Kucing


Kucing, mungkin merupakan binatang pertama yang saya akan tulis dalam daftar binatang yang tidak saya sukai. Tapi, tulisan saya ini bukan tulisan yang  berisi daftar binatang yang tidak saya sukai kok. Tapi tentang dua sisi dari hewan kucing itu bagi kehidupan saya. Dan Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keenam.


Entah kapan dimulainya ketakutan saya dengan binatang kucing. Ini mungkin semacam Phobia. Sering ada yang bertanya, kapan dimulainya ketakutan saya itu. Untuk menjawabnya, saya sendiri juga tidak ada ide sama sekali kapan dimulainya ketakutan saya ini.

semula saya ingin mengunggah foto kucing dari google, tapi saya langsung merinding melihat aneka rupa ekspresi kucing disana. Jadi, terpaksa saya gambar sendiri saja image untuk tulisan saya ini. 

Mungkin, ketakutan ini bermula karena ketika saya masih kecil, kebetulan saya dekat sekali dengan ayah saya. Kemana-mana saya selalu bersama dengan beliau. Jalan-jalan, tidur, duduk, ngobrol, nonton televisi, dan seterusnya. Jika anak lain seusia saya (waktu itu kelas 4 SD) mungkin menyukai acara kartun atau acara hiburan lain; maka saya lebih menyukai menonton acara Dunia Dalam Berita (ini tentang kabar dari seluruh dunia di TVRI tahun setiap pukul 21.00). Alasannya sederhana: karena ayah saya suka dengan acara ini dan saya ingin berdua dengan beliau menikmati acara kesukaannya. 

Saya sering diminta ayah untuk menyisir rambutnya dengan sisir bergigi rapat (saya menyebutnya sisir China; karena memang sering dipakai oleh para gadis berambut panjang di film-film klasik Mandarin). Sebagai imbalannya, ayah akan mendongeng untuk saya. Hingga ayah jatuh tertidur dan tidak lama kemudian saya pun akan jatuh tertidur juga di samping ayah saya. Itu yang biasanya sering terjadi.

Biasanya, saya tertidur di gelungan tangan ayah saya; kepala saya tepat ada di bawah ketiaknya (hehehe). Hingga suatu hari, tiba-tiba ayah berteriak kencang sekali dan ketika ayah berteriak itu, telinga saya tepat ada di samping mulut ayah saya. Ayah langsung bangkit dari tidurnya, begitu juga saya. Ayah terkejut, dan saya juga demikian. Kenapa? Karena seekor kucing telah menggigit ujung jari telunjuk ayah saya!! Kucing itu terkejut karena teriakan ayah tapi tidak langsung pergi. Dia siaga melihat ke arah ayah, seakan-akan marah karena kegiatan makannya belum selesai. Sementara saya langsung ketakutan sendiri melihat semua adegan itu.

Darah yang mengucur deras dari ujung telunjuk ayah.
Kucing yang mengintai penuh marah ke arah kami.
Suasana yang mencekam.

Dan sejak itu saya jadi merasa semakin takut pada hewan Kucing. Kenapa semakin takut? Karena sebelumnya, saya juga sudah tidak begitu suka dengan hewan ini. Gara-garanya, kamar tidur saya yang letaknya di atas loteng, sering didatangi oleh si kucing ini. Suatu hari, ketika sedang terburu-buru ingin mengambil pakaian di dalam lemari pakaian dimana penyusunannya adalah pakaian di taruh di deret lipatan sebelah depan sedangkan pakaian dalam dilipat dan disembunyikan di bagian dalam (di belakang tumpukan lipatan pakaian sebelah depan), tiba-tiba ujung tangan saya yang sedang mencari celana dalam menyentuh sesuatu yang lembek, cair, lengket dan.... OUCH! Sesuatu yang bisa menggigit keras menyakitkan. Ternyata, ada seekor kucing yang melahirkan di belakang lipatan pakaian di dalam lemari pakaian saya, tepat di atas tumpukan pakaian dalam saya!!

Ah. Kenapa harus mengotori lemari saya? Kenapa harus menggigit saya? Kenapa dan kenapa? 
HUh. 

