin share mba
24 September at 10:52 · Like
Ade Anita oke silahkan
24 September at 11:19 · Like
Nazla Luthfiah terhenyak. selalu indah mba pesannya
24 September at 11:35 · Like
Ade Anita ‎^_^... makasih ya lu
24 September at 11:43 · Like
Sari Viciawati Mbak Ade, makasih ucapan ultahnya ^^
24 September at 11:46 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita sama-sama sari... udah bisa dibuka untuk umum belum fbmu sekarang?
24 September at 11:51 · Like
Nazla Luthfiah belum tuh mba ade, masih berasa jd seleb kali dia moahahaha
24 September at 11:52 · Like
Sari Viciawati Belom mbak Ade, fb baru dibuka 5 menit lagi. Ga bisa diubah settingnya kalo liwt hape mah.. :p

Lulu, susah emang kalo jadi seleb... Ghyahahaha... Ntar kalo dah dibuka, ucapin ulang taon lagi, yak?
24 September at 11:56 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita wehehehehehe.... seleb yang gaptek...
24 September at 11:57 · Like
Sari Viciawati Ih, mbak Ade, saya tuh seleb tercanggih diatara sesama seleb lagi, mbak... Jiahahaha...*lirik Dewi Persik :D
24 September at 12:00 via Facebook Mobile · Like
Ate Aza kisah yang sangat menjual, mbak ade. terharu aku.

salam yah.
24 September at 13:40 · Unlike · 1 person
S Che Hidayat Ade..
Membaca memahami memaknai catatan ini ada sekeping hati meretak jatuh di atas lisan diamNya, betapa meski perih tersirat namun lukisan keadaan yang kau bangun dari alur cerita yang begitu mengalir membuat ku terbuai hingga berujung pad...See more
24 September at 14:34 via Facebook Mobile · Unlike · 1 person
Dessy Aja Tapi yang bisa kuberikan ternyata hanya dua buah gumpalan kapas

"Sumbat telingamu, bayangkan saja dari gumpalan kapas itu sedang diputar irama merdu dari gemericik air sungai nan bening di surga"

semoga empati kita tak hanya sampai pd merasak...See more
24 September at 15:34 · Unlike · 1 person
Ade Anita ‎@arther: makasih..
@s che: waah... makasih lagi.
24 September at 15:39 · Like
Ade Anita ‎@maknya mitha: iya.. semoga, aammiin.
24 September at 15:39 · Like
Dwi Klik Santosa tajuk yang bagus. adakah dalam realita bisa semanis simpulan kisah tulisan ini. mari merenungi.

"kemiskinan" selalu obyek bagi "kekayaan".
24 September at 15:54 · Like
Yoyok Hitam Oohh.. gitu ya mbak. Ya maaf, ak kan ga tau. Hehehe... Apalagi ak bkn org sastra jd perlu baca bbrp x biar lbh "ngena" inti & hikmahnya. :D
Yg penting, mbak Ade beruntung bs kenal dgn mrk dan kisah hdpnya. Alhamdulillah...
24 September at 19:55 · Like
Ade Anita ‎@yoyok: eh...aku juga bukan orang sastra dan semua tulisanku ditujukan utk siapa saja sebenarnya...hmmm...yoyok, menurutmu, apa tulisanku bahasanya sulit dipahami? kritik dan sarannya dong...soalnya percuma juga kalo aku nulis tapi bahasaku jadi menara gading yg sulit dipahami atau tidak dimengerti pesan yg ingin disampaikannya... hmm, jadi mikir nih...
24 September at 21:27 via Facebook Mobile · Like
Yoyok Hitam bkn gitu mbak, sbnrnya ckp mudah n jelas kok. cm ak aja yg suka sering error. hehehehe... mgk jg ak lbh suka dgn kata2 yg simple tp langsung ngena. menurutku itu lbh efektif aja. spt org yg lg ceramah, klo trlalu bnyk ngomong, bsr kemungkinan org2 yg dengerin ga bs nangkep inti maksudny, jd masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. tp ini kan kisah nyata yg pny arti, beda ma ceramah. hehehehe... :D
24 September at 21:45 · Like
Ade Anita oo...hehe..iya ngerti... emang dasarnya aku aja yg suka nulis berpanjang-panjang... nanti deh aku tulis ulang kisah di atas ya... biar lebih jelas pesannya..makasih ya yok...
24 September at 21:52 via Facebook Mobile · Like
Yoyok Hitam sama2 mbak.. tp ttp yg indah y, takutnya klo gaya bhsny diubah, bnyk penggemar mbak yg suka keindahan jd sdkt kcwa. hehehe... ^_^
24 September at 22:04 · Like
Ade Anita hehe..insya Allah..dikafemuslimah gaya nulisku juga berubah-ubah tuh..kadang ada yg protes kurang to the point, kadang ada yg saran agar diperhalus biar nggak terlalu tertohok...hehehe...aku nulis dgn gaya yg aku nyaman nulisnya..jadi ya nggak beda jauh sepertinya gayanya krn nyamannya baru sampai di tahap ini kok...makasih yok
24 September at 22:25 via Facebook Mobile · Like
Yulianti Wikanto Terima kasih dear untuk sharing nya yang luar biasa.. ;-)) Salam buat keluarga yaa..dear
25 September at 09:47 · Like
Ade Anita sama2 mbak yuli... buat kamu juga..
25 September at 10:22 · Like
Aisyah Dian terharu,...mbak pengen tahu cerita lengkapnya...bolehkah? oh iya smsku pending...ganti nomerkah sist?
27 September at 14:06 · Like
Ade Anita nggak ganti...tadi lowbat jadi blm dibalas maaf...
27 September at 14:25 via Facebook Mobile · Like
Sayuri Yosiana sungguh mengembun mata ini membacanya, mam. betapa sulit ya jad orang miskin. tak ada nafas baginya utk sebuah kesempatan hidup. So touching
03 October at 10:43 · Like
Ade Anita makasih sayuri.. cerita ini aku buat bersambung...
03 October at 11:04 via Facebook Mobile · Like

