[Lifestyle] Kegiatan jual beli dimana pembeli dan penjual saling
melakukan tatap muka dan berlanjut pada terjadinya transaksi jual beli, adalah
kegiatan pasar yang umum terjadi. Seiring dengan perkembangan yang melesat di
dunia telekomunikasi, kegiatan jual beli tatap muka ini mulai mengalami
perkembangan juga. Kesibukan pembeli untuk melakukan transaksi langsung membuat
penjual melakukan inovasi dalam menjual barang atau jasa mereka. Salah satu
inovasi yang dilakukan oleh para penjual adalah menghadirkan barang atau jasa
tersebut di hadapan pembeli tanpa si pembeli harus beranjak dari bangkunya.
Dengan demikian, pembeli tidak perlu berlelah-lelah meluangkan waktu dan tenaga
untuk datang ke toko atau pasar. Tapi, penjuallah yang akan menyajikan barang
dagangan atau jasa yang dibutuhkan di hadapan mereka.
Black and White Photo
Jumat, 28 November 2014
Dua pekan lalu, secara tidak sengaja aku melihat status dari temanku Ria Rochma yang menampilkan foto hitam putih. Sebenarnya, status Ria Rochma itu adalah relay dari status Instagramnya. Diberi hashtag #BWChallenge, selama 5 hari berikutnya aku jadi penasaran sebenarnya itu challenge apa?
Akhirnya, setelah 5 hari barulah Ria Rochma memberitahuku bahwa itu adalah sebuah event tanpa hadiah kecuali kesenangan saja untuk mengisi alias meng-update akun instagram dengan parade foto hitam putih.
Wah.... Aku tertarik dong.
Kebetulan akun instagramku juga mulai megap-megap minta di-update .. hehehehe.
Jadi... dengan suka cita aku pun ikut challenge ini. Bahwasanya event ini tidak memberikan hadiah... ahhh.... ada banyak kesenangan dalam hidup ini yang muncul tidak disertai dengan hadiah kan?
Nah... ini dia beberapa hasil foto hitam putih alias Black and White Photo-ku.
Akhirnya, setelah 5 hari barulah Ria Rochma memberitahuku bahwa itu adalah sebuah event tanpa hadiah kecuali kesenangan saja untuk mengisi alias meng-update akun instagram dengan parade foto hitam putih.
Wah.... Aku tertarik dong.
Kebetulan akun instagramku juga mulai megap-megap minta di-update .. hehehehe.
Jadi... dengan suka cita aku pun ikut challenge ini. Bahwasanya event ini tidak memberikan hadiah... ahhh.... ada banyak kesenangan dalam hidup ini yang muncul tidak disertai dengan hadiah kan?
Nah... ini dia beberapa hasil foto hitam putih alias Black and White Photo-ku.
Teratai Putih
Kelebihan kita sebagai orang tua dari anak-anak kita itu sebenarnya cuma satu: kita sudah terlebih dahulu menemukan dan mengalami sebuah pengalaman hidup. Itu sebabnya ada ungkapan yang mengatakan bahwa orang tua itu sudah terlebih dahulu merasakan asam-garam kehidupan.
Aku rasa, disinilah betapa Allah begitu sayang pada makhluk ciptaanNya. Pada tiap-tiap makhluk, Allah memberi pengetahuan secara perlahan-lahan. Pengetahuan inilah yang kelak akan diwariskan pada generasi berikutnya. Yaitu pada anak-anak kita yang lahir kemudian. Tidak terkecuali putra-putriku.
Aku dan suami setiap pagi rajin olahraga mengitari sebuah taman di daerah Tebet. Taman ini memang diperuntukkan untuk jalur hijau dan paru-paru kota Jakarta. Pohon-pohonnya rindang dan ada sebuah kolam yang cukup panjang disana. Di atas kolam tersebut tumbuh tanaman teratai.
