Alarm Mati di Waktu Weekend

[Keluarga] Mari menulis apa yang kita lakukan selama weekdays alias hari-hari kerja. Anakku 3, menantuku 1, ditambah dengn aku sendiri dan suami; mungkin ceritanya jadi agak panjang.
"MUNGKIN." Hahaha. Iya, mungkin.




Karena, sepertinya anak-anak dan suamiku adalah manusia istimewa.

Aku si Alarm Hidup


Di antara anak dan menantuku, yang memiliki jadwal tetap mungkin hanya putri bungsuku. Hal ini karena dia masih duduk di bangku SMP. Jadi, sudah pasti pagi-pagi dia yang paling terlihat sibuk. Selesai shalat shubuh, dia lansung mandi lalu bersiap-siap untuk sekolah. Menyetrika seragam, mengenakan seragam, memeriksa buku-buku, dan lain-lain.

Kegiatan pagiku adalah, mempersiapkan bekal untuk putri bungsuku ini. Sebelumnya, setelah shalat shubuh aku harus membangunkan putri bungsuku ini pukul 05.12.
Kenapa tanggung waktunya? Karena bagi putri bungsuku, setiap menit itu cukup berharga untuk dia tidur kembali seusai shala shubuh berjamaah.

Waktu shalat itu bukan waktu yang fix. Waktunya berubah seiring dengan perubahan gerakan pergantian bulan dan matahari. Waktu shubuh kadang bermula di pukul 04.05; tapi pernah juga 04.25. Selesai shalat, mata anak-anakku masih mengantuk. Jadi, mereka sering memilih untuk bisa tidur lagi sejenak.

Untuk mandi, gosok gigi, menyetrika pakaian, memakan pakaian, mempersiapkan buku-buku, dibutuhkan waktu kurang lebih 20 menit. Jika pun melenceng jangan lebih dari 5 menit, jika kecepatan, hmm.. jarang kecepatan kecuali jika dia lupa gosok gigi. Hehehe.

Berangkat sekolah harus di pukul 05.45. Harus. Karena lebih dari itu, dia akan terkena jalanan yang mulai macet. Sehingga, sisa waktunya setelah melakukan persiapan itu, masih ada waktu 10 - 15 menit untuk minum susu dan sarapan. Itu sebabnya dia harus bangun pukul 05.12.

Sedangkan aku sendiri, setelah shalat shubuh, biasanya aku mengaji. Aku tidak terbiasa tidur dengan waktu yang amat mepet alias sebentar. Kepala malah pusing jika baru tidur 15 menit tapi harus bangun lagi. Jadi, sambil menunggu pukul 05.12, aku mengaji Al Quran. Setelah membangunkan putriku, aku pun mendatangi dapur dan mulai memasak mempersiapkan bekal untuk anakku bersekolah.

Sejak awal sekolah, anak-anak perempuanku selalu membawa bekal ke sekolah. Karena mereka makan siangnya selalu di sekolah. Bisa jadi, hanya anak lelaki ku saja yang tidak membawa bekal karena alasan, "Malas ah, kayak anak perempuan saja bawa bekal ke sekolah." Berbeda alasannya dengan putri-putriku:

"Aku nggak sempat makan siang jika nggak bawa bekal. Kantin penuh. Antri milih makanan, lalu antri bayar ke kasir. Terus antri juga buat duduk. Belum lagi antri buat shalat. Antri wudhu, antri tempat. Terus tiba-tiba sudah bel masuk. Ya pasti nggak sempat makan."

Itu jawaban anakku ketika suatu hari ada saudara kami yang bertanya kenapa tidak diberi uang jajan saja dan beli makanan di kantin sekolah.
Entahlah.
Mungkin karena anak-anak perempuanku bukan tipe agresif. Jadi, ketika ada antrian, mereka akan ikut mengantri. Dan ketika ada yang menyalip antrian, mereka cenderung untuk "berpikiran positif : "oh mungkin dia lebih urgent kondisinya dibanding aku." Mereka juga cenderung untuk memaklumi jika mbak atau mas pelayan lamban dalam melayani dan kembali berpikiran positif : "Oh mungkin si mbak lelah harus melayani banyak anak.".