Saya benci binatang ini. Dan saya juga takut dengan binatang ini. Benci dan takut menjadi satu dan itu membuat saya berharap binatang ini tidak pernah ada!

Sayangnya, harapan saya ini sepertinya tidak pernah bisa terwujud. Kucing selalu hadir di sekitar saya. Hingga suatu hari, ketika saya sedang seorang diri di rumah karena suami bekerja dan anak-anak bersekolah dan nyaris semua tetangga saya juga tidak berada di rumah di jam itu (ada yang bekerja, ada yang menunggui anaknya di sekolah, juga ada yang pergi ke pasar atau pengajian pagi); tiba-tiba ada suara mengeong yang amat menyayat hati. Ditimpali suara gedebuk-gedebuk benda-benda yang seperti ditendang halus. Suara apa? Saya pun mempertajam pendengaran saya.

Dada saya langsung berdebar-debar ketika mengetahui itu adalah suara seekor kucing yang sedang mengerang kesakitan.
Aduh!

Seluruh bulu kuduk saya langsung berdiri. Ada apa? Ada apa? Mau mengintip ada apa dengan si kucing, saya takut setengah mati melihat kucing. 

------------Rasa penasaran seseorang, senantiasa mengantarkan seseorang untuk mencari tahu kebenaran. Tapi ketika kebenaran itu sudah terungkap, maka akan lahir sebuah kenyataan yang membutuhkan konsekuensi. ------------------- 

Saya paham sekali dengan konsekuensi jika saya mencari tahu apa yang terjadi dengan si kucing. Saya harus menolongnya. Biar setinggi gunung sekalipun rasa benci dan rasa takut saya pada hewan yang satu ini, tapi dia makhluk Tuhan juga yang membutuhkan pertolongan dan sebagai sesama makhluk Tuhan juga saya punya kewajiban untuk menolongnya.

Aduh. Dilema. Akhirnya, saya memutuskan untuk tidak menyenangkan rasa penasaran saya. Saya tutup telinga saya dan berusaha mengabaikan suara erangan kesakitan si kucing.

Tapi. Suara itu malah terasa seperti mengejar pendengaran saya. Aduh.

Kenapa harus terjadi ketika saya seorang diri di rumah? Kenapa gak mengerangnya ketika sudah ada orang lain yang ada di rumah ini selain saya?

Saya marah. Kesal. Tapi juga... tidak tega.

Saya takut, benci. Tapi... merasa kasihan.

Akhirnya, saya pun memberanikan diri untuk mendatangi sumber suara itu berasal. Tentu saja dengan kaki gemetar dan debaran jantung yang kencang dan bertalu-talu kerasnya.

Ya Allah. Ternyata, seekor kucing sedang melahirkan tepat di teras depan kamar tidur saya. Si anak, sepertinya terlalu besar badannya sehingga menyangkut di lubang rahim ibunya. Itu sebabnya si ibu meronta-ronta kesulitan untuk melahirkan. Dia menendang semua benda yang ada di sekelilingnya. Mungkin marah dan kesal, dan jelas sekali berada di ujung rasa putus asa karena si bayi lahir dengan kaki terlebih dahulu. Dan melihat itu saya langsung berlari masuk lagi ke dalam.

Gemetar. Seluruh tubuh saya gemetar. Perut saya bergolak hebat. Mual dan pingin muntah saking takutnya.

Rasa takut pada kucing dalam diri saya tumbuh lebih cepat dan sudah benar-benar merimbun dan mengubur saya dalam-dalam hingga tidak bisa bergerak.

Saya menangis seorang diri di dalam rumah. Mengadu pada Tuhan: "YA ALLAH.... AKU TAKUT SAMA KUCINGGGGGGG. TAPI GAK TEGAAAAA.. .HARUS BAGAIMANA AKU SEKARANG, TUHANKU? APA YANG HARUS HAMBA LAKUKAN?"