Teristimewa (bagian pertama, bersambung)

Tujuh tahun lalu aku pertama kali bertemu dengannya.
Seorang perempuan biasa.
Rumahnya biasa, rumah sederhana dengan satu buah pintu dan empat buah jendela yang terbuat dari kayu yang sudah rapuh. Beberapa atap rumahnya tampak sudah lenyap. Hingga memberi celah bagi mentari untuk menggantikan bohlam lampu di malam hari. Sebuah bohlam lampu yang ada di tengah ruang tamu adalah satu-satunya bohlam lampu yang ada di rumah tersebut. Jangan pernah pergi ke samping rumah. Karena rumah ini adalah rumah yang istimewa. Empat buah tonggak bambu telah menopang salah satu dindingnya, agar rumah ini bisa tetap berdiri kokoh meski doyong ke samping

Kedua anaknya juga anak biasa. Punya kulit setengah terbakar karena terlalu banyak terbakar sinar matahari karena kegiatan mereka yang memang banyak dilakukan di luar rumah. Membantu bapaknya keluar masuk kampung berdagang cendol. Atau membantu ibu mengambil daun pisang untuk dijual ke pasar tradisional.

Yang teristimewa justru peristiwa ketika aku pertama kali bertemu dengan perempuan biasa ini.
Ketika itu, dia menatapku dengan bola mata yang nanar.
Bola mata yang cekung. Rupanya seluruh danau air mata yang pernah ada di sana telah habis terkuras hingga kini hanya meninggalkan sebuah cekungan yang amat dalam. Sedalam jurang yang terjal. Bahkan kita bisa melihat isi perut bumi di dalamnya.

Kedua kakinya tampak gemetar. Tak kuat menahan beban tubuhnya yang hanya tersisa sekelingking saja.
Lalu bibirnya yang kering kerontang gemetar menyampaikan keinginan kuatnya padaku,
"Aku ingin mati saja."
Dan tiba-tiba dia pun luruh di hadapanku. Berusaha untuk menangis tapi tak dapat mengeluarkan air mata lagi. Bahkan kemudian jemarinya mengais-ngais tanah, berharap tanah akan terbuka dan menguburkan dirinya hidup-hidup. Sebuah pisau sudah siap memutuskan urat nadi di tangannya.
"Dia tidak main-main, dia memang ingin bunuh diri sejak tadi." Beberapa orang yang berkerumun mengelilingi perempuan itu mulai berbisik padaku.

Ya. Tujuh tahun yang lalu, suami perempuan ini meninggal karena penyakit yang cukup parah. Meninggalkan dua orang anak yang masih kecil, istri yang kurus kerontang, dan hutang yang bertumpuk-tumpuk amat gemuk. Semua orang memburunya agar segera melunasi hutang yang terus berbunga setiap harinya, lalu berbuah dan bertunas dengan amat suburnya. Tiap-tiap putik sarinya memiliki taring yang menancap kian dalam di daging tubuh lalu ganas menghisap darah.
Sementara semua saudara menutup pintu mencoba membersihkan diri dari silsilah keluarga.
Sedangkan suaminya.... terkapar di atas lantai dalam keadaan sudah menjadi mayat
Tidak ada uang, bahkan untuk mengurus jenazah dan menguburkannya secara layak.
Sebagaimana yang dilakukan oleh orang biasa.
"Berapa memangnya biaya yang dibutuhkan untuk mengurus dan menguburkan jenazah?"
"Rp500.000."

Beberapa mulut mulai bergumam dengan kepala bergeleng tanda menyesali sesuatu, "Ah, sudah tahu miskin, kenapa harus mati? Sakit saja dilarang, apalagi mati? Kalau begini, mau dikubur dimana coba?"

Ingin rasanya aku memeluk tubuh ringkih itu erat-erat
Agar kehangatan bisa aku kirim secepatnya, dan gemetar pilu itu pun pergi terhalau
Tapi yang bisa kuberikan ternyata hanya dua buah gumpalan kapas
"Sumbat telingamu, bayangkan saja dari gumpalan kapas itu sedang diputar irama merdu dari gemericik air sungai nan bening di surga"
Dunia ini mungkin memang hanya milik mereka yang luar biasa, tapi Tuhan tahu, dimana orang biasa bisa memperoleh penghiburan

Lalu kemarin, aku bertemu lagi dengan perempuan biasa ini
Dan kembali dia meluruhkan dirinya di hadapanku
Sesenggukkan menahan tangis yang berkepanjangan
"Saya amat bahagia sekarang. Bahagia sekali. Anak saya yang besar sudah bekerja jadi OB di supermarket. Yang kecil masih terus bersekolah. Rumah saya juga tidak lagi mau rubuh. Ternyata benar, di balik kesulitan ada kemudahan. Setelah rasa pahit habis, saya bisa menemukan rasa manis yang sangat manis."