Pikiran positif ini, sering aku biarkan. Tapi, kadang jika aku sudah terlalu gemas melihat anak-anak perempuanku terlalu baik seperti ini, aku sedikit mempengaruhi mereka.

"Kamu tuh rawan dimanfaatin orang loh kalau selalu berpikiran seperti itu. Karena selalu ada orang yang terlalu malas untuk melakukan effort lebih lalu mereka memanfaatkan orang-orang yang selalu berpikiran baik seperti kalian. Sesekali, tegur tegas mereka yang menyalip. Atau tolak permintaan yang meminta kalian berkorban lebih hanya karena ada orang yang terlalu malas untuk berbuat lebih dalam memenuhi keinginan mereka."

Yap.
Anak tetap anak. Mereka memang terlihat baik dan manis, disamping karena mereka memang baik dan manis (alhamdulillah) tapi juga karena mereka kurang pengalaman untuk mengetahui bahwa ada pilihan lain yang bisa dilakukan dan masih dalam takaran "wajar dan tidak terlarang.".

Menunjukkan sikap tegas itu wajar dan tidak terlarang.
Menunjukkan sikap penolakan atas sesuatu yang tidak dikehendaki itu juga sesuatu yang wajar dan tidak terlarang.
Menunjukkan sikap protes jika orang lain melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan itu juga sesuatu yang wajar dan tidak terlarang.

Selain putri bungsuku yang memiliki kegiatan rutin saban pagi, maka putri keduaku pun punya kegiatan rutin juga saban pagi.

Setelah putri bungsuku berangkat sekolah, maka putri keduaku ini harus dibangunkan untuk bersiap.

Selisih waktu keberangkatan putri bungsuku dan putri keduaku ini memang hanya 30 menit saja. Putri bungsuku sekolahnya masuk pukul 06.30. Sedangkan putri keduaku ini masuk kuliahnya pukul 07.00.
Yap. Sepagi itu memang si mahasiswa kedokteran ini memulai perkuliahannya setiap hari. Padahal, dia selalu ada tugas setiap hari dari dosennya.

Jadi, pulang kuliah, dia akan menyempatkan diri untuk mencari hiburan untuk dirinya sendiri dulu. Biasanya mendengarkan lagu atau menonton acara reality korea yang lucu-lucu versi lucunya dia. Setelah shalat Isya dan sebelumnya makan malam buah-buahan, dia akan menitipkan pesan pada kami.

"Bu, aku tidur ya. Nanti jam 9 malam bangunin aku. Aku ada tugas."

Lalu dia pun masuk kamar dan tidur nyenyak banget. Saking nyenyaknya, kadang aku tidak tega membangunkannya pada pukul 21.00 itu. Jadi, aku tambah 30 menit. Baru aku bangunkan pukul 21.30. Setelah bangun, cuci muka, dia langsung menyalakan komputernya dan mulai bekerja. Membaca literatur, menonton video tentang kedokteran yang harus ditonton, lalu membuat makalah.

Begitulah kegiatan dia setiap hari. Sering, karena makalah yang harus dia buat lebih dari 1, maka dia belajarnya sampai menjelang shubuh. Pukul 03.00 baru lah makalah selesai. Kadang, sama sekali tidak tidur hingga shubuh. Selesai shalat shubuh berjamaah (aku dan 2 putriku), dia akan menitipkan pesan padaku, "Bu, bangunin aku jam 06.00 ya bu."

Setelah putri-putriku berangkat ke sekolah dan kampusnya, sekarang giliran suamiku. Dia biasanya juga menitip padaku untuk dibangunkan pukul 07.45. Suamiku adalah dosen FISIP UI. jadwal dia mengajar tidak selalu pagi hari. Tapi, dia punya kegiatan rutin setiap pagi, yaitu menyiram tanaman-tanamannya dan memberi makan kucing.

Suamiku memang penggemar tanaman. Memelihara tanaman adalah kegiatan refreshing dia. Tidak usah memikirkan kondisi politik, tidak perlu dipusingkan dengan masalah orang lain, tidak perlu digusarkan oleh kondisi ekonomi atau tekanan-tekanan lain. Dia terlihat rileks ketika berhadapan dengan tanaman.