Sementara suara erangan si induk kucing mulai mengejar pendengaran saya. Aduh. Sumpah deh, saya benar-benar berharap tidak pernah mencari tahu apa yang sedang terjadi. Jika saja saya tidak memanjakan rasa penasaran dan menolak untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi, tentu saya tidak menghadapi dilema seperti itu.

Akhirnya, untuk pertama kalinya,  saya berdoa, agar kucing yang sedang mengalami kesulitan melahirkan bayi sungsang itu bisa melahirkan dengan selamat.

Dua ruangan yang berbeda, saya di dalam kamar, dan si ibu kucing di luar kamar (teras depan) dan meski kami dipisahkan oleh sebuah dinding pemisah ruangan, saya tahu kami memiliki doa yang sama: berharap semuanya selamat dan lancar.

Dua jam kemudian, suara erangan itu tidak lagi terdengar. Begitu juga dengan suara gedebak-gedebuk halus benda-benda yang tertendang dan jatuh terguling tidak lagi terdengar. Saya berhenti menangis ketakutan. Dan memberanikan diri mengintip dari balik jendela. Anak-anaknya ternyata sudah lahir semua. Jumlahnya ada tiga ekor.

Alhamdulillah.

Si ibu tampak begitu lemah tidak berdaya. Itu pasti. Melahirkan selama berjam-jam tanpa bantuan siapapun dengan kondisi bayi yang sungsang pasti amat sangat melelahkan. Lalu, tiba-tiba saja saya ingin membahagiakan si ibu. Maka, saya pun membuat semangkuk susu putih dan membawanya ke teras depan. Susu pasti bisa mengembalikan tenaga si ibu. Terlebih dia harus menyusui segera bayi-bayinya. Sayangnya, niat saya ini harus disertai dengan perjuangan tersendiri. Karena satu hal: SAYA TAKUT KUCING!

Akhirnya, mangkuk saya letakkan di atas koran, lalu koran tersebut saya dorong mendekati si ibu dengan menggunakan tiang bendera yang terbuat dari bambu yang panjang. Setiap satu meter koran yang membawa mangkuk itu bergerak, susu putih di dalam mangkuk tumpah. Itu pun terkadang galah bambunya sering meleset hingga tidak selalu mendorong korannya, tapi mengarah tanpa tujuan. Si ibu melihat ke arah saya dengan kepala lesu dan tubuh lemah. Matanya waspada. Mungkin dia mengira saya akan melukai anak-anaknya. Tapi si ibu sudah tidak bisa berbuat banyak lagi. Tubuhnya sudah terlalu lemah, kehabisan tenaga. Akhirnya, ketika mangkuk itu tiba di depan mulut si ibu, isinya tinggal sepertiganya saja. Fiuh. Tapi si ibu tahu mangkuk yang berisi susu putih yang tinggal sepertiga penuhnya itu, adalah susu untuk dirinya. Setelah mengendus sejenak, dia pun langsung meminum susu tersebut dengan lahap.

Saya lega melihatnya. Dan memutuskan untuk mendoakan agar keluarga baru ini bisa selamat dan bahagia di hari itu.

Ya, hari itu saja.

================

Penulis: Ade Anita

  “Postingan ini disertakan dalam #8MingguNgeblog Anging Mammiri”


===================================================================
catatan penulis: atas permintaan dari teman-teman penyayang kucing, beberapa kalimat dalam tulisan ini sudah dihapus. Kalimat yang dihapus adalah: 

Itu sebabnya ketika menonton sebuah acara di televisi (national geografik, fim dokumenter) yang memberitakan bahwa di Brazil, kucing termasuk hewan yang bisa diburu, lalu disembelih dan dijadikan makanan oleh orang Brazil, saya selalu berharap seluruh kucing di Indonesia di-export saja ke Brazil sana.
Saya benar-benar berharap hewan Kucing tidak pernah ada di sekeliling saya. Bahkan tidak pernah ada di muka bumi.

64 komentar

  1. hii kok bisa sampe masuk di dalam lemari ya mbak kucingnya..
    saya suka sih sama kucing yg sejenis anggora gitu lucu soalnya bulunya halus. tapi paling sebel sama kucing jalanan yang kotor hihii

    BalasHapus
  2. gak tau tuh kenapa bisa masuk ke dalam lemari. Mungkin karena lemarinya emang gak rapat kali ya nutupnya, namanya juga masih kecil.