Bagiku dan suamiku semua keberadaan yang ada di taman Bibit Tebet ini biasa saja. Pemandangan yang sudah amat biasa aku lihat dalam keseharian. Begitu biasa sehingga aku tidak menaruh perhatian dimana letak menariknya. Hanya saja taman ini memang membuat nyaman. Kadar oksigennya banyak sejauh kita melakukan olahraga jogging di sana. Pepohonannya rindang dan meneduhkan. Tapi bagi putriku hal yang biasa ini ternyata adalah sesuatu yang: luar biasa.
"Waa.... bagus banget. Itu tanaman apa bu?"
"Hmm... tanaman apa ya? Ibu juga gak begitu." (fakta sebenarnya: ibu gak pernah merhatiin itu tanaman apa. Selama ini lewat ya lewat aja)
"Enak ya jalan disini. Seru..."
"Oh ya? Iya sih... enak." (fakta sebenarnya: ibu sudah biasa banget lewat sini, jadi biasa saja sebenarnya)
"Eh... itu bunga apa? Besar banget?... Lihat yuk."
"Yang mana? Oh ... yang itu... namanya bunga teratai." (fakta sebenarnya: eh..eh.., ada bunga teratai toh disini? aih, selama ini gak pernah merhatiin. Kemenong ajeee?)
Akhirnya, berdua putri bungsuku aku baru menyadari betapa indah dan luar biasanya taman Tebet yang biasa aku lewati itu. Sambil menikmati seluruh pemandangan luar biasa tersebut, aku berusaha menjelaskan bahwa Teratai adalah salah satu tanaman yang tumbuh tanpa media tanam dari tanah.
"Jadi, dia tumbuh di atas air?"
"Iya... akarnya serabut kalau gak salah dan nyari makanan dari serpihan-serpihan makanan yang ngambang di air gitu kalau gak salah."
"Oh.... bagus ya."
Akhirnya, karena putri bungsuku ini (usianya baru 8 tahun) begitu kagum pada bunga teratai, aku pun mengabadikan beberapa gambar. Kebetulan, ada beberapa tawon di atas bunga teratai putih. Jadi, aku pun punya kesempatan untuk menjelaskan tentang penyerbukan yang terjadi dengan bantuan para lebah yang hinggap di putih dan benang sari bunga teratai.
Aku rasa, disinilah betapa Allah begitu sayang pada makhluk ciptaanNya. Pada tiap-tiap makhluk, Allah memberi pengetahuan secara perlahan-lahan. Pengetahuan inilah yang kelak akan diwariskan pada generasi berikutnya. Yaitu pada anak-anak kita yang lahir kemudian. Tidak terkecuali putra-putriku.
Aku dan suami setiap pagi rajin olahraga mengitari sebuah taman di daerah Tebet. Taman ini memang diperuntukkan untuk jalur hijau dan paru-paru kota Jakarta. Pohon-pohonnya rindang dan ada sebuah kolam yang cukup panjang disana. Di atas kolam tersebut tumbuh tanaman teratai.
Bagiku dan suamiku semua keberadaan yang ada di taman Bibit Tebet ini biasa saja. Pemandangan yang sudah amat biasa aku lihat dalam keseharian. Begitu biasa sehingga aku tidak menaruh perhatian dimana letak menariknya. Hanya saja taman ini memang membuat nyaman. Kadar oksigennya banyak sejauh kita melakukan olahraga jogging di sana. Pepohonannya rindang dan meneduhkan. Tapi bagi putriku hal yang biasa ini ternyata adalah sesuatu yang: luar biasa.
"Waa.... bagus banget. Itu tanaman apa bu?"
"Hmm... tanaman apa ya? Ibu juga gak begitu." (fakta sebenarnya: ibu gak pernah merhatiin itu tanaman apa. Selama ini lewat ya lewat aja)
"Enak ya jalan disini. Seru..."
"Oh ya? Iya sih... enak." (fakta sebenarnya: ibu sudah biasa banget lewat sini, jadi biasa saja sebenarnya)
"Eh... itu bunga apa? Besar banget?... Lihat yuk."
"Yang mana? Oh ... yang itu... namanya bunga teratai." (fakta sebenarnya: eh..eh.., ada bunga teratai toh disini? aih, selama ini gak pernah merhatiin. Kemenong ajeee?)