Wajah suamiku pulang dengan lesu. |"kenapa?"| kataku. Yang langsung dijawab dengan rangkaian curhat bahwa tanaman di atas mejanya mati. Disertai dengan penjelasan yang sebenarnya sudah aku hafal karena sering diulangnya. Yaitu tentang bagaimana cara tepat memperlakukan aneka jenis tanaman mungil di atas pot agar si tanaman subur dan bahagia. Ujungnya, dia bertanya, "Aku boleh beli tanaman lagi?" Hehehe. Usia kami berbeda 7 tahun. Dia 7 tahun lebih tua dariku, tapi jika sudah ngomongin tentang hobinya, aku seperti sedang berhadapan dengan anak lelaki yang ingin menambah mainan baru. Jadi, setelah aku muter2 supermarket dan membeli aneka kebutuhan, dia masih tetap di depan aneka tanaman mini. Sibuk memilih mana yg harus dipilih karena hanya boleh pilih 2 saja. " Yang mana ya? Yang ini bagus daunnya, yang ini potnya unik. Yang ini termasuk jarang dijual. Yang ini...." aku menghentikan kebingungannya. "Mau beli 3?" Wajahnya langsung mekar berseri. Bola matanya membulat tanda kegirangan. Masih ditegaskan dengan bertanya ulang, "Boleh?" Aku mengangguk. Dia langsung terlihat ringan memilih. Lalu aku tinggal lagi untuk berbelanja. Jadi, aku selesai belanja, diapun selesai memilih. Senyum lebar tak mau lepas dari wajahnya. Hahaha. Disitu aku senang melihatnya dan memberi kebebasan yg cukup luas buat dia utk menuntaskan rasa penasaran dia akan hobi-hobinya. Karena jika dia sudah bahagia, aku juga yang ketiban senangnya. "Kamu mau upgrade handphone kamu nggak, biar sekalian?" Hehehe. Tuh kan. Apa kubilang? #myhusband #suamiku #notrichnotpoorjustasian
A post shared by Ade Anita (@adeanita4) on


Itu sebabnya aku memberi dia kebebasan untuk bercengkerama dengan tanaman-tanamannya dan untuk itu harus dimulai dengan kalimat "bangunkan aku".

Pernah aku protes pada suamiku.
"Kenapa sih kamu nggak nyalain alarm aja. Kan aku juga pingin tidur lagi dan tidak mau dipusingkan dengan alarmku sendiri."

hehehe. Untuk bisa bangun pukul 07.45 itu, aku menyetel alarm di handphoneku. Lalu handphone itu aku taruh di bawah tempat tidurku. Herannya, meski aku dan suami satu tempat tidur, yang terbangun oleh alarm handphone ini selalu aku saja. Suamiku tetap tidur nyenyak. Jadilah aku yang harus membangunkan suamiku.

"Nggak mau ah. Enakan kamu yang bangunin daripada alarm. Masa ada istri masih ngandelin alarm jam." Itu ujarnya selalu sambil menunjukkan wajah manja. (Ih.... emang lagi manjahhh lagi ingin dimanjaahh...toret tet tet tet toret).

Lalu terakhir pasangan pengantin (beraroma) baru (terus), anak lelakiku yang merupakan anak sulung dan istrinya. Mereka ini, sama-sama bekerja di bidang I.T. Jadi, sering bekerja hingga malam hari. Makan malamnya saja selalu pada pukul 00.00. Pasangan manusia malam ini, bukan manusia pagi. Sama sekali bukan manusia pagi.

Karena kegiatan mereka sebagian besar dilakukan di malam hari (jadi malam hari itu di rumahku beraroma seperti prime time pukul 20 an. Televisi menyala, suara kegiatan masak dan lanjut kegiatan makan dan orang bekerja sambil makan. Pukul 02.00 di rumahku dini hari itu, kondisi rumah masih terang benderang karena ada anak lelakiku dan istrinya yang bekerja sambil makan diiringi oleh suara televisi, dan ada putriku yang sedang bekerja mengerjakan tugas kuliah juga. Rumah baru senyap ketika menjelang waktu shubuh. Alasannya, karena pasangan manusia malam yang bukan manusia pagi ini, bekerja dengan bantuan internet, dimana internet itu baru merasakan kejayaan kecepatan internet di malam hari. Dengan kecepatan internet inilah mereka bisa mengerjakan pekerjaan mereka. Siang hari, internet sedikit melambat biasanya sehingga berimbas pada pekerjaan yang juga mengalami kelambatan kecepatan juga.