Tanpa terasa aku langsung meraih tubuh kurusnya yang mulai menua dalam pelukanku
Sejak dulu aku memang ingin sekali memeluknya erat-erat
Tapi dulu aku takut tulangnya yang rapuh akan patah berderak
Dengan rasa yang meluap terbawa arus bahagia yang digantangnya, aku mencoba mencari bola matanya
Bola mata yang tidak lagi cekung
Bahkan rona merah jambu telah mengalir di pipinya yang tidak lagi tirus

"Dunia ini mungkin hanya milik mereka yang luar biasa, Tapi Tuhan selalu tahu siapa yang istimewa. Ibu adalah salah satu yang teristimewa, kebangkitan ibu melawan keterpurukan itu amat sangat luar biasa. Bahkan melebihi orang yang luar biasa. Terima kasih ya bu, karena sudah mengajarkan pada saya, apa arti bangkit berdiri."

-------
Penulis: Ade Anita (dalam keterpanaan karena untuk kesekian kalinya melihat campur tangan Allah pada mereka yang terpilih. Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar).


Comment · Like · Share
Vienna Alifa, Sayuri Yosiana, Saptari Kurniawati and 21 others like this.
Elisa Trisnawati Ade bagus sekali.......begitu menyentuh, baca tulisanmu ini kerongkonganku tiba-tiba kering dan sakit.
23 September at 14:01 · Unlike · 1 person
Elisa Trisnawati O iya ketinggalan..........banyak pelajaran tersirat didalamnya...aku suka
23 September at 14:02 · Like
Ade Anita berarti kamu bisa membayangkan apa yang terjadi di dalam hatiku ketika bertemu dengan perempuan ini ya...sama lis, kehabisan kata-kata...
23 September at 14:02 · Like
Elisa Trisnawati Ini kisah nyata ya de? luar biasa ya....
23 September at 14:04 · Like
Nur Azizah mba, perempuan itu siapa? apa yg sudah terjadi pdnya hingga ia merasa bahagia?
23 September at 14:25 · Like
Tyasti Aryandini Mbak Ade...saya jd teringat Mak Ijo,masih kerabat suami saya,yg suaminya baru wafat akhir ramadhan kmarin.dulu..Mak Ijo adalah istri muda.jadi anak2 dr istri tua yg sdh lama skali wafat..skrg ini amat membencinya.Pagi td dia datang memohon ...See more
23 September at 14:31 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita ‎@nur azizah: tujuh tahun lalu kedua anaknya tidak bisa sekolah krn tidak ada biaya, rumahnya mau rubuh bahkan dia nggak bisa ngurus dan ngubur jenazah suaminya krn nggak ada duit. belum para rentenir yg nguber2. trus, akhirnya ada ortu asu...See more
23 September at 14:44 via Facebook Mobile · Like
Nur Azizah ooh...kok mba ade bs kenal? dekatkah dg dia?
23 September at 14:46 · Like
Ade Anita hmm...aku dan suamiku juga bingung kadang2, sering sekali bertemu orang2 istimewa ini. tujuh tahun yg lalu, ada teman yg tiba2 ngasitahu ada orang yg mau bunuh diri di daerahnya... awalnya diisyukan dia perempuan gila krn stress.... jadi aku dikenalin deh...
23 September at 14:56 via Facebook Mobile · Like
Heni Ummu Jaisy Qt memohon kekuatan... Dan Allah memberi Qt kesulitan2 untuk membuat Qt tegar, Qt memohon kebijakan... Dan Allah memberi Qt berbagai persoalan hidup agar Qt Tambah bijaksana, Qt memohon cinta dan Allah memberi Qt orang2 bermasalah untuk diselamatkan dan dicintai. Bgtulah diantara cara Allah membimbing Qt. Wallahu'alam bishowab.
23 September at 15:09 via Facebook Mobile · Like · 2 people
Ade Anita subhanallah Henny...aku suka banget dengan apa yg kamu tulis...makasih ya..amat mencerahkan dan memberi semangat
23 September at 15:16 via Facebook Mobile · Like
Faradina Izdhihary Mbak.... hiks..... aku nangis poll!!! Allah telah memberi dia anak2 yang baik, Allah telah menyediakan baginya pahala atas kesabaran. Allah memberikan pelajaran bagi kita.
23 September at 16:08 · Like
Ade Anita iya..itu sebabnya, siapapun tidak pernah sadar bahwa bersama kesulitan selalu ada kemudahan..bagi yg melalui kesulitan, yg hadir di benak adalah harapan bahwa setelah kesulitan maka kemudahan akan datang...dan itu adalah janji Allah yg bisa dipercaya...
23 September at 16:16 via Facebook Mobile · Like · 1 person
Nur Azizah mba ade byk didekatkan oleh orang2 seperti itu yaa...subhanallah...berguna utk menajamkan hati, nurani, dan akal, dan tentu jg iman. Ah, notes ini menyadarkanku bhw aku tlh begitu sering mengeluh. Ayo, kt lbh mensyukuri hidup. Fabiayyi alaa irobbikuma tukadzibaan... :)
23 September at 16:48 · Like
Ade Anita alhamdulillah...
23 September at 16:50 via Facebook Mobile · Like
Dang Aji Sidik ya allah... aku tersentuh... hiks!
23 September at 17:04 · Like
Ade Anita dang aji, makasih ya udah sudi membacanya..
23 September at 17:07 via Facebook Mobile · Like
Ilham Q Moehiddin Menulis macam ini Ade Anita memang jagonya... Walau beliau mengaku "masih belajar" bikin larik indah untuk puisi, beliau selalu terbaca cantik dan asik dalam tulisan bertutur. Disini ini warna dan penciri tulisan Ade begitu terang dan jelas...See more
23 September at 17:18 · Like
Sari Viciawati Kata2 yang terurai indah ini membuat saya tenggelam. Lalu berenang-renang didalamnya. Menikmati kepedihan dari sisi lain. Bukan dengan rasa sakit. Namun melalui mata hati dan kebijaksanaan.
23 September at 18:48 via Facebook Mobile · Like
Nur Azizah mba sari curang wall-nya ditutup. klo gt aku ngomong disini aja deh.
Met Milad yaaa mbaakku yg lucuuuu....smg selalu menjadi istri dan ibu yg membanggakan!
23 September at 18:50 · Like
Sari Viciawati Eh..? Zaza kok tau aku milad? ;p hehehe... Makasih, ya... Wish all the best for you too! :)
23 September at 18:54 via Facebook Mobile · Like
Nur Azizah hehehe...dunia teknologi mah apa aja bs diketahui..hehe
direminder sm empe mba...hehe
amiin...tlg ajarin aku ya mba,,,, :)
23 September at 18:56 · Like
Sari Viciawati Oh...