Akhirnya, berdua putri bungsuku aku baru menyadari betapa indah dan luar biasanya taman Tebet yang biasa aku lewati itu. Sambil menikmati seluruh pemandangan luar biasa tersebut, aku berusaha menjelaskan bahwa Teratai adalah salah satu tanaman yang tumbuh tanpa media tanam dari tanah.
"Jadi, dia tumbuh di atas air?"
"Iya... akarnya serabut kalau gak salah dan nyari makanan dari serpihan-serpihan makanan yang ngambang di air gitu kalau gak salah."
"Oh.... bagus ya."
Akhirnya, karena putri bungsuku ini (usianya baru 8 tahun) begitu kagum pada bunga teratai, aku pun mengabadikan beberapa gambar. Kebetulan, ada beberapa tawon di atas bunga teratai putih. Jadi, aku pun punya kesempatan untuk menjelaskan tentang penyerbukan yang terjadi dengan bantuan para lebah yang hinggap di putih dan benang sari bunga teratai.
A video posted by Ade Anita (@adeanit4) on
Penampilan Lusuh Penghasilan Jutawan
Selasa, 25 November 2014
Berapa penghasilan kalian semua setiap bulannya?
Ah. Pertanyaan ini kasar dan terlalu frontal ya.
Baiklah. Aku akan mengubah redaksionalnya.
Setiap pagi, pada mereka yang mengenakan celana panjang pantalon, kemeja licin dan berdasi... berapa kira-kira penghasilan mereka setiap bulannya? Ada yang bisa memberi rincian kisarannya? Aku pernah iseng-iseng bertanya pada beberapa orang dan ternyata kisaran penghasilan mereka yang mengenakan celana pantalon rapi, kemeja licin, berdasi, dan pakai minyak wangi itu, setiap bulannya memiliki penghasilan berkisar antara Rp3.000.000 (tiga juta rupiah) hingga Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah). Angka terbesar ini juga jarang sih sebenarnya. Yang terbanyak itu kisarannya di pertengahan.
Nah.... waktu salah satu anakku masih duduk di bangku Sekolah Dasar, seorang ibu yang menjadi salah satu orang tua murid teman anakku datang ke sekolah dengan tangan yang dipenuhi gelang emas hingga bunyinya bergemerincing dan kalung dengan rantai besar hingga nyaris aku menyangka dia sedang mengalungi tali tas pesta. Semuanya terbuat dari emas tuh. Dan dompetnya tebal sekali layaknya sebuah sandwich dengan irisan daging-tomat-wortel-telur yang tebal. Yupe. Duit yang diselipkan dalam dompetnya memang amat gemuk alias banyak sekali.
Ketika ibu-ibu itu datang, beberapa ibu-ibu lain mencibir padanya. Jadilah aku iseng bertanya kenapa dicibirin?
"Duh, bu Ade. Bu Ade tahu gak apa pekerjaan ibu itu?"
"Apa?"
"Dia sehari-hari bekerja sebagai pemulung!"
Hah?
Aku kaget dan terpaksa memperhatikan penampilan si ibu ini dari atas ke bawah dengan lebih seksama. Emas dan dompetnya bukan fatamorgana. Asli dan Nyata. Jadi?
"Kok dia bisa ...? Berarti dia...?"
"Kapan-kapan, Bu Ade main deh ke rumah saya nanti lihat penampilan ibu itu sehari-hari. Seratus delapan puluh derajat banget dengan penampilan dia kalau lagi ke sekolah. Sehari-hari tuh cuma pakai sendal jepit dekil, bajunya warnanya abu-abu lusuhhh banget. Tapi duitnya... wuihhh..... di kampung, rumahnya tuh banyak. Belum sawahnya. Makanya emasnya banyak banget. Itu aja sudah beberapa kali kecurian tapi tetap saja banyak."
Sekarang... anak saya yang itu, sudah remaja. Nah... ada anak saya yang bungsu yang sekarang duduk di SD.
