Teristimewa (bagian pertama, bersambung)

Tujuh tahun lalu aku pertama kali bertemu dengannya.
Seorang perempuan biasa.
Rumahnya biasa, rumah sederhana dengan satu buah pintu dan empat buah jendela yang terbuat dari kayu yang sudah rapuh. Beberapa atap rumahnya tampak sudah lenyap. Hingga memberi celah bagi mentari untuk menggantikan bohlam lampu di malam hari. Sebuah bohlam lampu yang ada di tengah ruang tamu adalah satu-satunya bohlam lampu yang ada di rumah tersebut. Jangan pernah pergi ke samping rumah. Karena rumah ini adalah rumah yang istimewa. Empat buah tonggak bambu telah menopang salah satu dindingnya, agar rumah ini bisa tetap berdiri kokoh meski doyong ke samping

Kedua anaknya juga anak biasa. Punya kulit setengah terbakar karena terlalu banyak terbakar sinar matahari karena kegiatan mereka yang memang banyak dilakukan di luar rumah. Membantu bapaknya keluar masuk kampung berdagang cendol. Atau membantu ibu mengambil daun pisang untuk dijual ke pasar tradisional.

Yang teristimewa justru peristiwa ketika aku pertama kali bertemu dengan perempuan biasa ini.
Ketika itu, dia menatapku dengan bola mata yang nanar.
Bola mata yang cekung. Rupanya seluruh danau air mata yang pernah ada di sana telah habis terkuras hingga kini hanya meninggalkan sebuah cekungan yang amat dalam. Sedalam jurang yang terjal. Bahkan kita bisa melihat isi perut bumi di dalamnya.

Kedua kakinya tampak gemetar. Tak kuat menahan beban tubuhnya yang hanya tersisa sekelingking saja.
Lalu bibirnya yang kering kerontang gemetar menyampaikan keinginan kuatnya padaku,
"Aku ingin mati saja."
Dan tiba-tiba dia pun luruh di hadapanku. Berusaha untuk menangis tapi tak dapat mengeluarkan air mata lagi. Bahkan kemudian jemarinya mengais-ngais tanah, berharap tanah akan terbuka dan menguburkan dirinya hidup-hidup. Sebuah pisau sudah siap memutuskan urat nadi di tangannya.
"Dia tidak main-main, dia memang ingin bunuh diri sejak tadi." Beberapa orang yang berkerumun mengelilingi perempuan itu mulai berbisik padaku.

Ya. Tujuh tahun yang lalu, suami perempuan ini meninggal karena penyakit yang cukup parah. Meninggalkan dua orang anak yang masih kecil, istri yang kurus kerontang, dan hutang yang bertumpuk-tumpuk amat gemuk. Semua orang memburunya agar segera melunasi hutang yang terus berbunga setiap harinya, lalu berbuah dan bertunas dengan amat suburnya. Tiap-tiap putik sarinya memiliki taring yang menancap kian dalam di daging tubuh lalu ganas menghisap darah.
Sementara semua saudara menutup pintu mencoba membersihkan diri dari silsilah keluarga.
Sedangkan suaminya.... terkapar di atas lantai dalam keadaan sudah menjadi mayat
Tidak ada uang, bahkan untuk mengurus jenazah dan menguburkannya secara layak.
Sebagaimana yang dilakukan oleh orang biasa.
"Berapa memangnya biaya yang dibutuhkan untuk mengurus dan menguburkan jenazah?"
"Rp500.000."

Beberapa mulut mulai bergumam dengan kepala bergeleng tanda menyesali sesuatu, "Ah, sudah tahu miskin, kenapa harus mati? Sakit saja dilarang, apalagi mati? Kalau begini, mau dikubur dimana coba?"