Hihihi... Maap ya... Aku mau buka wall lagi, lupa caranya :p dulu cuma otak atik iseng, eh keterusan...

Sekali lagi makasih ya... Yuk, kita belajar bareng2 ;)
23 September at 19:02 via Facebook Mobile · Like
Sari Viciawati Mbak Ade, maap nih, jadi numpang chat disini. Hehehehehe...
23 September at 19:04 via Facebook Mobile · Like
Nur Azizah di tab account trus klik privacy settingnya mba.

iya share dong mba lewat tulisan...
23 September at 19:05 · Like
Sari Viciawati Ssiipp... Kalo inget, aku ubah deh. Dah dikritik dua org nih. Yang atu bilang belaga kek artis :D

Aku mah nulis di blogspot aja ah. Di FB mah malu. Aku kan pemalu. Hihihihi...
23 September at 19:08 via Facebook Mobile · Like
Nur Azizah wekekekekk.....
aduuh...klo yg pemalu nya aja kyk mba, gmn yg terbukanya :p
di mp dunk mba,,,hehe
*maksa
23 September at 19:09 · Like
Sari Viciawati Eh, empe lagi... Aku malu... *tutup muka*

Hihi...
23 September at 19:12 via Facebook Mobile · Like
Nur Azizah hahahah....mba sari nih...
23 September at 19:16 · Like
Ade Anita ehem..ada yg ulang tahun...sari, met ulang tahun ya...dan terima kasih komennya...
23 September at 20:50 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita ‎@ilham: mungkin krn ini lebih seperti menulis diary, dari peristiwa keseharian yg aku alami. jadi nulisnya juga ringan, tanpa beban, dan bisa menuangkan seluruh diriku utuh tanpa beban.
kalo nulis puisi, masih harus berimajinasi dulu, baru...See more
23 September at 20:58 via Facebook Mobile · Like
Yoyok Hitam ‎@ Mbak Ade : Jd itu emg kisah nyata y? Makasih y mbak, ak dah ditandai. Hehe.. Btw, emg beliau dpt cobaan yg berat. Alhamdulillah beliau mampu tuk sabar & ikhtiar (dan insya Allah kita selalu spt itu, amien..)

@ Mbak Heni : Mbak.. makasih u...See more
23 September at 23:10 · Like
Anne Adzkia Indriani Speechless mbak...saat baca kisah ini aku jd inget waktu mbak ade nulis kisah ttg tetangga mbak ade yg anaknya sakit/kecelakaan itu ya...سُبْØ­َانَ اللّÙ‡ُ ya, ternyata banyak org2 n kejadian2 yg luar biasa di luar sana. اَÙ„ْØ­َÙ…ْدُÙ„ِÙ„ّÙ‡ِ mbak ade dikasih kesempatan utk bertemu mereka lgsg...
24 September at 04:13 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita ‎@yoyok: seinget aku, sepanjang aku menulis (kecuali jika aku tandai itu sbg dongeng atau fiksi), semuanya adalah kisah2 nyata dari keseharian yg aku temui. aku orang yg sulit utk menghayalkan sesuatu yg aku nda tau. Jadi ya, ini dan juga 95% semua cerita dlm semua tulisan2ku adalah kisah nyata dari hal2 yg aku temui sehari-hari. aku merasa sayang saja jika pelajaran yg aku petik ini dinikmati sendiri lalu hilang tertelan terlupa oleh waktu.
24 September at 05:47 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita ‎@anne: and so do I...
24 September at 05:49 via Facebook Mobile · Like
Rumput Laut Izin share mba
24 September at 10:52 · Like
Ade Anita oke silahkan
24 September at 11:19 · Like
Nazla Luthfiah terhenyak. selalu indah mba pesannya
24 September at 11:35 · Like
Ade Anita ‎^_^... makasih ya lu
24 September at 11:43 · Like
Sari Viciawati Mbak Ade, makasih ucapan ultahnya ^^
24 September at 11:46 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita sama-sama sari... udah bisa dibuka untuk umum belum fbmu sekarang?
24 September at 11:51 · Like
Nazla Luthfiah belum tuh mba ade, masih berasa jd seleb kali dia moahahaha
24 September at 11:52 · Like
Sari Viciawati Belom mbak Ade, fb baru dibuka 5 menit lagi. Ga bisa diubah settingnya kalo liwt hape mah.. :p

