Hari Dimana Rasa Takut dan Berani Terjadi Dalam Satu Waktu Karena Bertemu Dengan Seorang Eksibisionis itu terjadi di salah satu hari kerja, di suatu siang. Siang itu amat terik. Banyak orang yang akhirnya memilih
untuk tinggal di dalam rumah yang teduh. Bahkan ayam dan bebek yang biasanya
berkeliaran di selokan yang ada air dinginnya, juga memilih untuk berteduh di
dalam kandang mereka yang teduh. Dan pohon-pohon rindang yang satu dua masih
tersisa di pinggir jalan adalah tempat
berteduh pavorit para pedagang dan pembeli. Sayangnya, di seputar radius 20
meter sekitar rumahku, tidak ada pohon yang rindang tersebut. Itu sebabnya suasana lengang dan sepi
menjadi begitu dominan.
Sepanjang gang yang sempit yang terbentang vertikal tepat berada
di depan rumahku terlihat amat sepi.
Demikian juga di sepanjang jalan
besar yang melintang tepat di depan pagar rumahku, suasana juga amat sangat
sepi. Bahkan lalat yang biasanya terbang kesana kemari pun tidak terlihat satu
ekor pun. Di suasana siang seperti
inilah tiba-tiba anakku minta izin untuk ke warung guna membeli cemilan yang
menyejukkan. Ice Cream (gundukan manis yang rasanya dingin dan akan segera meleleh
di dalam mulut hingga menyebarkan aroma manis dan rasa dingin ke seluruh tubuh.
Siapa yang tidak mengidamkannya di hari yang panas terik begini?)
"Oke, tapi hati-hati ya. Dan jangan terlalu lama,
karena ibu harus ke apotik beli obat."
"Iya, sebentar kok. Aku naik sepeda."
"Eh, ajak adikmu saja sekalian. Dengan begitu ibu nggak
usah nungguin kamu lagi kalau mau ke apotik. Cuma nebus obat sebentar
kok."
"Oke."
Setengah jam setelah kepergian anakku, aku akhirnya
memutuskan untuk tidak menungguinya pulang.
Aku harus pergi menebus obat di
apotik. Obatnya sebenarnya obat racikan, tadi pagi aku sudah memasukkannya di
apotik rumah sakit Tebet, tapi mereka mengatakan perlu waktu dua jam hingga
obat itu selesai. Itu sebabnya aku
tinggal saja. Nah, sekarang aku tinggal mengambilnya, sebelum obat itu
tertumpuk dengan obat yang belum diambil
oleh pasien lain dan lama lagi
menungguinya siap ambil.
Maka, aku pun pergi
berjalan kaki menelusuri jalanan yang amat sepi dan lengang seorang diri.
Hingga tiba-tiba di tengah-tengah gang yang sepi tersebut, seorang lelaki memanggilku dengan
suara tergesa.
"Mbak.. Mbak... tolong mbak."
Suaranya serak dan
parau dan seperti setengah merintih. Reflek
aku menoleh (dan keputusan untuk segera menoleh ini akan aku sesali di kemudian
waktu). Aku berbalik dan menghadap ke
arahnya. Seorang lelaki duduk di atas sepeda motornya, memakai helm berwarna
hitam. Dia langsung membuka tutup helmnya, dan menyerigai ke arahku. Lalu,
tiba-tiba saja dia menyibak jaket yang menutupi kedua pahanya hingga
terlihatlah ... alat vital yang ... dan sambil
menyeringai dengan suara lenguhan dia langsung
memainkan alat vitalnya tersebut, tepat di depanku!
Astaghfirullah. Aku amat sangat terkejut, campur jijik, juga
takut. Ya, rasa takut terasa begitu
dominan. Aku mundur beberapa langkah,
tapi lelaki itu malah menyerigai kian senang. Wajahnya terlihat amat puas. Lalu dia mengucapkan beberapa kata-kata joroknya (baca = porno), campur
desah dan lenguh yang menjijikkan, juga senyum yang memuakkan.
Aku marah, tapi sekaligus juga takut. Rasa takut yang begitu dominan hingga membuatku
membalikkan badan dan berjalan cepat menjauhinya. Kakiku gemetar. Dadaku berdebar dan keringat
dinginku langsung mengalir deras.