Ingin rasanya aku memeluk tubuh ringkih itu erat-erat
Agar kehangatan bisa aku kirim secepatnya, dan gemetar pilu itu pun pergi terhalau
Tapi yang bisa kuberikan ternyata hanya dua buah gumpalan kapas
"Sumbat telingamu, bayangkan saja dari gumpalan kapas itu sedang diputar irama merdu dari gemericik air sungai nan bening di surga"
Dunia ini mungkin memang hanya milik mereka yang luar biasa, tapi Tuhan tahu, dimana orang biasa bisa memperoleh penghiburan

Lalu kemarin, aku bertemu lagi dengan perempuan biasa ini
Dan kembali dia meluruhkan dirinya di hadapanku
Sesenggukkan menahan tangis yang berkepanjangan
"Saya amat bahagia sekarang. Bahagia sekali. Anak saya yang besar sudah bekerja jadi OB di supermarket. Yang kecil masih terus bersekolah. Rumah saya juga tidak lagi mau rubuh. Ternyata benar, di balik kesulitan ada kemudahan. Setelah rasa pahit habis, saya bisa menemukan rasa manis yang sangat manis."

Tanpa terasa aku langsung meraih tubuh kurusnya yang mulai menua dalam pelukanku
Sejak dulu aku memang ingin sekali memeluknya erat-erat
Tapi dulu aku takut tulangnya yang rapuh akan patah berderak
Dengan rasa yang meluap terbawa arus bahagia yang digantangnya, aku mencoba mencari bola matanya
Bola mata yang tidak lagi cekung
Bahkan rona merah jambu telah mengalir di pipinya yang tidak lagi tirus

"Dunia ini mungkin hanya milik mereka yang luar biasa, Tapi Tuhan selalu tahu siapa yang istimewa. Ibu adalah salah satu yang teristimewa, kebangkitan ibu melawan keterpurukan itu amat sangat luar biasa. Bahkan melebihi orang yang luar biasa. Terima kasih ya bu, karena sudah mengajarkan pada saya, apa arti bangkit berdiri."

-------
Penulis: Ade Anita (dalam keterpanaan karena untuk kesekian kalinya melihat campur tangan Allah pada mereka yang terpilih. Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar).