Lulu, susah emang kalo jadi seleb... Ghyahahaha... Ntar kalo dah dibuka, ucapin ulang taon lagi, yak?
24 September at 11:56 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita wehehehehehe.... seleb yang gaptek...
24 September at 11:57 · Like
Sari Viciawati Ih, mbak Ade, saya tuh seleb tercanggih diatara sesama seleb lagi, mbak... Jiahahaha...*lirik Dewi Persik :D
24 September at 12:00 via Facebook Mobile · Like
Ate Aza kisah yang sangat menjual, mbak ade. terharu aku.

salam yah.
24 September at 13:40 · Unlike · 1 person
S Che Hidayat Ade..
Membaca memahami memaknai catatan ini ada sekeping hati meretak jatuh di atas lisan diamNya, betapa meski perih tersirat namun lukisan keadaan yang kau bangun dari alur cerita yang begitu mengalir membuat ku terbuai hingga berujung pad...See more
24 September at 14:34 via Facebook Mobile · Unlike · 1 person
Dessy Aja Tapi yang bisa kuberikan ternyata hanya dua buah gumpalan kapas

"Sumbat telingamu, bayangkan saja dari gumpalan kapas itu sedang diputar irama merdu dari gemericik air sungai nan bening di surga"

semoga empati kita tak hanya sampai pd merasak...See more
24 September at 15:34 · Unlike · 1 person
Ade Anita ‎@arther: makasih..
@s che: waah... makasih lagi.
24 September at 15:39 · Like
Ade Anita ‎@maknya mitha: iya.. semoga, aammiin.
24 September at 15:39 · Like
Dwi Klik Santosa tajuk yang bagus. adakah dalam realita bisa semanis simpulan kisah tulisan ini. mari merenungi.

"kemiskinan" selalu obyek bagi "kekayaan".
24 September at 15:54 · Like
Yoyok Hitam Oohh.. gitu ya mbak. Ya maaf, ak kan ga tau. Hehehe... Apalagi ak bkn org sastra jd perlu baca bbrp x biar lbh "ngena" inti & hikmahnya. :D
Yg penting, mbak Ade beruntung bs kenal dgn mrk dan kisah hdpnya. Alhamdulillah...
24 September at 19:55 · Like
Ade Anita ‎@yoyok: eh...aku juga bukan orang sastra dan semua tulisanku ditujukan utk siapa saja sebenarnya...hmmm...yoyok, menurutmu, apa tulisanku bahasanya sulit dipahami? kritik dan sarannya dong...soalnya percuma juga kalo aku nulis tapi bahasaku jadi menara gading yg sulit dipahami atau tidak dimengerti pesan yg ingin disampaikannya... hmm, jadi mikir nih...
24 September at 21:27 via Facebook Mobile · Like
Yoyok Hitam bkn gitu mbak, sbnrnya ckp mudah n jelas kok. cm ak aja yg suka sering error. hehehehe... mgk jg ak lbh suka dgn kata2 yg simple tp langsung ngena. menurutku itu lbh efektif aja. spt org yg lg ceramah, klo trlalu bnyk ngomong, bsr kemungkinan org2 yg dengerin ga bs nangkep inti maksudny, jd masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. tp ini kan kisah nyata yg pny arti, beda ma ceramah. hehehehe... :D
24 September at 21:45 · Like
Ade Anita oo...hehe..iya ngerti... emang dasarnya aku aja yg suka nulis berpanjang-panjang... nanti deh aku tulis ulang kisah di atas ya... biar lebih jelas pesannya..makasih ya yok...
24 September at 21:52 via Facebook Mobile · Like
Yoyok Hitam sama2 mbak.. tp ttp yg indah y, takutnya klo gaya bhsny diubah, bnyk penggemar mbak yg suka keindahan jd sdkt kcwa. hehehe... ^_^
24 September at 22:04 · Like
Ade Anita hehe..insya Allah..dikafemuslimah gaya nulisku juga berubah-ubah tuh..kadang ada yg protes kurang to the point, kadang ada yg saran agar diperhalus biar nggak terlalu tertohok...hehehe...aku nulis dgn gaya yg aku nyaman nulisnya..jadi ya nggak beda jauh sepertinya gayanya krn nyamannya baru sampai di tahap ini kok...makasih yok
24 September at 22:25 via Facebook Mobile · Like
Yulianti Wikanto Terima kasih dear untuk sharing nya yang luar biasa.. ;-)) Salam buat keluarga yaa..dear
25 September at 09:47 · Like
Ade Anita sama2 mbak yuli... buat kamu juga..
25 September at 10:22 · Like
Aisyah Dian terharu,...mbak pengen tahu cerita lengkapnya...bolehkah? oh iya smsku pending...ganti nomerkah sist?
27 September at 14:06 · Like
Ade Anita nggak ganti...tadi lowbat jadi blm dibalas maaf...
27 September at 14:25 via Facebook Mobile · Like
Sayuri Yosiana sungguh mengembun mata ini membacanya, mam. betapa sulit ya jad orang miskin. tak ada nafas baginya utk sebuah kesempatan hidup. So touching
03 October at 10:43 · Like
Ade Anita makasih sayuri.. cerita ini aku buat bersambung...
03 October at 11:04 via Facebook Mobile · Like

Bola Mata Penuh CInta

"Hei you...."