Akibatnya, anak lelaki dan menantuku ini baru tidur dan baru bangun pukul 10.00.

Tapi spesial di hari kamis pagi.
Aku dan menantuku sama-sama ikut kelas belajar Tajwid Al Quran setiap Kamis pagi pukul 08.00. Artinya, kami harus berangkat sebelum pukul 08.00 dong. Nah, pukul 07.30 aku akan mengetuk pintu kamar anak dan menantuku ini untuk mengingatkan menantuku agar dia bangun dan bersiap untuk ikut kelas Tajwid kami.

Nah. Itulah rutinitasku sebagai alarm hidup selama weekdays.

Dan ketika hari Ahad tiba; tugasku sebagai alarm hidup di-off -kan. Semua orang bebas untuk tidur sampai puas dan bermalas-malasan. Termasuk aku. Aku juga membebaskan diriku dari kegiatan memasak, bebenah rumah, mandi pagi, dan lain-lain. Hehehe. 

49 komentar

  1. Padat banget aktivitas di rumahnya Mbak Ade, hehehe. Semua udah ada jamnya masing-masing ya, Mbak. Aku juga sering tuh nitip dibangunin sama Ibu, bahkan sekarang sampai punya anak kadang-kadang juga gitu. Tapi sekarang sih, aku yg sering bangunin bayi-bayi pas Subuh. Kasihan, tapi atuh gimana, memang harus dibiasakan.

    BalasHapus
  2. Hehehe jadi inget jaman jaman ku skul dulu, mommy ku bangunin skul udah kaya apaan tau, tapi pas weekend adem.. tapi baca ceritanya seru juga ya mba kegiatan sehari hari nya

    BalasHapus
  3. Mbak Ade mirip banget sama emakku yang jadi alarm hidup tiap hari. Dulu pas masih kerja di pabrik sih kalau hari minggu si emakku berhenti dari segala tugas rumah tangga. Semenjak aku jadi tenaga serabutan emakku nggak jadi alarm hidup lagi deh dan yang ngatur segala kebutuhan rumah ya aku. Aduuuh..malah curhat deh ini. Hehehe.

    BalasHapus
  4. Asyik ya mba, rumahnya hidup berdenyut nyaris 24 jam, dengan ritme yang berbeda dari masing-masing anggota keluarga, bener nih, unik.
    Keren deh alarm hidupnya, hehehe, insya Allah berkah ya mba

    BalasHapus
  5. Jadi terharu ketika bu ade bercerita tentang suami. Untuk saya saya belum menikah, saya sayaarap bu ade berbagi tips dan trik agar pernikahan selalu beraroma pengantin baru. Aahh, semoga keluarganya semakin bahagia ya buu.

    BalasHapus
  6. hahaha, suami saya rajin banget pasang alarm mba, terus alarmnya bunyi dia ikutan mengiringi alarm itu dengan suara ngoroknya, bikin bete banget kalau hari libur, kan juga kita mau malas-malasan gitu abis sholat Subuh, eeehhh jadi bubar jalan gegara alarmnya yang hampir semua hapenya di pasang.

    Mba Ade mengingatkan saya pada ibu mertua saya, dulu waktu masih kerja saya pernah tinggal di sana, setiap weekend saya bebas bangun siang dan beliau gak pernah protes haha.
    padahal mah aslinya sungkan juga, karena ibu mertua jarang molor, mau weekend atau weekday tetep bangunnya pagi banget :D

    BalasHapus
  7. Ngebayangin rumahnya Mba Ade yg selalu rame penuh dinamika, seru terus pastinya. Keren deh Mba Ade bisa bebasin anak & mertua beraktivitas jam segitu. kalau aku tinggal di rumah mertua dan berisik tengah malam, bisa dilempar panci deh :))

    BalasHapus
  8. Mbak, padat merayap ya hehe. Mungkin pada masanya aku juga punya rutinitas seperti itu. Kalau sekarang anak masih satu, 3 tahun. Masih banyak jam jam kosongnya. Samaan kita ya, kalo tidur habis subuh itu bangun pasti pusing.