Comment · Like · Share
Vienna Alifa, Sayuri Yosiana, Saptari Kurniawati and 21 others like this.
Elisa Trisnawati Ade bagus sekali.......begitu menyentuh, baca tulisanmu ini kerongkonganku tiba-tiba kering dan sakit.
23 September at 14:01 · Unlike · 1 person
Elisa Trisnawati O iya ketinggalan..........banyak pelajaran tersirat didalamnya...aku suka
23 September at 14:02 · Like
Ade Anita berarti kamu bisa membayangkan apa yang terjadi di dalam hatiku ketika bertemu dengan perempuan ini ya...sama lis, kehabisan kata-kata...
23 September at 14:02 · Like
Elisa Trisnawati Ini kisah nyata ya de? luar biasa ya....
23 September at 14:04 · Like
Nur Azizah mba, perempuan itu siapa? apa yg sudah terjadi pdnya hingga ia merasa bahagia?
23 September at 14:25 · Like
Tyasti Aryandini Mbak Ade...saya jd teringat Mak Ijo,masih kerabat suami saya,yg suaminya baru wafat akhir ramadhan kmarin.dulu..Mak Ijo adalah istri muda.jadi anak2 dr istri tua yg sdh lama skali wafat..skrg ini amat membencinya.Pagi td dia datang memohon ...See more
23 September at 14:31 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita ‎@nur azizah: tujuh tahun lalu kedua anaknya tidak bisa sekolah krn tidak ada biaya, rumahnya mau rubuh bahkan dia nggak bisa ngurus dan ngubur jenazah suaminya krn nggak ada duit. belum para rentenir yg nguber2. trus, akhirnya ada ortu asu...See more
23 September at 14:44 via Facebook Mobile · Like
Nur Azizah ooh...kok mba ade bs kenal? dekatkah dg dia?
23 September at 14:46 · Like
Ade Anita hmm...aku dan suamiku juga bingung kadang2, sering sekali bertemu orang2 istimewa ini. tujuh tahun yg lalu, ada teman yg tiba2 ngasitahu ada orang yg mau bunuh diri di daerahnya... awalnya diisyukan dia perempuan gila krn stress.... jadi aku dikenalin deh...
23 September at 14:56 via Facebook Mobile · Like
Heni Ummu Jaisy Qt memohon kekuatan... Dan Allah memberi Qt kesulitan2 untuk membuat Qt tegar, Qt memohon kebijakan... Dan Allah memberi Qt berbagai persoalan hidup agar Qt Tambah bijaksana, Qt memohon cinta dan Allah memberi Qt orang2 bermasalah untuk diselamatkan dan dicintai. Bgtulah diantara cara Allah membimbing Qt. Wallahu'alam bishowab.
23 September at 15:09 via Facebook Mobile · Like · 2 people
Ade Anita subhanallah Henny...aku suka banget dengan apa yg kamu tulis...makasih ya..amat mencerahkan dan memberi semangat
23 September at 15:16 via Facebook Mobile · Like
Faradina Izdhihary Mbak.... hiks..... aku nangis poll!!! Allah telah memberi dia anak2 yang baik, Allah telah menyediakan baginya pahala atas kesabaran. Allah memberikan pelajaran bagi kita.
23 September at 16:08 · Like
Ade Anita iya..itu sebabnya, siapapun tidak pernah sadar bahwa bersama kesulitan selalu ada kemudahan..bagi yg melalui kesulitan, yg hadir di benak adalah harapan bahwa setelah kesulitan maka kemudahan akan datang...dan itu adalah janji Allah yg bisa dipercaya...
23 September at 16:16 via Facebook Mobile · Like · 1 person
Nur Azizah mba ade byk didekatkan oleh orang2 seperti itu yaa...subhanallah...berguna utk menajamkan hati, nurani, dan akal, dan tentu jg iman. Ah, notes ini menyadarkanku bhw aku tlh begitu sering mengeluh. Ayo, kt lbh mensyukuri hidup. Fabiayyi alaa irobbikuma tukadzibaan... :)
23 September at 16:48 · Like
Ade Anita alhamdulillah...
23 September at 16:50 via Facebook Mobile · Like
Dang Aji Sidik ya allah... aku tersentuh... hiks!
23 September at 17:04 · Like
Ade Anita dang aji, makasih ya udah sudi membacanya..
23 September at 17:07 via Facebook Mobile · Like
Ilham Q Moehiddin Menulis macam ini Ade Anita memang jagonya... Walau beliau mengaku "masih belajar" bikin larik indah untuk puisi, beliau selalu terbaca cantik dan asik dalam tulisan bertutur. Disini ini warna dan penciri tulisan Ade begitu terang dan jelas...See more
23 September at 17:18 · Like
Sari Viciawati Kata2 yang terurai indah ini membuat saya tenggelam. Lalu berenang-renang didalamnya. Menikmati kepedihan dari sisi lain. Bukan dengan rasa sakit. Namun melalui mata hati dan kebijaksanaan.
23 September at 18:48 via Facebook Mobile · Like
Nur Azizah mba sari curang wall-nya ditutup. klo gt aku ngomong disini aja deh.
Met Milad yaaa mbaakku yg lucuuuu....smg selalu menjadi istri dan ibu yg membanggakan!
23 September at 18:50 · Like
Sari Viciawati Eh..? Zaza kok tau aku milad? ;p hehehe... Makasih, ya... Wish all the best for you too! :)
23 September at 18:54 via Facebook Mobile · Like
Nur Azizah hehehe...dunia teknologi mah apa aja bs diketahui..hehe
direminder sm empe mba...hehe
amiin...tlg ajarin aku ya mba,,,, :)
23 September at 18:56 · Like
Sari Viciawati Oh...

Hihihi... Maap ya... Aku mau buka wall lagi, lupa caranya :p dulu cuma otak atik iseng, eh keterusan...

Sekali lagi makasih ya... Yuk, kita belajar bareng2 ;)
23 September at 19:02 via Facebook Mobile · Like
Sari Viciawati Mbak Ade, maap nih, jadi numpang chat disini. Hehehehehe...
23 September at 19:04 via Facebook Mobile · Like
Nur Azizah di tab account trus klik privacy settingnya mba.

iya share dong mba lewat tulisan...
23 September at 19:05 · Like
Sari Viciawati Ssiipp... Kalo inget, aku ubah deh. Dah dikritik dua org nih. Yang atu bilang belaga kek artis :D

Aku mah nulis di blogspot aja ah. Di FB mah malu. Aku kan pemalu. Hihihihi...
23 September at 19:08 via Facebook Mobile · Like
Nur Azizah wekekekekk.....
aduuh...klo yg pemalu nya aja kyk mba, gmn yg terbukanya :p
di mp dunk mba,,,hehe
*maksa
23 September at 19:09 · Like
Sari Viciawati Eh, empe lagi... Aku malu... *tutup muka*