Aku menyapa pemilik sepasang bola mata itu. Sedari tadi aku tahu dia terus menerus memandangku diam-diam tapi tiada putus. Pemilik sepasang bola mata itu langsung tersipu-sipu malu. Wajahnya merona merah jambu, senyumnya langsung mengembang malu-malu. Menggemaskan.

"Ada apa sih, dari tadi ngeliatin terus?"

"Eh...nggg... Nggak papah."

Lalu wajah itu kembali terlihat dibuat serius melihat jalanan yang terbentang di depan. Aku tahu dia hanya berpura-pura serius menekuri jalanan.
Itu sebabnya tidak bertahan lama.
Beberapa menit kemudian, aku tahu mata itu sudah kembali menatapku diam-diam.

Uh.
Tidak bisa dibiarkan. Aku kan lama-lama penasaran ditatap diam-diam dengan pandangan sayu penuh kerinduan itu. Dalam hitungan detik, aku berbalik tiba-tiba dan memaksa agar bisa saling berhadapan dengan orang yang ada di sampingku sejak tadi ini. Yang diam-diam terus menatapku dengan pandangan yang membuat hati berdebar-debar dengan cara pandang yang sayu penuh kerinduan. Atau mungkin kekaguman. Atau... Apalah itu, yang pasti aku tahu itu tatapan penuh cinta. Atau....apakah ini cuma kege-eranku sajakah?

"Kenapa sih, dari tadi ngeliatin terus? Eh... Udah ketahuan, nggak boleh pura-pura nggak lihat. Ayo... Jujur? Kenapa?"

Aku bukan lagi berdiri berhadapan dengannya sekarang. Tapi sudah jongkok di pinggir jalan, agar bisa melihat langsung ke dalam bola matanya. Agar bisa menangkap semua kejujuran yang tersimpan di bola matanya.

"Aku...ngg... Aku sayang sama ibu. Terima kasih ya sudah jadi ibu aku."

Deretan kalimat jujur itu meluncur malu-malu. Bersamaan dengan rona merah yang memancar dari pipinya. Membuatku terpaku sejenak.
Terperangah.
Kehilangan kata-kata.

Lalu tiba-tiba hati ini melayang hingga ke langit ke tujuh. Mata ini spontan basah oleh haru.
Subhanallah.
Aku peluk saja dia, anak bungsuku yang punya wajah secantik bidadari dan isi kepala bersih seperti embun. Tak peduli bunyi klakson mobil yang tidak bisa lewat karena kami memang sedang berada di pinggir jalan kampung yang tidak lebar. Tak peduli dengan tatapan orang-orang yang kebingungan. "Ya ampun, bu ade, sama anak sendiri kok ya kayak gitu, lah tiap hari ketemu juga. Kenapa harus ganggu lalu lintas sih?"....

"Ibu juga sayang sama Hawna. Banget. Makasih juga ya nak." Lalu tubuh mungil itu aku rengkuh erat-erat. Sementara bunyi klakson akhirnya berhenti dan semua kepala menatap kami dengan senyum ikut bahagia

---------
Penulis: Ade Anita, ketika sedang menunggu saat Hawna harus therapy penguapan (inhalasi) lagi untuk yang kelima kalinya agar asmanya tidak kambuh lagi sepanjang musim hujan ini. Semoga anak-anakku jadi anak yang kuat dan sehat dan sholeh/sholehah kelak.

Catatan penulis: Seandainya dari dulu aku tahu betapa dasyat pernyataan cinta seorang anak pada orang tuanya, tentu sudah aku katakan pada orang tuaku almarhum/almarhumah dulu, betapa aku amat mencintai mereka. Karena ungkapan cinta ini ternyata bisa menghilangkan penat, sakit, pedih, lelah, dan juga menerbitkan semangat, semangat dan semangat, serta rasa berarti dan perasaan menjadi orang paling beruntung di dunia.

-----

Comment · Like · Share
Aisyah Dian, Fitri Gita Cinta, Nur Rahma Hanifah and 6 others like this.
Prima Sagita hm...
aku bisa merasakan indahnya, meski hanya membaca kisah ini..
semoga sehat selalu ya nak!
19 October at 16:24 · Unlike · 2 people
Elisa Trisnawati ungkapan cinta yg sederhana bisa menghapus semua derita, pedih dan lelah ya de............
btw anakku jg asma, terus dari TK aku masukkin les renang. selama 4 thn dia berenang rutin de, dan asmanya ga pernah kambuh lagi. Coba deh de pengobat...See more
19 October at 16:26 · Unlike · 1 person
Ade Anita iya... kemarin dokter juga nyuruh anakku ikut renang.. biar tulang dadanya berkembang dan paru2nya bisa lega... hehehe... cuma masih waiting list pas kemarin aku daftar..
19 October at 17:55 · Like
Qonita Musa menyentuhku Mbak Ade :)
19 October at 18:14 · Unlike · 1 person
Ade Anita makasih
19 October at 18:15 · Like
Ilham Q Moehiddin Naskah yang kuat...mengkisahkan anak sholeh yang juga sama kuatnya.