Astaghfirullah.
Astaghfirullah.
Ucapan istighfar terucap berulang kali dalam hatiku. Hatiku yang kian mengerucut karena rasa takut
yang amat sangat. Allah, lindungi Aku.
Aku takut. Lindungi aku. Doaku kian kencang dan memburu di dalam hati.
Sementara di belakang punggungku aku masih mendengar lelaki
itu tertawa mengejekku, berselang-seling dengan ucapan pornonya dan idiom-idiom
kasar hubungan seksual, sekaligus
tertawa senang. Dia sakit jiwa, dan yang dia derita adalah kelainan seksual Eksibisionis. Tapi, jalanan begitu sepi, suasana
begitu lengang, bagaimana jika dia ingin berbuat lebih jahat lagi padaku?
Itulah yang membuatku kian takut. Hingga,
seketika, ada sebuah nasehat yang melintas di kepalaku. Nasehat dari beberapa orang
teman dan saudaraku yang pernah mengalami hal yang serupa.
"Lelaki yang sakit jiwa kayak gitu, harus dilawan. Jika kita terlihat takut, dia malah kesenangan. Semakin kita terlihat takut dan tertindas karena ulahnya, maka dia malah bisa mencapai orgasme yang sempurna. "
"Cara paling efektif untuk melawan lelaki eksibisionis adalah: hina dia - hina anunya - dan robohkan keperkasaannya dengan menghina keperkasaannya."
Tapi sungguh aku adalah perempuan yang manja, cengeng dan
penakut. Tidak masuk di kepalaku bagaimana cara melawannya? Bagaimana jika aku menangis tiba-tiba dan dia
jadi malah semakin di atas angin? Argh,... aku tidak berani !!....
Langkahku kian
dipercepat dan gang sepi yang aku lalui jadi terasa amat sangat panjang hingga ujung gang terlihat menjadi begitu
jauh. Aku sudah benar-benar ingin
menangis rasanya ketika tiba-tiba aku
teringat bahwa anak perempuanku belum pulang dari warung.
Anak perempuanku. Ya Allah, dia pergi membeli ice cream di
warung. Aduh! Dia bahkan pergi berdua dengan adiknya yang juga perempuan! Aduh! Aku merinding.
Oh, bagaimana jika anak perempuanku pulang lewat jalan ini dan orang gila itu masih ada disana? Bagaimana jika orang gila itu menakut-nakuti anak perempuanku? Bagaimana jika anakku menjadi terluka karenanya? Bagaimana jika anak perempuanku mengalami trauma karenanya? Bagaimana.... bagaimana... bagaimana...?
Aku tidak rela siapapun melukai anak-anakku. TIDAK AKAN PERNAH!!
Dan tiba-tiba saja rasa takut di dalam diriku menguap. Seketika aku
membatalkan rencanaku untuk kabur,
kuhentikan aksi jalan cepatku,
membalikkan badan lalu melangkah dengan
langkah amat sangat berani dan percaya diri menghampiri lelaki gila yang sedang
mempermainkan alat kelaminnya tersebut.
Setelah jarak kami cukup dekat (+/- 1 meteran), dengan gaya ketus dan judes, aku berkata sinis dan kejam ke arahnya:
"KASIHAN YA LO, NGGAK
ADA YA PEREMPUAN YANG
MAU SAMA
ELO KARENA PUNYA
LO KECIL BANGET. NGGAK LAKU-LAKU
KAN LO? PERCUMA, DIPAMERIN
JUGA TETEP AJA
NGGAK LAKU, KECIL
BANGET, LETOY LAGI NGGAK
BISA BANGUN... MENDING JADI
BANCI AJA SEKALIAN... ATAU JADI PEREMPUAN SEKALIAN, TOH
JADI LAKI-LAKI JUGA
PERCUMA, NGGAK DIANGGAP KARENA
PUNYA LO TERLALU
KECIL. NGGAK ADA BAGUS_BAGUSNYA. KASIAN. ... DASAR
BANCI!... BANCI!... MAMPUS AJA LO!!!"
Lelaki yang sedang mendesah dengan seringai paling memuakkan
yang pernah aku lihat itu kontan terperangah mendengar makian dan bentakan
dariku. Dia menatapku , bengong dan bingung.
