Mengapa setiap orang merasa bahwa dirinya membutuhkan sebuah
komunitas? Karena kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri.
Kita memerlukan orang lain. Betul kita bisa melakukan banyak hal seorang diri,
tapi pada bagian eksekusinya kelak, tetap membutuhkan kehadiran orang lain,
tidak mungkin murni seorang diri selamanya.
Seorang kaya raya sekalipun, pasti memerlukan orang lain
untuk melayani keperluannya. Setidaknya dia memerlukan orang yang kurang kaya
agar bisa menjadikan orang itu sebagai bawahan yang bisa disuruh-suruh dan
diperintahnya; dan dia juga memerlukan orang kaya yang lebih kaya darinya agar
dia tahu bahwa dia belum cukup kaya jadi harus terus berusaha lebih giat lagi
(hehehe).
Seorang perempuan cantik, tidak akan pernah dinilai cantik
jika tidak ada jelek (tuh, bahkan meski itu negatif, kehadirannya tetap memberi
arti). Seorang yang amat pintar, tidak akan terlihat kepintarannya jika dia
belum mempersembahkan sesuatu dari hasil kepintarannya yang bisa disaksikan
oleh orang lain. Bahkan, ketika saya bermukim di Sydney, Australia dahulu,
ketika tiba saatnya untuk melakukan ibadah kurban di hari raya Qurban, ternyata
saya memerlukan kehadiran orang dhuafa yang mau menerima zakat kurban (dan
parahnya di Australia hal ini amat sulit dicari. Jadilah kami mengirim zakat
kurban kami lintas negara, yaitu ke negara-negara berkembang selain Australia,
Indonesia termasuk di dalamnya).
Dengan demikian, kehadiran sebuah komunitas merupakan sebuah
kebutuhan semua orang yang ditakdirkan menjadi makhluk sosial. Dalam komunitas,
kita bisa berinteraksi, melakukan komunikasi, menggali potensi, menerima
hadiah, menerima apresiasi dan memberikan apresiasi kepada orang lain, dan
sebagainya. Dan kita pun akhirnya berkembang karena bantuan komunitas tersebut.
Nah, jika sudah merasa amat nyaman dengan komunitas
tersebut, apakah itu berarti kita harus keluar dari komunitas dan mulai mencoba
memasuki komunitas lain? Menurut saya hal ini seharusnya dilakukan.
Mengapa?
Karena komunitas yang kita sukai dan sudah membuat kita
betah selama ini tersebut, sebenarnya sudah membentuk sebuah cangkang tak
terlihat akan potensi kita yang sesungguhnya. Kita merasa nyaman dan hebat, itu
benar. Kita memang nyaman dan hebat. Tapi, bagaimana kita tahu bahwa sebenarnya
kita punya kemampuan lain yang mungkin selama ini tidak terlihat jika kita
tidak pernah melihat komunitas lain? Inilah yang disebut dengan,
"keluarlah sesekali dari wilayah amanmu."
Dulu, ada cerita komik yang sangat saya sukai (yup, saya
memang penggemar komik). Judulnya Kungfu Boy Chinmi. Chinmi ini, anak yang
punya bakat kungfu yang luar biasa. Dia otodidak belajar kungfunya. Itu
sebabnya dia amat lihai dan cekatan melakukan aneka gerakan kungfu. Suatu hari,
kakaknya Chinmi meminta Chinmi untuk masuk ke sebuah perguruan kungfu bernama
'kuil dairin". Karena bakat dan semangat yang dia miliki, Chinmi pun masuk
ke Kuil Dairin dan berguru disana. Dia sudah amat jago setelah berlatih
beberapa lama. Bahkan bisa mengalahkan kakak seperguruannya. Akhirnya, gurunya
Chinmi meminta Chinmi untuk pindah ke kuil lain yang berada di gunung. Chinmi
tentu saja menolak. Untuk apa lagi belajar jika dia sudah merasa nyaman dengan
apa yang dia miliki selama ini. Tapi gurunya memaksa dan sambil
bersungut-sungut, Chinmi pun pergi mengikuti gurunya yang lain ke gunung.
gambar diambil darihttp://paket-ebook-lengkap.blogspot.co.id/2009/11/komik-chinmi.html |
Di tengah jalan, Chinmi bertemu dengan seekor Katak. Oleh
guru barunya, katak itu dipungut dan diletakkan dalam tempurung yang alasnya
tertutup. Lalu dibawa pergi bersama menuju gunung. Singkat kata, di gunung
Chinmi bertemu dengan sekelompok penjahat yang ingin mengeksekusi sebuah desa
di dekat kuil. Kelompok penjahat ini kuat-kuat dan Chinmi kalah ketika berhadapan
dengan mereka. Chinmi tentu saja sedih. Oleh gurunya yang baru, Chinmi diminta
untuk belajar ilmu tenaga dalam sebagai bagian dari ilmu peremuk tulang di tepi
danau. Ketika Chinmi selalu gagal melatih ilmu peremuk tulangnya tersebut, guru
baru Chinmi menangkap seekor katak yang sedang diam di pinggir danau.