    BalasHapus
  9. aku jadi inget Alm. mama. dia yg sering jadi alarm buat orang dirumah. suara mamaku yg kencang dan keras gaya penduduk pantai bikin saya kangen.

    Ikut kelas tajwidnya dimana mba. masih di Jakarta juga kah?

    BalasHapus
  10. Mb ade seorang ibu memang alarm hidup ya, jadi ingat dulu sama ibu. Klo ibu gak ada rumah terasa hampa meski kami 4 bersaudara dan sering ada famili tinggal di rumah.

    BalasHapus
  11. Punya alarm hidup memang enaaak ya mba hehehe.. ada yang ingatkan.. Kalau aku di rumah aku yg jadi alarmnya, kl lagi tugas Udiii deh yang bangunin anak-anak

    BalasHapus
  12. Jadi ingat ibuku juga.
    Karena sudah terbiasa bangun sebelum subuh waktu zaman muda dulu karena punya warung kopi.
    Jadi sampai sekarang, beliau sudah umur 80 tahun, selalu bangun paling awal.

    Apalagi kalau bulan puasa, ibu alarm hidup.
    Jadi, pernah ibu kesiangan, semuanya tak ada yang sahur, hahaha...

    BalasHapus
  13. Mbak Ade, kalo aku dan suami saling jadi alarm hidup masing-masing. Gantian gitu karena suami bangun tiap pukul 3 pagi untuk shalat malam. Itu melek sampai habis shubuh, sebelumnya bangunin aku dulu sebelum shubuh. Nah baru tidur, dan ganti aku yang jadi alarm hidup suamiku.

    Soal bekal, anak-anak ku cowok semua aja malas antri di kantin. Sampai SMA mereka masih minta dibawakan bekal.

    BalasHapus
  14. namanya sama kita Mbak :D. wah jadi mupeng mbak aku bacanya. seru ya kalau rumah tangga itu. saling melengkapi satu sama lain.

    BalasHapus
  15. Jujur aja sampai sekarang masih belum terlalu percaya kalau mb ade dah punya mantu
    Pertemuan beberapa waktu yg lalu di Jakarta yg bareng mb ifa begitu membekas terus tahu2 punya mantu xixixi
    Btw, lihat jdwl yg menit aja dihitunf detik aja dihitung jd inget di rumahku sendiri mb
    Mandi diwaktu
    Makan diwaktu
    Semua serba cepat (tp g keburu-buru jg sih)
    Oh iya mb salam bwt menantuny xixi

    BalasHapus
  16. Senangnya ada program bersama kelas tajwid ya kak,, duh pasti kak Ade mertua idaman banegt nih ya hehe.

    BalasHapus
  17. Alram alami yang mengetuk pintu kamar anak, suami hingga menantu.

    Semoga alram ini terus di berikan kondisi baterai yang kuat dan sehat. Biar bisa menyala tepat berbunyi tepat waktu

    BalasHapus
  18. Mbak Adeeee..... :) Sungguh keibuan sekali ya, bangun bangunin anggota keluarga lain. Pasti kalau anak-anaknya nanti ada yang ngekos di luar rumah akan kangen dibangunin demikian ya....

    BalasHapus
  19. Fokus ke bekal nih..aku pikir cuman anak ku yg keempat aja yg ga mau bekal maksi ternyata anak laki2 gitu ya hehe eh tapi anak kedua mah ga ding dia mau bawa bekal maksi kyk adik kakanya yg perempuan tp.emang tipe anak ngirit sih jd ga mau jajan di skul klau dikasih uang mening dutabung gege...

    BalasHapus
  20. Ibu2 dimana2 kesibukannya seperti ini ya secara umum...keren masih bs rajin ngeblog sampai dua blog mba...rajin bw pula mba..

    BalasHapus
  21. Salim dulu sesama ibu dengan 3 anak mba. Karena anakku pertama dan kedua cowo cowok masih kecil pun kayanya emak jadi alarm lebih sering bunyi hehehe. Mereka masih perlu dipantau dengan ketat, Meleng sedikit gak bakal siap sekolah on time hahaha

    BalasHapus
  22. Tapi bagus jg ya si bungsu dah bisa disiplin dan bertanggung jawab pada diri sendiri. Ga jarang lho usia segitu masih mengandalkan ibu buat membangunkan dan ngurusi ini itu.