Hihi...
23 September at 19:12 via Facebook Mobile · Like
Nur Azizah hahahah....mba sari nih...
23 September at 19:16 · Like
Ade Anita ehem..ada yg ulang tahun...sari, met ulang tahun ya...dan terima kasih komennya...
23 September at 20:50 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita ‎@ilham: mungkin krn ini lebih seperti menulis diary, dari peristiwa keseharian yg aku alami. jadi nulisnya juga ringan, tanpa beban, dan bisa menuangkan seluruh diriku utuh tanpa beban.
kalo nulis puisi, masih harus berimajinasi dulu, baru...See more
23 September at 20:58 via Facebook Mobile · Like
Yoyok Hitam ‎@ Mbak Ade : Jd itu emg kisah nyata y? Makasih y mbak, ak dah ditandai. Hehe.. Btw, emg beliau dpt cobaan yg berat. Alhamdulillah beliau mampu tuk sabar & ikhtiar (dan insya Allah kita selalu spt itu, amien..)

@ Mbak Heni : Mbak.. makasih u...See more
23 September at 23:10 · Like
Anne Adzkia Indriani Speechless mbak...saat baca kisah ini aku jd inget waktu mbak ade nulis kisah ttg tetangga mbak ade yg anaknya sakit/kecelakaan itu ya...سُبْØ­َانَ اللّÙ‡ُ ya, ternyata banyak org2 n kejadian2 yg luar biasa di luar sana. اَÙ„ْØ­َÙ…ْدُÙ„ِÙ„ّÙ‡ِ mbak ade dikasih kesempatan utk bertemu mereka lgsg...
24 September at 04:13 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita ‎@yoyok: seinget aku, sepanjang aku menulis (kecuali jika aku tandai itu sbg dongeng atau fiksi), semuanya adalah kisah2 nyata dari keseharian yg aku temui. aku orang yg sulit utk menghayalkan sesuatu yg aku nda tau. Jadi ya, ini dan juga 95% semua cerita dlm semua tulisan2ku adalah kisah nyata dari hal2 yg aku temui sehari-hari. aku merasa sayang saja jika pelajaran yg aku petik ini dinikmati sendiri lalu hilang tertelan terlupa oleh waktu.
24 September at 05:47 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita ‎@anne: and so do I...
24 September at 05:49 via Facebook Mobile · Like
Rumput Laut Izin share mba
24 September at 10:52 · Like
Ade Anita oke silahkan
24 September at 11:19 · Like
Nazla Luthfiah terhenyak. selalu indah mba pesannya
24 September at 11:35 · Like
Ade Anita ‎^_^... makasih ya lu
24 September at 11:43 · Like
Sari Viciawati Mbak Ade, makasih ucapan ultahnya ^^
24 September at 11:46 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita sama-sama sari... udah bisa dibuka untuk umum belum fbmu sekarang?
24 September at 11:51 · Like
Nazla Luthfiah belum tuh mba ade, masih berasa jd seleb kali dia moahahaha
24 September at 11:52 · Like
Sari Viciawati Belom mbak Ade, fb baru dibuka 5 menit lagi. Ga bisa diubah settingnya kalo liwt hape mah.. :p

Lulu, susah emang kalo jadi seleb... Ghyahahaha... Ntar kalo dah dibuka, ucapin ulang taon lagi, yak?
24 September at 11:56 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita wehehehehehe.... seleb yang gaptek...
24 September at 11:57 · Like
Sari Viciawati Ih, mbak Ade, saya tuh seleb tercanggih diatara sesama seleb lagi, mbak... Jiahahaha...*lirik Dewi Persik :D
24 September at 12:00 via Facebook Mobile · Like
Ate Aza kisah yang sangat menjual, mbak ade. terharu aku.

salam yah.
24 September at 13:40 · Unlike · 1 person
S Che Hidayat Ade..
Membaca memahami memaknai catatan ini ada sekeping hati meretak jatuh di atas lisan diamNya, betapa meski perih tersirat namun lukisan keadaan yang kau bangun dari alur cerita yang begitu mengalir membuat ku terbuai hingga berujung pad...See more
24 September at 14:34 via Facebook Mobile · Unlike · 1 person
Dessy Aja Tapi yang bisa kuberikan ternyata hanya dua buah gumpalan kapas

