Pentingnya Apresiasi Agar Tetap Berprestasi

 [Parenting] Semua orang tua, tanpa terkecuali, dalam hidupnya pasti pernah melontarkan sebuah kalimat untuk mengapresiasi peningkatan kemampuan yang berhasil dilalui oleh anaknya.

"Eh, adik sudah bisa makan sendiri? Keren."

"Masya Allah anak ibu sudah tidak ngompol lagi."

"Alhamdulillah, anak ayah bisa berjalan sendiri."

Jika dihitung, ada banyak sekali bentuk apresiasi yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Apresiasi itu adalah bentuk dari kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Hal yang sederhana. murah untuk dilakukan, mudah untuk diterapkan, tapi membawa dampak yang luar biasa pada seorang anak.

Lewat apresiasi yang diterima dari orang tuanya, seorang anak tahu bahwa dia dipedulikan dan dihargai. Dengan demikian, anak menjadi percaya diri untuk melakukan sesuatu. Rasa percaya diri ini membuat anak punya keinginan untuk bisa melakukan lebih dari yang dia capai saat ini. Hal inilah yang menjadi awal tumbuhnya niat untuk bisa berprestasi dalam diri anak.

Tatap Muka

 [Cerpen IndiHome] 

Tatap Muka

(oleh : Ade Anita)

Jempol Bu Brata bergerak menggeser layar handphone agar isi berita yang tampil di layar berubah. Menelusuri satu demi satu isi obrolan yang tampil runut di grup chat. Mencari sebuah nama.

"Hei, mau sampai kapan sih asyik dengan hamdphonenya? Ini kenapa deh, yang jauh dicari yang dekat dicuekin." Pak Brata memperlihatkan wajah cemberut. Tapi ekspresi ini diacuhkan oleh Bu Brata. Bu Brata tahu, suaminya tidak benar-benar sedang marah. Protes iya, tapi marah tidak. 35 tahun menikahi lelaki, yang kini memiliki rambut tipis beruban dan separuh botak, membuat Bu Brata tahu kebiasaan suaminya. Pria bermata lembut itu selalu berusaha keras mengerti dirinya dan selalu punya segudang kata maaf dan maklum atas apapun yang Bu Brata lakukan.

"Ih, si papa. Aku lagi cari komentarnya Elsye. Kok dia sudah lama loh nggak ikutan kasih komen di grup alumni SD."

"Ya bisa saja kan dia lagi sibuk?" Pak Brata menjulurkan lehernya hingga kepalanya condong ke arah layar handphone istrinya. Matanya seakan berusaha untuk mencuri lihat percakapan di layar handphone. Tapi Bu Brata tahu, sekeras apapun usaha Pak Brata melirik tulisan di layar handphone di tangannya, besar kemungkinan Pak Brata tetap tidak bisa membacanya. Kedua mata lelaki berusia 65 tahun itu sudah ada kataraknya. Stadium 4 pula. Jadi, jika membaca harus benar-benar dekat dengan wajah baru bisa terlihat jelas.