Dan aku merasa benar-benar di atas angin sekarang. Alat vitalnya yang
semula "perkasa" langsung layu detik itu juga.
"KENAPA
NGGAK DISUNAT AJA
SEKALI LAGI BIAR SEMPURNA
JADI PEREMPUAN?"
Aku kembali
menyemprotkan makian terakhirku. Lalu langsung membalikkan tubuhku,
dan berjalan dengan langkah secepat mungkin menjauhinya. Di belakang punggungku tidak lagi aku dengar
suara tawa atau desah, yang ada adalah suara tinju yang terdengar beberapa kali meninju jok
motor. Sementara suara genderang
terdengar bertalu-talu di dalam dadaku. Amat sangat ramai dan rusuh. Untuk pertama kalinya, aku tampil menjadi
pemberani. Seumur-umur, itu adalah
rentetan makian dan hinaan pertama yang keluar dari mulutku. Bahkan aku bisa mengatakannya dengan amat
sangat lancar tanpa sebutir air matapun yang keluar. Lututku gemetar, ujung jemariku juga
gemetar... tidak percaya aku punya
keberanian luar biasa seperti tadi. Hingga detik berikutnya, tiba-tiba akal
sehatku mengajukan pemikiran lain.
'De, gimana kalau dia marah lalu ingin mencelakakan kamu?
Jalan ini amat sepi, tidak ada yang tahu jika kamu dicelakakan olehnya?'
Ya Tuhan, tiba-tiba sifat penakutku muncul lagi. Hingga membawaku berlari menuju
ujung gang dan mencari bantuan. Gerombolan tukang ojek yang mangkal di pertigaan jalan
aku datangi.
"Pak...pak.. tolong, ada lelaki gila yang
mempertontonkan burungnya ke perempuan yang lewat di gang itu. Tolong pak."
Para tukang ojek hanya tertawa, "Biar saja bu, nanti
juga dia pergi."
(Aku kesal): " Nggak bisa pak. Anak saya sebentar lagi akan lewat gang itu,
saya tidak mau anak saya diganggu olehnya. Tolong usir lelaki gila itu
pak."
Aku berkata tegas dan keras. Para tukang ojeg langsung terperangah mendengar
teguranku. Akhirnya, ramai-ramai para tukang ojek berjalan menuju gang. Melihatku datang bawa gerombolan
tukang ojek, laki-laki yang (kini) sedang tertunduk lesu sambil menangkupkan
kedua telapak tangannya menutupi wajahnya itu terkejut. Segera dia mengenakan
helm, mengancingkan celananya dan menyalakan motornya, langsung pergi dengan kecepatan tinggi.
Huff....
Syukurlah. Semoga tidak ada lagi yang diganggunya.
Setidaknya, tidak pernah dia mengganggu anak-anakku.
(Ini kisah nyata yang
terjadi di awal Juni 2012).
----------------------
Penulis: Ade Anita
“Postingan ini disertakan dalam #8MingguNgeblog Anging Mammiri”
Untuk kesekian kalinya baca kisah ini, masih saja tak terbayangkan, seorang Ade Anita bisa begitu berani ...
BalasHapusjangankan dirimu, aku saja bingung, darimana keberanian itu muncul dan kenapa keberanian itu menghilang dan tidak pernah kembali lagi. hahaha.
HapusSaya yang cowok aja udah males ngebayanginnya... -_-"
BalasHapusya iyalaaahh. Jeruk makan jeruk gitu loh.
HapusHeroisme seorang ibu...
BalasHapusBener. DOrongan keberanian yang aku dapatkan itu lahir dan muncul karena rasa keibuanku yang berkobar. Jika saja aku tidak ingat anak-anakku, aku pasti masih menjadi seorang ade anita yang penakut.
Hapuskisshug untuk ibu Ade dan semua ibu di dunia.... (huhuhu...miss my mommi...)
Hapusaku juga pernah mbak, waktu jaman smp, ada cowok yang mainin 'anu'nya di depan ku dan teman2 tapi kami naik sepeda dan aku belum mengerti apa yang dia mainkan itu, tapi temanku yang satu memang lebih dewasa dariku langsung tahu dan menyuruhku cepat2 mengayuh sepeda....merindingggg...
BalasHapusYa Allah, makasih sharenya mbak, jadi takut ih..
