Mirip Dendeng Baladokah Bajuku?

Jika diingat-ingat, warna apa saja yang paling meninggalkan jejak rekam ingatan, sepertinya saya harus menulis tentang paduan warna merah dan hitam. Dan Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keempat.

Ini ceritanya terjadi waktu saya baru saja masuk di perguruan tinggi dahulu. Tepatnya kenang-kenangan waktu ikut masa orientasi mahasiswa yang disingkat jadi Mapram di Universitas Indonesia.



Waktu itu, seluruh anak baru diharuskan untuk setiap hari datang ke Balairung Depok untuk berlatih paduan suara. Hari pertama, semuanya harus memakai pakaian ex sma masing-masing dulu. Lalu, keesokan harinya harus pakai seragam ex sma putih-putihnya. Tapi, mungkin karena gak semua anak yang jadi mahasiswa baru adalah lulusan SMA, jadi di hari ketiga dan seterusnya ketentuan untuk memakai seragam ex sma masing-masing ini dihilangkan. Setiap hari kami semua boleh memakai pakaian bebas asal sopan dan rapi.

Sebelum menjadi mahasiswa baru di UI ini, saya sebenarnya sudah mendaftar di universitas swasta sebagai cadangan jika ternyata tidak diterima di UI. Saya mendaftar di dua universitas swasta, yang satu di Bandung, dan yang lain di Jakarta (masih tetangga sama kampus UI Depok sih kampusnya). Nah, di kedua universitas ini saya sudah diterima dan sudah pula membayar uang pendaftarannya karena saya ikut gelombang pertama pendaftaran mereka. Khusus uang pendaftaran yang jumlahnya tidak sedikit ini, ada ketentuan bahwa jika ternyata saya diterima di PTN maka uang pendaftaran akan dikembalikan utuh setelah dipotong biaya administrasi. Ayah saya, karena amat gembira saya diterima di UI memberi saya hadiah: Uang Pendaftaran yang sudah dibayar di Universitas Swasta itu diberikan seluruhnya untuk saya. Cihuyy.

Jadilah saya semangat berbelanja macam-macam keperluan untuk kuliah. Seperti: membeli beberapa potong celana panjang (hehehe, aslinya saya tuh cuma punya beberapa potong saja celana panjang. Sebelumnya saya lebih suka pakai celana tiga perempat atau celana selutut jika bepergian kemana-mana dan kaus santai tanpa kerah.). Selain itu saya juga membeli beberapa alat tulis, kaus kaki (hahaha, karena biasanya jika bukan ke sekolah saya malas pakai sepatu, lebih suka pakai sendal. Jadi, koleksi kaus kaki saya kebanyakan ya kaus kaki sekolah, yang panjangnya selutut dan warnanya... ehemm.. belang-belang. xixixixi... yups. Dulu ke sekolah saya amat suka pakai kaus kaki belang-belang). Nah, kuliah ini rencananya saya ingin lebih feminin, jadi saya membeli beberapa kaus kaki pendek yang manis menurut ukuran saya (baca: ada umbul-umbul layaknya ekor kelinci di atas tumit. Atau ada renda-rendanya. hahahaha.. selera saya memang aneh waktu itu). Saya juga membeli beberapa kaus untuk kuliah, juga dompet yang keren (waktu SMA duit tuh cuma dikepelin terus diselipin aja di kantong. Kan semua seragam pasti ada kantongnya. Nah, kuliah nanti, gak mungkin rasanya masukin ke kantong lagi, jadi ya harus punya dompet dong).

Akhirnya, duit itu habis untuk berbelanja keperluan pribadi dalam satu hari itu. Saya ditemani kakak saya berbelanja di Blok M dan kami asli kalab berbelanja karena baru pertama kalinya punya duit banyak dan dibebaskan untuk berbelanja tanpa ditemani oleh orang tua (memang sengaja). Jangan ditanya borosnya kayak apa. Capek sedikit, yang biasanya cuma beli teh botol, sekali itu langsung beli ice cream. Bahkan kami juga membeli baju renang, kaset video musik dan beberapa poster artis idola (aih, kalo dipikir sekarang, ngapaiiiinn?? Kerajinan deh).

Nah, untuk hari ketiga MAPRAM, saya pun sudah siap-siap dengan kombinasi baju baru saya. Saya memilih untuk mengenakan celana jeans warna hitam saya yang enak sekali dipakainya karena potongan bawahnya tuh lurus. Ada beberapa bordir di bagian pinggir celana jeans hitam tersebut dengan warna benang bordir juga hitam hanya dia berkilat. Sedangkan atasannya saya memilih sebuah kaus berkerah merek tertentu yang warnanya merah darah. Entah mengapa saya merasa amat percaya diri memakai kombinasi pakaian ini. Di jalan menuju ke kampus, beberapa tetangga yang kebetulan berpapasan dengan saya, memuji saya cantik dan itu asli bikin saya makin percaya diri.

Lalu, melangkahlah saya ke kampus sambil mengenakan tas sedang dari bahan jeans juga, yang mereknya sama dengan celana jeans hitam saya, yang diselempangin (saya dari dulu kurang suka pakai ransel).  Ketika sedang menyusuri jalan menuju Balairung, tiba-tiba di jalan masuk mobil utama yang dijaga oleh beberapa mahasiswa senior (mungkin sekitar 15 orang, dimana cowoknya cuma ada 4 orang dan yang lainnya cewek semua) tiba-tiba saya dipanggil. Wah kenapa nih?