Gak usah nungguin tempat renang yang pake daftar-daftaran...Bawa ke tempat renang lain aja hehehehe. Moso' Hawna mesti nunggu gara2 tempat renangnya kepenuhan.

Bibi aku dulu...See more
19 October at 18:20 · Like
Ade Anita hmm... di jakarta pantai yg bersih sudah dikavling oleh mansion dan apartemen atau perumahan eksklusif (bisa dibeli, dgn cicilan 10 juta perbulan, harus cepat krn harga naik bulan depan katanya..hehehe)... sisanya pantai kotor tempat nelaya...See more
19 October at 18:36 via Facebook Mobile · Like
Arfianti Dwi Kusuma So sweet...anak sekarang lbh pintar mengekpresikan perasaannya ya de....semoga menjadi anak2 yg shaleh n sholehah...
19 October at 18:39 via Facebook Mobile · Unlike · 1 person
Lia Kiftia subhanallah....
Aq merasakan keharuan, smoga hawna diberikan kesembuhan dari Allah yg tidak mninggalkan bekas.
Aq aja masih gemetar klo tiap mo tidur lintang ucpkan aq sayang ibu.
Jzk de......
19 October at 18:47 via Facebook Mobile · Unlike · 1 person
Tyasti Aryandini Hawna..sungguh kemudahan itu milikmu..semoga Hawna selalu tumbuh kuat dan sehat dan sholihah pastinya ..Hawna berenang aja sedikit2, juga naik sepeda sedikit2, berenang dan naik sepeda dianjurkan bagi penderita asma...akhir2 ini saya banyak baca artikel ttg asma,trmasuk mengurangi kemungkinan asma utk janin,karena suami saya pengidap asma keturunan,semua kakak dan keponakannya punya bawaan asma, kalau sdh kambuh hrs di inhalasi spt Hawna..ayo Hawna berenang sama tante tyas nanti yaa..
19 October at 18:51 via Facebook Mobile · Like · 1 person
Faradina Izdhihary Aku dulu sampe bela2 in anak keduaku kubuatkan kolam kecil di halaman Mbak. Alhamdulillah sekarang sembuh asmanya.
Moga2 dikuatkan Say. Bener renang pilihan terbaik.
Sabar yaaa
19 October at 18:58 · Unlike · 1 person
Afifah Ahmad wow....mengembun aku di sini, sungguh. Selalu, cerita mbak ade punya kekuatan 'meremas' emosi....tfs ya
19 October at 19:36 via Facebook Mobile · Unlike · 1 person
Naqiyyah Syam Full mbak, aku kecil juga suka asma, alergi berat dengan dingin dan debu. Sekarang udah jarang kambuh.semoga lekas sembuh, ceritanya mengharukan:)
19 October at 20:37 · Unlike · 1 person
Ade Anita ‎@afifah: terima kasih ya... aku selalu semangat membaca apresiasimu.
@naqiyyah: iya, aku juga... tapi sampai sekarang masih suka kambuh asmaku.
Wednesday at 06:51 · Like
Ade Anita ‎@arfianti: iya.. anak sekarang lebih terbuka untuk mengungkapkan perasaannya ya... mungkin karena dulu, budaya orang tua kita mengajarkan untuk menyembunyikan hal2 pribadi seperti ini..semnatara sekarang, kita mengajarkan budaya yang lebih terbuka pada anak2 kita... tapi itu asli mengingatkan aku, bahwa seharusnya aku bilang I Love You ke kedua orang tuaku dahulu... hiks.
Wednesday at 06:52 · Like
Ade Anita ‎@mbak farad: wah.. kalo kolam kecil buat main2 aku sih punya mbak.. tapi dokter nyuruhnya untuk belajar renang gaya dada, ini bagus banget untuk penderita asma.
Wednesday at 06:53 · Like
Ade Anita ‎@lia: terima kasih lia.
Wednesday at 06:53 · Like
Ade Anita ‎@qonita: Terima kasih ya.
@tyasti: kata dokter, asma itu bukan penyakit keturunan. Tapi, yang diturunkan itu bentuk tulang dadanya dan bentuk tulang kerongkongan dan tenggorokannya. Nah, nanti ada faktor2 pencetusnya... bisa alergi, stress,...See more
Wednesday at 06:56 · Like
Ade Anita tapi memang aku menjadwalkan untuk mulai renang... harus sepertinya...
Wednesday at 06:56 · Like
Ade Anita ‎@prima, ilham dan elisa: makasih ya...
Wednesday at 06:58 · Like
Denny Herdy Ibu...."Terima kasih ya sudah jadi ibu aku"...Touching...heheh...Inget nyokap di kampung...Makasih udah di Tag....Salam
Wednesday at 07:24 via Facebook Mobile · Like
Dessy Aja momen2 indah itu datang seperti membasuh semua keringat kita ya mbak..
mei th ini saat selesai mempacking bingkisan ultah utk teman2 sekelasnya, putriku satu2nya tiba2 berucap : maaf ya ma..udah ngerepotin...
wuiih...hati seperti dihujani sal...See more
Wednesday at 07:24 · Like