BalasHapusada petikan ilmu yang saya depet mbak, jadi kalau hal tersebut sempat menimpa saya, saya bisa mengatasinya mbak, makasih mbak.. :)
waduh mak nita ini keren sekali. gak kebayang kalo saya berada di posisimu mak, mungkin ga tau musti ngapain, ^_^
BalasHapussalam hangat dari bandung, mak.
Demi anak apapun akan dilakukan ya bu :)
BalasHapuswah, saya jaman kuliah dulu pernah seperti itu mbak. pas di kos, eh, dia pamer-pamer di depan kos kita yang cewek-cewek. bukannya kita kabur, malah kita ketawain. dianya malah yang kaget, terus pergi deh.
BalasHapussalut sama mbak ade, apalagi tentang anak mbak ade itu. kudu berani memang, mbak. *pelukpeluk*
jadi ingat kakak perempuan salah seorang muridku yang langsung meraung keras ketika bertemu lelaki seperti itu di depan kantor sekolah kami. Kebetulan saat itu saya sedang mengajar di kelas jadi baru tahu kejadiannya setelah jam istirahat karena para guru heboh jadinya.
BalasHapusDulu di belakang kampusku ada jalan tembus yg biasa dipake mahasiswa/i utk pergi/pulang kuliah, dan pernah temen cwe seangkatan yg mengalami kasus spt itu. Pas kebetulan temenku rombongan, ada 3-4 cwe. Dan karena ada 1 yg berani, yg lain jg berani. Akhirnya burungnya pingsan lg tuch hahaha
BalasHapusIya, keberanian kadang menular
Hapusheuheu.. serem amaaaatt. aku belom coba tuuh seberani itu. aku pernah 2 kali ngalamin, sekali di warung soto, aku langsng pergi ngacir. sekali di angkot, langsung buru2 turun aja deh.
BalasHapusharus berani...harus meski sebenarnya aku tuh penakut loh. karena kalau gak gitu, nanti dia ganggu orang lain di daerahku yang suka sepi itu
HapusSalam kenal mba ade, saya kira org-org eksibisionis itu cuma ada di film jepang, secara saya klo liat drama atau pilem jepang, kadang muncul org kyk gt. Dan baru tau dr pengalaman mbak, klo org kayak gitu memang ada, di negara kita pula # duh
BalasHapuswaaah.. aku malah gak pernah nonton di film jepang ada eksibisionis gitu. Ada toh?
Hapusiiih, syerem ..
BalasHapusiya, serem banget. Jangan sampe deh ketemu
HapusSerem banget ya, Mak, ketemu orang ga waras kayak gitu.
BalasHapusWaktu saya hendak pulang dari abang-abang sayur, tiba-tiba ada laki-laki gila di sekitar pangkalan kelontong membuka resletingnya. Secepat kilat, mata saya langsung melotot dan menunjukkan jari tengah saya kepadanya.
waaahh.... itu berani banget lagi
HapusKekuatan yang luar biasa.Demi memberi perlindungan terhadap anak tercinta.
BalasHapussudah naluri sepertinya
HapusSukses menjadi ibu pemberani. Entahlah...mungkin sy langsung ngumpet kemudian mencari anak2 dan mencegah mereka lewat jalan itu.
BalasHapusaku aslinya takut tapi nggak tahu kenapa pas ingat anak2 kok ya jadi berani banget alhamdulillah.. power of the kepepet kayaknya
HapusH
Hapuskurang kerjaan tuh cowok mana ada cewk yg tertarik ngelihatnya malah jijik hihihi...
BalasHapusSepertinya cowok itu melakukan hal demikian karena mengalami depresi berat sebelumnya... Jangan mencelanya karena diri kita bisa saja berbuat demikian... Faktor pemicunya bisa disebabkan kurang percaya diri, pernah dihina oleh lawan jenis, atau merasa dikucilkan dari lingkungan lawan jenisnya...
BalasHapusSebaiknya jangan pernah mencela dan menghina cowok yang seperti itu... Kecenderungan seperti itu bisa saja terjadi, dimanapun dan kapanpun.. Yang penting waspada dan berdoa supaya diberi kesembuhan.. Saya dulu pernah melakukannya di jendela rumah tapi tidak ada untungnya sama sekali... Apalagi kalau dianggap melecehkan meskipun hal itu belum tentu benar..