Di depan sekolah SD, ada pemukiman kumuh yang ditempati oleh para pemulung. Bulan lalu, pemukiman itu kena gusur oleh PEMDA DKI karena pemukiman tersebut berdiri di atas lahan hijau. Jadi, rencananya di atas tanahnya akan dibuat taman dan paru-paru kota.
Pasca penggusuran, seorang ibu temanku yang merasa kasihan dengan mereka yang tergusur iseng bertanya pada para korban penggusuran.
"Gimana kabarnya? Sudah dapat tempat tinggal baru?"
"Sudah bu, alhamdulillah."
"Alhamdulillah. Masih tetap ngumpul atau jadi berpencar sekarang?"
"Berpencar bu. Mau gimana lagi?
"Tapi kan yang penting sudah dapat tempat tinggal lagi? Iya nggak? Daripada nggak punya tempat tinggal?"
"Iya.... yang belum punya tempat tinggal cuma si ibu xxxx saja kok."
"Ohh.. kenapa?"
"Susah bu nyari tempat tinggal yang cocok."
"Susahnya?"
"Iya, nyarinya yang kecil aja, sederhana. Tapi ternyata tempat tinggal yang kecil dan sederhana itu tidak muat untuk nyimpen mobilnya. MObilnya ada dua soalnya. Salah satunya Pajero Sport."
Cerita temanku ini langsungn menggemparkan semua ibu-ibu yang sedang bergerombol dan semula memperlihatkan wajah prihatin.
WHAT???
"Aih... kalau sekaya itu ngapain nyari rumah yang kecil dan sederhana sih? Ya sewa rumah yang gede aja sekalian." (nada temanku mulai kesal dan sewot, tapi dijawab dengan tenang oleh lawan bicaranya)
"Ya... buat apa bu nyewa yang gede? RUmah di kampung dah banyak dan gede-gede pula. Mending gedein rumah di kampung daripada gedein rumah di kota."
AHRHHHHGGHH.... Menyebalkan!!
Bikin sewot aja.
Ah. Pertanyaan ini kasar dan terlalu frontal ya.
Baiklah. Aku akan mengubah redaksionalnya.
Setiap pagi, pada mereka yang mengenakan celana panjang pantalon, kemeja licin dan berdasi... berapa kira-kira penghasilan mereka setiap bulannya? Ada yang bisa memberi rincian kisarannya? Aku pernah iseng-iseng bertanya pada beberapa orang dan ternyata kisaran penghasilan mereka yang mengenakan celana pantalon rapi, kemeja licin, berdasi, dan pakai minyak wangi itu, setiap bulannya memiliki penghasilan berkisar antara Rp3.000.000 (tiga juta rupiah) hingga Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah). Angka terbesar ini juga jarang sih sebenarnya. Yang terbanyak itu kisarannya di pertengahan.
Nah.... waktu salah satu anakku masih duduk di bangku Sekolah Dasar, seorang ibu yang menjadi salah satu orang tua murid teman anakku datang ke sekolah dengan tangan yang dipenuhi gelang emas hingga bunyinya bergemerincing dan kalung dengan rantai besar hingga nyaris aku menyangka dia sedang mengalungi tali tas pesta. Semuanya terbuat dari emas tuh. Dan dompetnya tebal sekali layaknya sebuah sandwich dengan irisan daging-tomat-wortel-telur yang tebal. Yupe. Duit yang diselipkan dalam dompetnya memang amat gemuk alias banyak sekali.
Ketika ibu-ibu itu datang, beberapa ibu-ibu lain mencibir padanya. Jadilah aku iseng bertanya kenapa dicibirin?
"Duh, bu Ade. Bu Ade tahu gak apa pekerjaan ibu itu?"
"Apa?"
"Dia sehari-hari bekerja sebagai pemulung!"
Hah?
Aku kaget dan terpaksa memperhatikan penampilan si ibu ini dari atas ke bawah dengan lebih seksama. Emas dan dompetnya bukan fatamorgana. Asli dan Nyata. Jadi?
"Kok dia bisa ...? Berarti dia...?"