"Sumbat telingamu, bayangkan saja dari gumpalan kapas itu sedang diputar irama merdu dari gemericik air sungai nan bening di surga"

semoga empati kita tak hanya sampai pd merasak...See more
24 September at 15:34 · Unlike · 1 person
Ade Anita ‎@arther: makasih..
@s che: waah... makasih lagi.
24 September at 15:39 · Like
Ade Anita ‎@maknya mitha: iya.. semoga, aammiin.
24 September at 15:39 · Like
Dwi Klik Santosa tajuk yang bagus. adakah dalam realita bisa semanis simpulan kisah tulisan ini. mari merenungi.

"kemiskinan" selalu obyek bagi "kekayaan".
24 September at 15:54 · Like
Yoyok Hitam Oohh.. gitu ya mbak. Ya maaf, ak kan ga tau. Hehehe... Apalagi ak bkn org sastra jd perlu baca bbrp x biar lbh "ngena" inti & hikmahnya. :D
Yg penting, mbak Ade beruntung bs kenal dgn mrk dan kisah hdpnya. Alhamdulillah...
24 September at 19:55 · Like
Ade Anita ‎@yoyok: eh...aku juga bukan orang sastra dan semua tulisanku ditujukan utk siapa saja sebenarnya...hmmm...yoyok, menurutmu, apa tulisanku bahasanya sulit dipahami? kritik dan sarannya dong...soalnya percuma juga kalo aku nulis tapi bahasaku jadi menara gading yg sulit dipahami atau tidak dimengerti pesan yg ingin disampaikannya... hmm, jadi mikir nih...
24 September at 21:27 via Facebook Mobile · Like
Yoyok Hitam bkn gitu mbak, sbnrnya ckp mudah n jelas kok. cm ak aja yg suka sering error. hehehehe... mgk jg ak lbh suka dgn kata2 yg simple tp langsung ngena. menurutku itu lbh efektif aja. spt org yg lg ceramah, klo trlalu bnyk ngomong, bsr kemungkinan org2 yg dengerin ga bs nangkep inti maksudny, jd masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. tp ini kan kisah nyata yg pny arti, beda ma ceramah. hehehehe... :D
24 September at 21:45 · Like
Ade Anita oo...hehe..iya ngerti... emang dasarnya aku aja yg suka nulis berpanjang-panjang... nanti deh aku tulis ulang kisah di atas ya... biar lebih jelas pesannya..makasih ya yok...
24 September at 21:52 via Facebook Mobile · Like
Yoyok Hitam sama2 mbak.. tp ttp yg indah y, takutnya klo gaya bhsny diubah, bnyk penggemar mbak yg suka keindahan jd sdkt kcwa. hehehe... ^_^
24 September at 22:04 · Like
Ade Anita hehe..insya Allah..dikafemuslimah gaya nulisku juga berubah-ubah tuh..kadang ada yg protes kurang to the point, kadang ada yg saran agar diperhalus biar nggak terlalu tertohok...hehehe...aku nulis dgn gaya yg aku nyaman nulisnya..jadi ya nggak beda jauh sepertinya gayanya krn nyamannya baru sampai di tahap ini kok...makasih yok
24 September at 22:25 via Facebook Mobile · Like
Yulianti Wikanto Terima kasih dear untuk sharing nya yang luar biasa.. ;-)) Salam buat keluarga yaa..dear
25 September at 09:47 · Like
Ade Anita sama2 mbak yuli... buat kamu juga..
25 September at 10:22 · Like
Aisyah Dian terharu,...mbak pengen tahu cerita lengkapnya...bolehkah? oh iya smsku pending...ganti nomerkah sist?
27 September at 14:06 · Like
Ade Anita nggak ganti...tadi lowbat jadi blm dibalas maaf...
27 September at 14:25 via Facebook Mobile · Like
Sayuri Yosiana sungguh mengembun mata ini membacanya, mam. betapa sulit ya jad orang miskin. tak ada nafas baginya utk sebuah kesempatan hidup. So touching
03 October at 10:43 · Like
Ade Anita makasih sayuri.. cerita ini aku buat bersambung...
03 October at 11:04 via Facebook Mobile · Like

Tidak ada komentar