BalasHapusAku seorang eksib. Awalnya justru aku korban pelecehan. Berawal disebuah rumah sakit aku memeriksakan setelah habis sembuh khitan. Waktu itu smp jadi udah agak gede juga. Kebetulan yg ada perawat dan beberapa mahasiswi perawat. Justru aku dijaddiin praktikum mereka sambil nunggu dokter. Awalnya nolak tp akhirnya nyaman krn mereka sopan. Kelamaan kok aku jadi objek krn ereksi dan semua rebutan megangin. Yg lihatpun makin banyak. Untung dokter datang. Sejak saat itu keinginan eksib muncul. Padahal aku pengen sembuh.
BalasHapusSalut sama mak Ade, bisa seberani itu.. Iya mak, kalau inget anak mah yang awalnya kita takut bisa jadi berani..
BalasHapusKejahatan dapat terjadi dimanapun anda berada
BalasHapustak mengenal korban baik itu pria maupun wanita, penodongan, penculikan, pemerkosaan dsb
Jadilah Kuat dan lindungi diri anda serta orang-orang yang anda cintai
bergabunglah dengan kami di :
www.bakatsuper.com
Aku pernah juga waktu naik taksi di kebon jeruk, aku duduk di depan. Awalnya supirnya mengajak ngobrol biasa, lama2 dia bergerak aneh, saat aku lihat ternyata tangan kirinya mengeluarkan penisnya, supir sialan ini bau ketiak, dan begitu juga saat dia mengeluarkan penisnya, bau amis seperti ikan busuk.
BalasHapusDia ngomong kotor, mengajak bersetubuh, rasanya emosi sekali, sekaligus terhina, tapi ngga berani ngomong apapun karena ada teman ibuku yang diperkosa dan dibunuh oleh supir taksi, aku takut dan hanya bisa menangis.
Saat itu aku pulang lembur jam 9malam jadi kalau teriak pun rasanya percuma. Mungkin karena aku terlihat lemah,bapak itu mulai main kasar, dia menyingkap jilbabku dan meremas2 payudaraku kasar sekali, aku berusaha menutupnya dan memohon untuk berhenti. Karena aku nangis dan meronta sekuat tenaga,sepertinya dia iba atau dia takut, dia menghentikan aksinya dan menurunkan aku di lapangan banteng.
Pengalaman yang sangat buruk membuat aku trauma untuk menjalin hubungan dengan pria,sudah 8th aku jomblo karena belum berani menjalin hubungan.
Posisi rumah diantara 2 kampus besar di bandung, jadi hampir setiap malam kalau aku jalan mau cari makan (dijalan rumahku malam hari banyak sekali tukang makanan, jalannya ramai, namun jika sudah jam 9 malam, banyak gang gang kecil yang sepi), banyak eksibisionis di gang kecil itu, berpura pura kencing, lalu kalau dari jauh ada cewek mendekat, mereka pamer penis.
BalasHapusAwalnya sampai nangis karena takut, najis dan jijik mau muntah, tapi karena sudah biasa, lama kelamaan jadi cuek dan bodo amat.
Tapi yang aku bingung, kata orang yang eksibisionis itu penisnya kecil kecil, namun yang saya lihat penis pelaku eksibisionis malah besar dan panjang, malah lebih besar dari penis suamiku.
Gua pling ga suka klw lgi eksib tu cewek ketakutan. Emng apa yg ditakutin pdhal tu pria yg eksib justru menyerahkan dirinya ke cewek mau diapain juga pasrah. Terus knp cewek msti takut?
BalasHapusJustru gue pling benci klw lgi eksib tu cewek pd ketakutan. Lgian apa yg di takutin pdhal tu cowok justru merelakan diri mau diapain pasrah. Klw lu cewek mau lihat kan dpt hak tinggi dri si eksibisionis krna dah mampu berkuasa atas pria itu. Sbenarnya itu keuntungan kedua belah pihak. Jd gk ada yg perlu ditakuti dri pria eksib. Mereka gk suka merendahkan wanita, gk suka memperkosa dan mereka gk suka klw wanita jd jorok ikutan sprti mereka. Untuk mengatasi mereka lakukan hal serupa psti mereka bkal enek.
BalasHapus