Kebaikan Tidak Bisa Bercampur Dengan Keburukan

 Insya Allah, aku akan men share artikel agama Islam yang ingin kalian membacanya karena isinya bagus untuk pengingat kita semua. 
Hari ini, artikelnya bersumber dari One Day One Hadits. Aku dapat dari grup WA. Sayangnya tidak ada penulisnya. Tapi tulisannya bagus. Semoga penulis/penyusunnya mendapat pahala meski tidak mencantumkan namanya di tulisannya. Aamiin.

Artikel berikut ini tentang, kebaikan yang tidak akan pernah bisa bercampur dengan keburukan. Karena hal inilah maka kita cenderung untuk mencari bestie atau teman yang punya kecenderungan yang sama dengan kita. Kita kesulitan untuk bisa akrab dengan orang yang berbeda dengan kita.

Mungkin, kita bisa kenal banyak sekali orang. Tapi coba deh hitung, berapa banyak yang terasa klik di hati. Berapa banyak teman yang kita bisa membagi rahasia kita dengan mereka? Berapa banyak teman yang kita bisa beri kepercayaan? Tidak banyak kan? Nah, merekalah orang yang sebenarnya punya satu atau banyak kesamaan dengan kita. Entah cara pandang, prinsip, atau visi misinya. Atau bahkan sikap atau karakternya. 

Nah, ini juga bisa banget loh jadi perenungan jika ternyata kita akrab dengan orang "jahat". Apa jangan-jangan, bukan cuma dia yang jahat, tapi kita juga? 

Yuk, baca artikel di bawah ini. Selamat membaca

Resep Nasi LIwet Teri Medan Pakai Ricecooker

 [Lifestyle] 


Sudah lama tidak ngeblog. Pekan lalu, qadarullah aku masuk rumah sakit karena terkena serangan sakit kepala yang luar biasa. Setelah pemeriksaan, ternyata aku terkena hipertensi yang diakibatkan oleh kolesterol yang lumayan tinggi. 

Waktu masuk rumah sakit, tekanan darahku 174/97. Mungkin bagi orang lain ukuran segini biasa saja ya. Masalahnya, aku selama ini pengidap hypotensi alias tekanan darah rendah. Jadi, dengan ukuran 174/97 itu sudah amat tinggi buatku. Jadilah aku harus diopname selama 4 hari di rumah sakit.

Waktu masuk rumah sakit, otomatis setiap hari suami dan anak-anak mengunjungiku untuk memberi semangat agar lekas sembuh sejak pagi hingga malam. Pagi sebelum berangkat kerja, mereka mampir dulu ke rumahku. Lalu berangkat ke tempat kerja dari Rumah Sakit. Pulang dari tempat kerja, langsung ke rumah sakit. Tanpa pulang ke rumah terlebih dahulu. Makan, minum, ngobrol, mengerjakan tugas yang belum selesai, dilakukan di samping tempat tidurku. Berkumpul itu rasanya nikmat meski buat orang lain mungkin terlihat tidak nyaman karena deprok di atas tikar di lantai, di samping ranjang pasien. Makan sekedarnya beli di penjual makanan yang ada di seputar rumah sakit. Begitulah.

Jadi, ketika aku pulang kembali ke rumah setelah dinyatakan sehat; kami sekeluarga baru menyadari satu hal: ada banyak sekali makanan basi yang harus dibuang, meski mereka ada di dalam kulkas. Ada yang berjamur, ada yang sudah berbuih. Sayuran pun banyak yang sudah terlalu layu hingga mendekati busuk. Jadi semua harus dibuang. Kulkas dibersihkan. Kosong deh kulkas. 

Pertanyaannya. kami kan tetap harus makan ya. Lalu, mau makan apa? Yang masih tersisa di rumah hanya bahan makanan yang tidak basi atau tidak layu karena memang bisa disimpan dalam waktu lama. Yaitu beras, minyak goreng, teri medan, aneka bumbu berbentuk bubuk, bawang merah, bawang putih, cabe. 

Akhirnya, karena masih lemas juga jadi belum banyak energi yang tersisa buat beli bahan makanan mentah di pasar atau mall, duit juga lumayan sudah terkuras selama aku dirawat inap di rumah sakit dan keluargaku berkumpul bersama jadi harus makan di luar terus selama itu. Jadi, buat beli pesan antar makanan, kok sayang duitnya ya. Akhirnya, aku berinisiatip untuk memberi pengarahan pada anakku untuk bikin nasi liwet.