    BalasHapus
  3. Kalo kucing Indonesia di eksport ke Brazil emang laku mba??? hehe

    BalasHapus
  4. sebelah kanan, gambar kucing... sebelah kiri.. foto mbak Ade.. mmm... nggak kelihatan tuh, kalau takut kucing. Kucingnya lucu

    BalasHapus
  5. DUlu saya sukaaaa sekali sama kucing mbak. Sampai2 di rumah ada beberapa kucing kampung yang kelihatan mirip semua, berbulu belang2 abu2 tapi saya bisa mengenali hanya dari suara mereka. Suara mereka unik, beda, tidak sama. Wajah mereka pun beda. Semuanya punya nama, saya dan adik saya yang menamai mereka. Ada yang namanya Gocal (gode' becal/ gemuk besar) ada yang namanya eling (ekor lingkar krn ekornya melingkar) yang punya nama sayang2 Eying, dll.

    Karakter mereka pun berbeda, saya tahu mana yang manja, mana yang galak . Tapi setelah punya anak, rasanya semua kucing biasa saja, tidak ada istimewanya. Lebih seru punya anak ternyata daripada punya kucing :)

    Itu mbak Ade ngasih susu pake koran, padahal kucingnya kan lagi gak berdaya ;)

    Gutlak ya mbak Ade ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Justru itu Niar, mangkoknya aku taruh di atas koran. Kenapa ditaruh di atas koran? karena aku takut buat ngedeketin ibu kucing jadi aku perlu koran itu buat jadi nampan buat ngedeketin mangkok susu biar bisa diantar tepat ke depan kepala si ibu kucing. Begitu koran itu dekat dengan kepalanya, si ibu kan tinggal ngangkat kepalanya dikit lalu menjilati susu yang aku kasih buat dia. Karena waktu itu, emang gak ada siapa-siapa yang bisa disuruh buat melakukan itu sementara aku takut banget sama kucing.

      Hapus
  6. saya suka kucing sama seperti nabi Muhammad.......

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku takut kucing dan insya Allah masih Islam dan amat cinta pada Nabi Muhammad SAW.

      Hapus
  7. Nabi Muhammad penyayang kucing loh..... n thanks telah menolong si ibu kucing :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Nabi Muhammad memang penyayang kucing tapi itu bukan berarti Ummat Islam harus sayang juga pada kucing. Aku takut dan itu susah payah menanggulanginya. Jadi, perjuanganku untuk menolong si ibu kucing itu, mungkin bagi orang lain adalah hal yang amat sangat sepele ya, tapi buatku itu sebuah perjuangan yang amat sangat berat. Aku benar-benar takut sama kucing jadi perlu nyali amat besar untuk melakukan itu. Semoga saya tidak dihakimi karnea hal ini.

      Hapus
  8. Nabi Muhammad penyayang kucing loh..... n thanks telah menolong si ibu kucing :)

    BalasHapus
  9. saya copasin kata2 teman saya yang penyayang kucing dan rescuer ya...semoga bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan anda.

    Jika seluruh kucing di dunia musnah. Di situ dijelasin secara ILMIAH, kucing itu banyak menolong manusia. Mereka bagian dari keseimbangan alam. Kucing itu makan serangga dan binatang yg kalau kebanyakan bisa jadi hama (misalnya tikus). Dan, di wikipedia ada cerita, di Perancis atau Inggris (lupa), pada tahun 1800-an ada wabah pes di seluruh negeri. Ribuan orang mati. Setelah ditelusuri sebabnya, ternyata karena sebelumnya ada pembantaian kucing besar2an. Di India, terjadi hal serupa. Mrk musnahin anjing dan kucing besar2an, lalu wabah pes yg sampe pemerintahnya sendiri ga bisa nanganin dan harus dibantu WHO.
    Ini kejadian nyata ya tahun kemarin pas temen rescue di Pantai Indah Kapuk. Jadi, pengembang di sana musnahin anjing kucing yg keliaran. Kita ke sana protes. Ga nyampe 2 bulan, pengembang nelpon minta tlg nangkep ular2 yang jadi banyak sampe masuk2 ke rumah penduduk. Ya iyalah pemangsa alami mrk dibunuh. Rugi kan sekarang ga menghargai keseimbangan alam?
    Tidaklah Tuhan mencipta sesuatu jika tidak ada manfaatnya