    BalasHapus
  23. Ibu memang alarm hidup paling ampuh ya. Kadang meski tidur lagi pulas-pulasnya, kalau mama udah ngetuk pintu kamar dan "diocehin" pasti ke bangun deh hehe.

    BalasHapus
  24. Asiikk~
    Mba Ade istirahat.

    Setiap perempuan selalu jadi alarm yaa, mba..
    Maka kalau sedang mens, aga kacau dikiitt...dirumahku.
    Kan kalau mens badan rasa-rasa ga enak, jadi kalo tidur bisa pullaass banget.

    Suami uda hapal banget.
    Kalo mens, giliran bangunin anak-anak sholat shubuh adalah beliau.

    Alhamdulillah~

    BalasHapus
  25. rumahnya Mbak Ade penuh warna.
    masing-masing punya jadwal dan keunikannya sendiri ya Mbak.
    seru banget pasti ini.
    jadi pengen lihat langsung keseruan keluarganya Mbak, heheheh

    BalasHapus
  26. Baca tulisan Mba Ade enak deh, mengalir, kek baca novel akunya. Apalagi jika sudah cerita tentang kehidupan sehari hari bersama keluarga. Kerasa hangatnya :)

    BalasHapus
  27. saya pasang alarm hanya pada saat hari kerja aja, kalo hari libur alarm saya off-kan tapi alarm suamiku tetap di-on-kan (walau dia tetap gak bangun juga saat alarm-nya berbunyi)

    BalasHapus
  28. Aku dan suami sama-sama pasang alarm. Jadi kedua hape itu saut-sautan kalau udah waktunya bunyi hehe

    BalasHapus
  29. Jadi kangen ibuku di Kendal.
    Kalo balik ke rumah sendiri pasti ada ibu yang membangunkan untuk sholat subuh, setelah sholat aku biasanya ngantuk lagi bund. eh sama ibuku suruh ngeladenin suami biikinin minum dan sarapan, tapi aku brmalas-malasan soalnya suamiku orangnya ga biasa minum pagi dan sarapan. hehehe alhasil ibuku yang masak-masak. Makasih bund, sudah mengingatkanku akan ibu di rumah. Ikut mertua bawaannya pengen pulang melulu hahahaa

    BalasHapus
  30. Saya pun termasuk alarm hidup, Mbak. Kalau saya kesiangan, ya udah kesiangan semua :D

    BalasHapus
  31. Seru banget ya Mbak Ade kegiatan di rumahnya. Walaupun sampai malam tetap ada lampu yang menyala dan juga memasak semoga berkah keluarganya kompak selalu.

    BalasHapus
  32. Aku suka sama ceritanya.. Ya Allah, harmonis, romantis. Ngga cuma sama suami aja, tapi sama anak dan menantu juga.. Nanti pengen jadi mertua yang kayak Mbak Ade ah.. Mertua yang asik, yang paham sama pekerjaan menantunya.

    Kan ada tuh yang saklek, ngga boleh bangun siang, habis shubuh ngga boleh tidur, dll.. Seolah-olah ngga paham bahwa kondisi tiap orang berbeda-beda.

    BalasHapus
  33. Mba Ade sabarnyaaa.... mengurus semua awalan hidup orang semua anggota rumah tiap harinya ;) Aku yang anak 2 aja udah pontang-panting. Bahkan dulu anakku waktu belum mondok suka kubiarkan saja sampai hampir terlambat kalau dia susah bangun. Aku tetap sibuk siap2 berangkat kantor hehehe... Ibu macem mana ya aku ini :))

    BalasHapus
  34. Waah tugas mba ade sebagai alam hidup banyak banget ya, kalau sekarang saya masih jadi alarm buat diri sendiri sama anak-anak yang masih sekolah TK sih, jadi nggak serepot mba Ade, jadi belajar gimana kesabaran nih dari mba Ade mengurus semua anggota keluarga dengan baik

    BalasHapus
  35. Sebagian besar ibu sepertinya memang jadi alarm hidup untuk keluarganya ya...
    Di rumah saya juga sama. Semua minta dibangunkan oleh saya. Padahal sudah pasang alarm di hapenya masing-masing. loh! Hahaha...