"Chinmi, lihat katak ini dan bandingkan dengan katak
yang kita bawa dari kaki gunung dahulu. Apa yang berbeda dari mereka?"
Chinmi melihat satu perbedaan yang amat nyata. Lompatan
katak yang ada di pinggir danau ternyata lebih tinggi ketimbang lompatan katak
yang ada di dalam tempurung. Kenapa?
"Karena selama ini katak di dalam tempurung menganggap
bahwa dunianya hanyalah sebesar dan setinggi tempurung. Dia merasa nyaman
disana dan ketika dia dibebaskan, dia tetap merasa bahwa dunianya hanya
setinggi itu. Sedangkan katak yang hidup bebas di danau, tidak merasakan sebuah
batasan bagi lompatannya."
Chinmi mengerti sekarang, mengapa gurunya yang lama ngotot
memintanya untuk belajar di tempat lain yang lebih baru dan belum dikenalnya
sama sekali. Yaitu, agar dia bisa melihat bahwa bisa jadi, di daerah dimana dia
merasa nyaman dan hebat selama ini, dia sebenarnya belum menggali kemampuan dan
bakatnya yang lain.
Jadi, kembali pada pertanyaan teman saya tersebut. Mengapa
kita perlu mencoba untuk turut serta memasuki komunitas baru atau group baru
(yang masih satu haluan atau satu misi tentu saja)? Karena pengalaman baru
tidak dapat diperoleh di tempat dimana kita merasa nyaman dan aman.
Sesungguhnya, rasa nyaman dan aman lambat laun akan membuat kita lalai pada
kewajiban untuk menggali dan mencoba
kemampuan terbaik kita yang lain.
Padahal, manusia terbaik adalah manusia yang
senantiasa berusaha melakukan secara maksimal kemampuan terbaiknya dalam
berusaha. Allahu'alam.
========================
Penulis: Ade Anita
Tulisan ini diikut sertakan dalam #8 minggu ngeblog bersama anging mamiri
bergabung dalam sebuah komunitas tentu sangat penting menurutku, dimana kita dapat berinteraksi dengan banyak orang, sharing ,berbagi ilmu dan bersilaturahim plus nambah temen juga..
BalasHapuscuma aku pribadi, jarang aktif juga, seperlunya saja Mak, apalagi kalo dah punya anak, rempong dah emak2,harus bawa buntuut !
HEHEHEHE... iya yah... rempong emak2 emang
Hapussaya juga suka gaul di komunitas tapi setelah kerjaan RT kelar hehe
BalasHapusmak hana itu luar biasa gaulnya, aku selalu bertemu namamu dimana-mana. hebat deh.
Hapussuka perumpamaan kecenya: katak dalam tempurung dan kelaur dari zona nyaman ^^
BalasHapussaya baru tahu kalau mbaknya selain hobi ngegame (dulu, atau sekarang masih ya?) juga suka komik :) Pasti orang yang riang :p
tetap semangat ngeblog yaaa_
Salam manis,
Arga Litha
iyaa... sampe sekarang masih suka terus ngegame dan baca komik.. dan kamu benar, saya memang orang yang periang dan ceria kata orang. Pinter deh nebaknya.
Hapuskalau aku ikutan komunitas yang sesuai dengan hati aja mbak :)
BalasHapuskomunitas hendaknya membuat nyaman anggotanya :D
BalasHapusSaya sie agak jarang mengikuti komunitas grup atau milis, tapi saran mbak bagus juga sie, apalagi kalau karakter orangnya pendiam, pemalu dan kurang dominan dalam komunitas nyata, sehingga kemampuan ilmunya kurang terlihat. Justru dengan adanya komunitas grup, mereka bisa lebih nyaman dalam bertukar pikiran... Dan sebagai pembelajaran supaya bisa lebih terbuka dan aktif dalam mengemukakakan gagasan2 kreatifnya yang sempat terpendam dalam lingkugan komunitasnya yang nyata...
BalasHapus