    Naning

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin kamu bisa juga men-search 10 hewan pemangsa paling kejam di dunia; ada buaya, harimau, singa, kalajengking, dan sebagaiya. Tapi, nomor satu yang terkejam itu ternyata ditempati oleh: KUCING. Kenapa? karena kucing membunuh cuma untuk bersenang-senang saja, bukan bagian dari kebutuhan makanan dan bagian dari rantai makanan.

      Jadi, kucing menangkap tikus tapi bukan untuk dimakan. Cuma untuk jadi mainan aja hingga tikusnya mati.

      Di sekitar rumahku, kucing sama sekali gak ada gunanya. Dia gak nangkep tikus lagi karena sudah terlalu kenyang makan makanan pemberian para tetangga. Jadi, di pojok rumaku kucing tidur, di pojokan yang lain, para tikus buang air besar dan mengunyah apa saja.Lebih efektif membunuh tikus dengan racun sepertinya ketimbang memelihara kucing. Untunglah aku tidak suka kucing.

      Entahlah. Aku takut sama kucing. Lututku langsung gemetar, dadaku langsung berdebar kencang dan kadang, perutku langsung bergolak jika bertemu dengan kucing.Semua paparanmu bahwa hewan yang satu ini adalah hewan yang memberi manfaat, belum menyentuhku dan belum bisa mengobati rasa takutku pada kucing.
      Tapi terima kasih untuk informasinya. Insya Allah akan sangat berguna.

      Hapus
    2. kalau tikus mati..kita,kamu juga manusia lainnya bebas dari penyakit pes bukan?
      binatang2 lain seperti ular,kalajengking dibuat mainan oleh kucing sampai mati tapi rumah kita bebas dari hewan2 berbahaya itu tanpa kita harus repot2 membunuhnya kan?
      lagipula apa kamu pikir kucing ga butuh makan?hanya butuh bersenang2 saja,hanya butuh main2 saja?saat kucing butuh makan dan tidak ada yang memberi makan,ya hewan2 yang sebelumnya dijadikan mainan itu yang dia makan.
      kucing diciptakan Tuhan juga untuk satu tujuan tertentu.Itu juga kalau kamu memang benar2 percaya Tuhan.

      but I am DONE.wish you luck.

      Hapus
    3. Dear Anonim,

      Saya cuma mau bilang, mbak Ade ini di sini lagi cerita soal phobianya sama kucing jadi tolong gak usah diperlebar ke sana kemari.

      Wish you luck too :)

      Btw next time kalo mau marah2 di blog orang, pake nama dong ya..kan biar kenal. Salam kenal!

      Hapus
  10. Hae mb ade...aku jadi mampir lagi gr2 link ini jadi pembicaraan di suatu grup miong hehe


    hehe mb ade tau ndiri aku suka kucing kan hehe.tapi ngekspor kucing kebrazil dan doain kucing hewan pertama yg musnah bukan pemilihan kata2 yang bae..walau mb g suka kucing.mungkin bs diedit mak kata2nya :D


    tp tengkyuh dah bae hati pas ntu kucing lahiran.

    Ini cerita beneran atau fiksi buat anginmamiri?

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini cerita beneran. blog ini tidak berisi cerita fiksi, semua tulisan fiksiku ada di http://adeanita94.blogspot.com

      hmm... jujur saja, aku masih berharap bisa hidup damai dan tentram tanpa hewan kucing. Itu yang ada di dalam benakku karena aku takut binatang itu. Tapi, jika memang diinginkan untuk diedit dengan menghapus kata-kata itu, baik akan aku lakukan, demi untuk ketenangan para penyayang hewan yang satu ini.