"Kapan-kapan, Bu Ade main deh ke rumah saya nanti lihat penampilan ibu itu sehari-hari. Seratus delapan puluh derajat banget dengan penampilan dia kalau lagi ke sekolah. Sehari-hari tuh cuma pakai sendal jepit dekil, bajunya warnanya abu-abu lusuhhh banget. Tapi duitnya... wuihhh..... di kampung, rumahnya tuh banyak. Belum sawahnya. Makanya emasnya banyak banget. Itu aja sudah beberapa kali kecurian tapi tetap saja banyak."
Sekarang... anak saya yang itu, sudah remaja. Nah... ada anak saya yang bungsu yang sekarang duduk di SD.
Di depan sekolah SD, ada pemukiman kumuh yang ditempati oleh para pemulung. Bulan lalu, pemukiman itu kena gusur oleh PEMDA DKI karena pemukiman tersebut berdiri di atas lahan hijau. Jadi, rencananya di atas tanahnya akan dibuat taman dan paru-paru kota.
Pasca penggusuran, seorang ibu temanku yang merasa kasihan dengan mereka yang tergusur iseng bertanya pada para korban penggusuran.
"Gimana kabarnya? Sudah dapat tempat tinggal baru?"
"Sudah bu, alhamdulillah."
"Alhamdulillah. Masih tetap ngumpul atau jadi berpencar sekarang?"
"Berpencar bu. Mau gimana lagi?
"Tapi kan yang penting sudah dapat tempat tinggal lagi? Iya nggak? Daripada nggak punya tempat tinggal?"
"Iya.... yang belum punya tempat tinggal cuma si ibu xxxx saja kok."
"Ohh.. kenapa?"
"Susah bu nyari tempat tinggal yang cocok."
"Susahnya?"
"Iya, nyarinya yang kecil aja, sederhana. Tapi ternyata tempat tinggal yang kecil dan sederhana itu tidak muat untuk nyimpen mobilnya. MObilnya ada dua soalnya. Salah satunya Pajero Sport."
Cerita temanku ini langsungn menggemparkan semua ibu-ibu yang sedang bergerombol dan semula memperlihatkan wajah prihatin.
WHAT???
"Aih... kalau sekaya itu ngapain nyari rumah yang kecil dan sederhana sih? Ya sewa rumah yang gede aja sekalian." (nada temanku mulai kesal dan sewot, tapi dijawab dengan tenang oleh lawan bicaranya)
"Ya... buat apa bu nyewa yang gede? RUmah di kampung dah banyak dan gede-gede pula. Mending gedein rumah di kampung daripada gedein rumah di kota."
AHRHHHHGGHH.... Menyebalkan!!
Bikin sewot aja.
Persembahan Sederhana
Rabu, 05 November 2014
[Keluarga] Aku punya cerita.
Waktu hamil anak ke 6 (kalo jadi semua anakku sudah 6 orang, tapi yang hidup alhamdulillah hanya 3 pada akhirnya), aku terus menerus muntah muntah. Apa saja yang aku masukkan ke dalam mulut langsung dimuntahkan lagi. Masuk sesendok makanan keluar lima sendok. Bahkan ketika tidak makan apa2 tetap saja aku muntah2. Kepala sampai pusing, badan sampai lemas. Hingga suatu hari, di rumah seorang diri dan aku terus saja muntah2. Hingga pusing, dan gemetar lapar. Tapi ketika buka kulkas, kulkasku kosong. Tidak ada makanan apa2, jangankan yang matang, yang mentah saja tidak ada. Semua orang pada pergi. Suami kerja, anak2 sekolah dan aku tidak punya pembantu memang. Akhirnya aku menangis sendirian krn utk jalan ke warung benar2 sudah tidak ada tenaga lagi. Ketika itulah tiba2 pintu rumahku diketuk orang. Ketika dibuka ternyata ada temanku disana. Dia membawakan semangkuk makanan, tempe oseng cabe hijau dengan sedikit nasi.
Senam Agar Perut Rata
Selasa, 04 November 2014
Aku seorang penggemar melihat gambar orang lagi olahraga.