    Salut dengan Mbak Ade, yang bisa santai menghadapi ritme di dalam rumah yang hampir on terus, siang dan malam. Kalau saya, pasti udah ngomel panjang kalau ada yamg ribut di tengah malam lol.

    BalasHapus
  36. Mba keren amat siii.. udah punya mantu masih semangat banget ngeblog. Panutan sekaligus pemicu semangat banget buatkuu hihi

    BalasHapus
  37. Suamiku jarang begadang, dan anak2 juga ga dibolehin begadang sama ayahnya. Jadi jam 9-an mereka sudah digusah diauruh tidur ntar sebelum subuh dibangunin hahahahaha, sama aja yak :

    BalasHapus
  38. Waah..baca aktifitas harian mbak Ade jadi teringat almh ibuku. Beliau selalu yang jadi alarm tuk kami anak-anaknya. Aah jadi kangen ibu. Alfatihah tuk beliau.

    BalasHapus
  39. Masya Allah Mbak .kukira anak-anak makin gede makin santai, ternyata sama aja ya. Hehe. Ini anak-anakku masih TK dan PG masuk skul jam 7.30 seringnya jam 7.30 baru berangkat. Omg gimana nanti mereka besar ya

    BalasHapus
  40. Aku baca aktivitasnya serasa ikutan begadang dan kurang tidur. LoL. Bener-Benar supermom nih mba Ade, bisa jadi alarm buat semua

    BalasHapus
  41. Wah jadi ada Manusia Malam di rumah, kalau di rumahku gak ada. Tetangga sebelah tuh yang berisik dan sering bikin orang gak bisa bobok. Aku tidur ngebo kalau lagi kedatangan tamu, hahaha

    BalasHapus
  42. mba mirip banget mamaku deh. Dia selalu jadi alarmku. Padahal disamping tempat tidur, aku selalu setel alarm untuk bangun pagi tapi tetap ga kebangun heheheh. Baru bangun ketika mamaku yang bangunin.

    BalasHapus
  43. Pagi yang luar biasa ya kak. Dan itu berlangsung dr senin hingga jumat. Luar biasa. Aku belum bisa serajin itu seh kayanya. Hiks

    BalasHapus
  44. Hahaha, sama nih. Aku juga alarm hidup nih di rumah. Suami, anak-anak, tiap hari pesennya dibangunin jam sekian ke aku. Udah insting enak2 kayaknya ya begitu. Walopun nyalain alarm biar gak ketiduran, tetep aja bangun lebih dulu daripada alarmnya. Dan kalo Wiken iya, aku pun bebasin anak-anak untuk apa pun. Termasuk diri sendiri. Ya makanlah, sebagai reward diri mereka dan aku untuk lebih santai. Cukup saat wikdey mereka harus disiplin soal waktu .😁

    BalasHapus
  45. Ibu2 emang akan selalu jd alarm hidup di rumah. Tapi kalau aku kyknya lbh suamiku yg bangunin aku haha :P
    Btw mbak Ade, anak2nya sekolahnya pagi2 sekali ya? AKu kepoh sarapannya jam berapa? #tutupmuka
    Keren belajar tajwid mbak, aku lg nyari jg di area rumahku tp blm nemu :(

    BalasHapus
  46. berarti kalau wiken lebih sering makan di luar dong ya mbak karena mbak ade ga masak. hehehe..
    suka sama keluarga mbak yang kompak selalu

    BalasHapus
  47. Mba ade seru banget daily lifenya. Emang gitu kali ya jadi ibu, kok ya aku jadi ngerasa alarm hidup buat anak2. Etapi kalau suamiku sih tetap masih ngandelin alarm hp wkwkwk

    BalasHapus
  48. emakku banget nih kalo abis subuhan pergi ke tukang sayur sementara aku ya bobok lagi, wkwkwk. Kalo minggu nah baru agak santai karena uda beli sayur sekalian di hari sabtu atau jumat

    BalasHapus
  49. Hahahaha ibu memang jadi alarm hidup buat keluarga. Mulai dari terbangun karena ada suara grasak-grusuk di dapur, sampai bangun karena diteriakin.

    BalasHapus