      Tapi sebagai catatan: aku tidak akan menghapus doa dan harapanku agar tidak ada kucing di sekitarku. Aku takut kucing.

      Hapus
  11. Hae mb ade...aku jadi mampir lagi gr2 link ini jadi pembicaraan di suatu grup miong hehe


    hehe mb ade tau ndiri aku suka kucing kan hehe.tapi ngekspor kucing kebrazil dan doain kucing hewan pertama yg musnah bukan pemilihan kata2 yang bae..walau mb g suka kucing.mungkin bs diedit mak kata2nya :D


    tp tengkyuh dah bae hati pas ntu kucing lahiran.

    Ini cerita beneran atau fiksi buat anginmamiri?

    BalasHapus
  12. Maaf mb ade.. Lebih takut kucing atau tuhan? Masa mendoakan hal yg buruk bagi makhluk tuhan, berarti tdk menghargai ciptaan tuhan.
    Kata2 di blog ini jauh lbh sakit dibandingkan dicakar/digigit kucing 100x. Lbh baik blog ini jgn diedit, tp dihapus. Karena mungkin akan banyak cat lover yg mendoakan balik hal buruk kpd mb ade. Thanks.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pertanyaanmu aneh. Kita semua memiliki doa yang berbeda-beda karena punya perbedaan yang berbeda-beda terhadap apa yang disukai, apa yang diinginkan, apa yang ingin dijauhi, apa yang ingin dihindari.
      Saya tidak mungkin menghapus postingan ini hanya karena memikirkan perasaan para cat lovers; apakah para cat lovers pernah berempati pada orang-orang seperti saya yang takut pada kucing? Saya tidak pernah menginginkan memiliki takdir ketakutan ini tapi kan ternyata dia muncul. Allah tentu tahu apa yang terjadi pada saya saat ini dan itu sebabnya Dia memberikan banyak pelajaran pada saya. Saya punya banyak pelajaran berharga dari rasa takut kucing ini. Ini adalah salah satunya. Lain kali saya akan share lagi cerita lain.

      terima kasih sudah mampir ya.

      Hapus
  13. Oh ya lupa, makasih udh menyelamatkan ibu kucing. Insya allah menjadi pahala yg melimpah. Yaaaa walaupun takut tp tdk pantas mendoakan seperti itu. Apalagi sbg seorang muslum. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kucing-kucing liar sering melahirkan di depan rumah saya, dan itu sering membuat saya kesulitan untuk keluar dari rumah karena untuk melewati teras rumah saya sendiri, saya takut melangkah.
      Saya amat berharap jika ada kucing yang melahirkan di depan rumah, ada orang-orang yang suka rela mengambil dan menyingkirkannya dari depan rumah. Maukah kamu membantu? Atau setidaknya beri tips agar tidak ada kucing liar yang sudi melahirkan di depan rumahku. Aku takut.

      Hapus
  14. Tulisanku ternyata memancing perhatian beberapa orang dan menjadi polemik (sungguhkah?).

    Beberapa orang memintaku untuk mengedit tulisan di postingan ini. Ada yang memintaku untuk mengganti beberapa kata dalam kalimat tertentu. Ada yang memintaku untuk menghiilangkan beberapa kalimat dalam paragraf tertentu. Dan terakhir, ada yang memintaku untuk menghapus seluruh postingan ini karena akan melukai perasaan para Cat Lovers.

    Aduh, mak. Apakah kita harus menulis sesuatu yang harus selalu sesuai dengan keinginan orang banyak? Apakah kita harus selalu menulis sesuatu yang memuaskan keinginan orang lain? Lalu bagaimana dengan keinginanku sendiri? Lalu bagaimana dengan perbedaan yang kebetulan aku miliki saat ini yang kebetulan berbeda dengan kelompok lain? Kenapa tidak menghargai perbedaan yang ada. Toh, tulisan itu sudah aku tulis sehalus mungkin penuturannya.
    Sedih aku ketika ada yang memintaku untuk menghapusnya hanya karena aku takut sama kucing, dan aku seorang diri di tengah para penyayang kucing.