Hahahaha... olahraganya sih belum sampai setingkat penggemar olahraga (*baru sampai taraf senang mengumpulkan baju olah raganya dan melihat aneka gerakan olahraga saja hahaha).
Tentu saja hal ini tidak bisa membuat tubuhku bak olahragawati.... bahkan meski sudah mimpi sambil ngelindur san koprol sekalipun.
"Gak apa-apa. Kumpulin aja dulu gambar langkah-langkahnya...siapa tahu niatnya jadi makin kuat buat ngelakuin itu."
Nahh... ini beberapa gambar gerakan olahraga ringan (*kata siapa??) Yang bisa dilakukan di rumah (*jika sudah niat banget). Dengan begitu bisa hemat tidak perlu pergi ke GYM. Semua gambar ini aku ambil dari Pinterest.
Hal Kecil yang Menjadi Rumit
Kemarin sore, sepulang dari mengantar anakku yang kurang sehat ke dokter, aku segera memasak makan malam. Aku memang terbiasa memasak setelah pukul 5 sore alias 17.00 setiap harinya. Semata karena perhitungan orang'orang penting di rumah ini (*yaitu suami dan anak-anak) baru pada pulang ke rumah sore hari. Jadi pasukan lengkap kami berkumpul ketika makan malam.
Karena putraku kurang sehat (kata dokter kena maag akut plus ada bakteri yang masuk ke perutnya) maka aku membuat sop. Kuahnya bening dan minim rempah. Jadi perkiraanku tidak akan membuaat eneg (*karena putraku itu muntah, mual dan sering buang air besar serta demam). Setelah memasukkan kentang dan makaroni, aku pun mendirikan shalat maghrib.
Selesai mengucap salam? Tiba-tiba hidungku mencium aroma harum sop yang mulai mendidih. Maka segera setelah berdoa, aku berdiri dan mulai melipat mukenah. Malas berjongkok aku membungkuk miring untuk memungut mukenah. Ketika itulah tiba2...CELEKIT..
. Pinggang belakangku rasanya seperti kaku dan sakit sekali jika digerakkan.
Aduh.
Bagaimana ini?
sementara aroma harum sop kian memenuhi ruangan.
Dilema.
Mau lanjut masak atau mengatasi rasa sakit di pinggang ya?
Akhirnya, aku memilih diam untuk melanjutkan memasak. Aku panggil anak perempuan ku dan meminta nya untuk memasukkan personil sop yang lain. Setelah selesak, sambil makan malam bersama anak-anakku, aku minta tolong outriku agar membantu adiknya mengerjakan tugas kliping.
Setelah itu...barulah aku masuk kamar dab mulai melakukan pengobatan sendiri: dengan melakukan streching alias peregangan otot.
Suamiku pulang tidak lama setelah aku melakukan senam kecil di atas tempat tidur.
Tapi.... sakit di pinggang tidak juga hilang. Bahkan ditambah dengan semakin melebar aakitnya dan kian susah bergerak.
Aku malah sulit bangun dari posisi tidur.
Aduhhh.
Akhirnya pagi ini, diantar suamiku untuk pergi ke doter.
Hasilnya, sepertinya aku kena salah urat. Dokter menyarankanku untuk menyetok Voltaren minum untuk persediaan jika kambuh lagi sakitnya di masa yang akan datang.
Ini saran dokter untuk pertolongan pertama pada sakit sendi di pinggang atau punggung:
1. Duduk di kursi dengan sandaran tegao tapi empuk. Lalu ambil nafas sejenak agar rileks.
2. Ambil kompresan plastin lalu isi dengan air panas. Kompres bagian yang sakit dengan kompres air panas tersebut.
3. Duduklah santai 1 s.d 2 jam dan tidak usah pegang apa'apa dulu.
4. Jika ada persediaan voltaren, minumlah sebutir dan bagian pinggangnya diolesi Voltaren juga.
Hal2 yang sebaiknya dihindari:
1. Segera mencari dukun pijat. Pada beberapa kasus sering terjadi salah pijat sehingga kondisi malah semakin parah.
2. Jangan menaruh kompres yang terlalu panas. Karena bisa melukai kulit yang tersentuh.
3. Jangan panik. Karena panik tidak menyelesaikan masalah apapun.
Dan berikut ini adalah foto yang aku ambil di rumah sakit. Siapa tahu berguna.