Arfianti Dwi Kusuma Ade...terima kasih utk saling berbagi dan mengingatkan...semoga aku makin menyayangi n membahagiakan orangtuaku di hari tua mereka...mungkin malah aku hrs byk belajar dr ank2 bgmana mengungkapkan rasa sayang kita ke ortu...tdk hny mjd terba...See more
Wednesday at 07:37 via Facebook Mobile · Like
Tyasti Aryandini Mbak Ade, Mbak Tias and Mas Gola Gong lg mau bikin cerita keroyokan My Anger vs My Angel ttg kisah anak dan ayah ibu nya..sptnya kisah angel hawna ini sgt indah,bs dijadikan buku parenting ^_^ trimakasih info ttg asma nya ya Mbak Ade..smlm saya baru plg dr RS krn abi nya asma nya kambuh lg..smoga Allah selalu memberi kesehatan utk kita dan keluarga, amin ..
Wednesday at 08:00 via Facebook Mobile · Like
Nur Rahma Hanifah mbak ade, sangat terharu membaca kisah ini. dan sangat, sangat bisa kursakan. aku pun... dari kecil mengidap asma. aku tau persis apa yang hawna rasakan. tapi percayalah mbak ade, hawna anak yang kuat. aku yakin itu. apalagi dia punya cita-cita dan hebat seperti ibu ayahnya :) hawna pasti bisa melewati ini semua. asma... we have asthma, but asthma doesn't have us! :)
Wednesday at 10:15 · Like
Ade Anita ‎@herdi: makasih..
@tyasty: iya sih...pingin ikutan..tapi dilema sendiri mau dikutkan disana atau bikin proyek solo saja..masih menimbang-nimbang dan mengumpulkan...
Wednesday at 10:16 via Facebook Mobile · Like
Nur Rahma Hanifah dan, satu lagi yang sangat sangat penting. perhatian dan cinta yang bisa divisualisasikan oleh anak adalah bentuk treatment lain yang juga dibutuhkan oleh penderita asma. percayalah. tidak hanya renang, propolis, obat-obatan kimiawi, inhalasi, oksigen, atau yang lainnya. tapi cinta... treatment cinta, khususnya dari orang tua itu dahsyat sekali pengaruhnya :)
Wednesday at 10:18 · Like
Ade Anita ‎@dessy dan arfianti: nah itu dia...jujur, aku selama ini belajar amat sangat banyak dari kepolosan, kejujuran, keikhlasan dan kebersihan isi hati n kepala anak2ku..mereka aku angkat jadi guruku sejak mereka masih dalam kandungan... subhanallah, mereka itu calon penghuni surga (anak2 akan langsung masuk surga jika mereka meninggal di usia anak2..itu sebabnya mereka aku angkat jadi guruku, krn aku pingin banget masuk surga..hehehe)...
Wednesday at 10:20 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita ‎@nur rahma hanifah: iya dear..amminn...semoga anak2ku bisa sehebat dirimu juga.. hmm..aku dulu juga bolak balik rumah sakit ditemani ibuku, tapi dulu aku lupa bilang terima kasih pada beliau almarhumah..jadi terharu aja denger hawna bilang itu, sekaligus menyesal, kenapa dulu aku tidak mengatakan kalimat cintaku pada ibuku....kan dia dulu juga sama lelah dan penatnya mengantar anaknya bolak balik ke rumah sakit..hmm...*sign
Wednesday at 10:24 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita iya hanifah..betul..cinta...karena cinta akan menerbitkan semangat untuk melakukan perubahan untuk senantiasa sehat..dan cinta akan menghilangkan segala jenuh dan bosan dan lelah...
"ayo hawna, kita ke rumah sakit lagi."
"Ah, bosan aku. cap...See more
Wednesday at 10:31 via Facebook Mobile · Like · 1 person
Indria Auliani ‎:(
Wednesday at 10:42 via Facebook Mobile · Like
Nur Rahma Hanifah Subhanallah.... hawna pasti bisa sehat. i really believe that. keep semangat ya mbak ade dan hawna... :)
Wednesday at 11:03 · Like
Fitri Gita Cinta subhanallah... smg hawna selalu diberi kesehatan.... ^__^

anak sekarang keknya mudah bilang aku sayang ibu/ayah drpd aq hehehe.. paling cuman beliin barang atau ngajak makan biasanya itupun cuman bilang krn lg dpt bonus bukan krn pengen blg ...See more
Wednesday at 12:04 · Like
Ade Anita makasih fitri, hanifah...
@indri: kenapa say kok sedih?...oo...aku denger kabar tentang ayahmu...ikut duka cita ya sist...
Wednesday at 14:01 via Facebook Mobile · Like
Wisye Gazali subhanallah... aku ikut melayang ke langit ketujuh juga Mbak!
Wednesday at 15:52 · Like
Nurul Asmayani Mba Ade, dinihari ini berembun aku membacanya Mba.
Hawna, syafakillah ya.Semoga sehat dan jadi anak sholihah *peluk Hawna*
Thursday at 01:48 · Like
Ade Anita wisye dan nurul.. makasih ya..
A few seconds ago · Like