"Selamat pagi kak."
"Pagi. Kamu tahu kenapa kami memanggil kamu kemari?" Saya memandang para mahasiswa senior tersebut dengan bingung. Kenapa?
"Karena kombinasi warna baju kamu pagi ini, bikin perut saya lapar!"
Hah? Saya makin bingung dan sepertinya semua mahasiswa ceweknya jadi makin merasa di atas angin untuk membentak selanjutnya.
"Coba ingat-ingat, makanan apa yang mirip sama baju kamu dan bikin kami semua jadi merasa lapar."
Saya menunduk dan mulai mikir. Makanan apa ya? Tapi gak ada ide sama sekali.
"DENDENG BALADO! KOMBINASI WARNA BAJUMU TUH MIRIP DENDENG BALADO."



gambar saya buat sendiri dengan bantuan game the sims freeplay di android


Karena melihat saya yang masih bingung, akhirnya salah satu mahasiswi senior itu mendekati saya.
"Kamu juga datangnya kepagian. Teman-temanmu belum banyak yang datang. Jadi, kamu dihukum ya. Kamu harus keliling Balairung UI ini sebanyak satu kali sambil teriak keras-keras: DENDENG BALADO> SAYA MIRIP DENDENG BALADO. Ingat, tangan di atas biar yang lihat jadi terbakar semangatnya."

WHAT? Aduh. Malas banget deh. Pinginnya sih menolak tapi para mahasiswi senior itu malah pada melotot galak.

"Kalau ditunda lagi, maka hitungan larinya ditambah. Kamu harus lari dua kali keliling Balairung UI. CEPATTT!!! JIKA MASIH PAKE LAMA DITAMBAH LAGI NIH HITUNGAN LARINYA."

Ya sudah, saya mengalah. Dengan amat terpaksa saya akhirnya berlari. Sambil menatap kasihan pada sepatu baru saya yang masih berkilat. Juga kaus saya yang masih wangi (disemprot pake parfum baru juga). Pasti nanti jadi bau keringat deh. Uhhhh... seballlll.


Sampai sekarang, cerita ini sering saya ceritakan pada anak-anak saya dan anak-anak saya biasanya cuma geleng-geleng kepala saja mendengarnya. "Harusnya ibu jangan pake baju yang terlalu mencolok dulu."
xixixixixixi... kok jadi lebih tahu anak saya daripada saya tentang hal ini?
Menurutmu, kombinasi warna hitam merah itu memang mirip warna dendeng balado juga gak?
------------------
Penulis: Ade Anita

 http://angingmammiri.org/8-minggu-ngeblog-bersama-anging-mammiri/ atau http://angingmammiri.org

25 komentar

  1. kalo saya, hitam, merah, pasti mengingatkan saya pada kostum reog ponorogo...hii serem.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waahhh..belon pernah liat secara langsung pertunjukan itu. Kalo di tv sih kayaknya seru n rame. Apa aslinya serem ya?

      Hapus
  2. waaaah Dendeng Balado..jadi pengen :p
    kalau saya suka juga mbak warna merah #BW balik nih mbak ^^

    salam kenal ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hei..berarti kita bisa beneran saling tos ya

      Hapus
  3. Baca postingan ini bikin saya jadi lapar...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Xixixixi... Lain kali aku kasi include nasi and sayurnya deh

      Hapus
  4. merah hitam kalau di kampung saya itu dikatakan kayak sogok telik, sejenis biji2an sebuah tanaman yang saat ini agaknya sudah langka.. besarnya sebesar kacang hijau biji2annya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya aku tau deh.. Tapi mungkin juga beda.. Di smp anak sulungku dulu ada tanaman yg buahnya sebesar kacang kedele warna merah darah ddengan bintik2 hitam.. Apa otu ya?

      Hapus
  5. jadi lapar baca postingan ini #eh

    BalasHapus
  6. mbak ade, gambarnya keren.sama...uhahhh...uhahh..pedes.:D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe..bikin sendiri itu loh *pamer soalnya gak ada yang muji

      Hapus
  7. Merah hitam itu kombinasi warna kesukaan suami saya mbak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oj ya... Aku sebenernya juga suka tapi gegara komen ini jadi lebih bijak memakainya ke suatu acara

      Hapus
  8. hahaha mirip mbaaa. jadi lapeeer. ih enak bgt lah itu dendeng balado ;)

    BalasHapus
  9. hitam merah mengingatkan sy pada baju orang madura yg mau main karapan sapi mbk. qiqiqi...Sy blm pernah nyoba dendeng balado, mau dong...Btw gambarnya bgs,kreatippp.

    BalasHapus
  10. pengen makan jadinya...kykx emang mirip...hehehehe :D

    BalasHapus
  11. dasar senior rese'! hihi

    lucu kisahnya, ada2 saja yaaa. masa warna pakaian membuat lapar? :D

    BalasHapus
  12. HAhahaha saya ikutan lapar mbak Ade.
    Saya rasanya pingin liat gaya mbak Ade dulu waktu maba, bisakah saya diinboxkan fotonya mbak? *penasarandotcom*

    *Btw kalo di fakultas saya dulu, merah hitam itu warna "kebangsaan" fakultas saya (FT UNHAS). Katanya itu warna teknik :D*

    BalasHapus
  13. salam kenal mba, ceritanya lucu hehe. nah cerita yang begini ini yang seru buat hari tua nanti, ntar jadi mesem2 sendiri kalo ingat hehe

    BalasHapus
  14. wah, Mbak Ade pintar gambar ya, lucu deh kartunnya:)

    BalasHapus
  15. Hitam merah itu AC MIILAN, mbak, hehe

    BalasHapus
  16. isha gak tahu, dendeng balado itu apa ;p

    BalasHapus
  17. ah, nggak juga,..
    dendengnya yang mirip ama bajunya, hihihi
    :-) 0

    BalasHapus