Ternyata ya... hal yang sepele seperti memungut mukenah di lantai jika dilakukan dengan gegabah bisa berdampak munculnya sesuatu yang rumit.
Jadi... hati-hati ya mulai sekarang. Jangan pernah menganggap sepele hal yang sederhana.
Karena putraku kurang sehat (kata dokter kena maag akut plus ada bakteri yang masuk ke perutnya) maka aku membuat sop. Kuahnya bening dan minim rempah. Jadi perkiraanku tidak akan membuaat eneg (*karena putraku itu muntah, mual dan sering buang air besar serta demam). Setelah memasukkan kentang dan makaroni, aku pun mendirikan shalat maghrib.
Selesai mengucap salam? Tiba-tiba hidungku mencium aroma harum sop yang mulai mendidih. Maka segera setelah berdoa, aku berdiri dan mulai melipat mukenah. Malas berjongkok aku membungkuk miring untuk memungut mukenah. Ketika itulah tiba2...CELEKIT..
. Pinggang belakangku rasanya seperti kaku dan sakit sekali jika digerakkan.
Aduh.
Bagaimana ini?
sementara aroma harum sop kian memenuhi ruangan.
Dilema.
Mau lanjut masak atau mengatasi rasa sakit di pinggang ya?
Akhirnya, aku memilih diam untuk melanjutkan memasak. Aku panggil anak perempuan ku dan meminta nya untuk memasukkan personil sop yang lain. Setelah selesak, sambil makan malam bersama anak-anakku, aku minta tolong outriku agar membantu adiknya mengerjakan tugas kliping.
Setelah itu...barulah aku masuk kamar dab mulai melakukan pengobatan sendiri: dengan melakukan streching alias peregangan otot.
Suamiku pulang tidak lama setelah aku melakukan senam kecil di atas tempat tidur.
Tapi.... sakit di pinggang tidak juga hilang. Bahkan ditambah dengan semakin melebar aakitnya dan kian susah bergerak.
Aku malah sulit bangun dari posisi tidur.
Aduhhh.
Akhirnya pagi ini, diantar suamiku untuk pergi ke doter.
Hasilnya, sepertinya aku kena salah urat. Dokter menyarankanku untuk menyetok Voltaren minum untuk persediaan jika kambuh lagi sakitnya di masa yang akan datang.
Ini saran dokter untuk pertolongan pertama pada sakit sendi di pinggang atau punggung:
1. Duduk di kursi dengan sandaran tegao tapi empuk. Lalu ambil nafas sejenak agar rileks.
2. Ambil kompresan plastin lalu isi dengan air panas. Kompres bagian yang sakit dengan kompres air panas tersebut.
3. Duduklah santai 1 s.d 2 jam dan tidak usah pegang apa'apa dulu.
4. Jika ada persediaan voltaren, minumlah sebutir dan bagian pinggangnya diolesi Voltaren juga.
Hal2 yang sebaiknya dihindari:
1. Segera mencari dukun pijat. Pada beberapa kasus sering terjadi salah pijat sehingga kondisi malah semakin parah.
2. Jangan menaruh kompres yang terlalu panas. Karena bisa melukai kulit yang tersentuh.
3. Jangan panik. Karena panik tidak menyelesaikan masalah apapun.
Dan berikut ini adalah foto yang aku ambil di rumah sakit. Siapa tahu berguna.
Ternyata ya... hal yang sepele seperti memungut mukenah di lantai jika dilakukan dengan gegabah bisa berdampak munculnya sesuatu yang rumit.
Jadi... hati-hati ya mulai sekarang. Jangan pernah menganggap sepele hal yang sederhana.
Langganan:
Postingan (Atom)