    Percayalah. JIka saja boleh memilih takdir, maka takdir pertama yang akan aku ubah adalah: ketakutanku ini. Tapi kan sekarang hal ini belum bisa kulakukan. Mungkin itu sebabnya ada banyak pelajaran hidup yang aku dapatkan dari pertemuan dengan Kucing (*percaya atau tidak, ketika melihat foto Profile seseorang yang menampilkan sosok kucing saja, aku langsung merinding, deg-degan dan buru-buru scroll ke bawah agar foto profile dan status si pemilik foto profile itu segera hilang dari layar monitor hape atau notebookku).
    Maaf ya, jadi curhat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak usah dihapus, gak usah diedit. This is your blog dan kalo yang baca pake open minded sebenernya ini kan cerita curhat mbak ade soal phobia sama kucing. Harusnya kalo ngaku cat lovers ya ngasih masukan gimana cara supaya hilang phobianya, dibantu, dibimbing, bukan dimarah2in. Namanya juga phobia, kan gak direncanain. Temenku ada yang phobia ular, liat fotonya aja udah lemes trus masak snake lover mau marah2 juga ama dia kalo tau dia suka ngamuk2 sendiri jijik ngeliat ular, saya phobia anjing. Pengen banget melihara anjing, suka banget liat anjing tapi kalo ketemu langsung takutnya setengah mati, suruh jauh2..yang kayak gini kan diluar kuasa kita, bukan kitanya yang mau. Jadi menurut saya let it be mbak.

      Hapus
    2. eh.. samaa... aku juga suka banget sama anjing, pingin banget meliharanya abis kayaknya imut-imut lucu gitu.. tapi, takut ama anjing, terutama karena najisnya. jadi, terpaksa harus jauh2 dan cuma bisa menghayal saja.

      Hapus
  15. mbak, takut kucing itu nggak dosa kok.jadi, biarkan anjing menggonggong, kucing tetap berlalu ... btw, memang tidak semua kucing lucu, mbak. Ada juga lho, kucing yg 'licik', 'jahat', dsb... tapi gambar kucingnya mbak Ade, tetaplah lucu. Hidup kucing lucu..Ah, iya. Satu lagi. Kucing itu suka kehangatan...Kalau rumah mbak Ade disukai kucing, apalagi yg mau 'babaran' ... berarti rumah mbak Ade itu penuh kehangatan... hehehe. Kucing juga suka deket2 orang yg penyayang, dan tdk suka deket2 orang yg 'jahat' (kecuali kucingnya juga 'jahat'..hihihi). Anggap aja semua itu kesempatan dapat pahala, mbak. Memberi minum makhluk Allah yg bernyawa aja dapat pahala kok (ada hadistnya, tapi sy lupa :-D)..apalagi ngasih minumnya sambil menahan segala rasa tidak suka, cuma karena nurutin perintah Allah aja. InsyaaLlah berkahhh....

    BalasHapus
    Balasan
    1. karena aku merasa tulisan tanpa gambar itu hambar rasanya. Tapi aku takut buat naruh gambar asli dia jadi aku gambar sendiri aja.
      Entah ya. Aku tidak ingin didekati oleh dia. ITu saja.

      Hapus
  16. Tulisannya sudah diedit ya Mak? yang aku tangkep sih dirimu masih susah menghilangkan rasa takut pada kucing ya, tapi mau mendoakan ibu kucing supaya selamat dan gak menyakiti kucing itu, sudah cukup menurutku. Soalnya kan dirimu tersiksa juga sama keberadaan kucing.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, bagian yang aku hilangkan itu aku taruh di bagian bawah. Tadinya mau dihilangkan tapi di bagian komentar ada yang bertanya tentang hal itu jadi nanti biar gak bingung, aku kasih penjelasan di akhir tulisan.makasih ya Helda sudah mampir.

      Hapus
  17. kayaknya kita punya phobia yang sama mba ade. Tapi saya bukan phobi dengan kucing, gak. Saya suka kucing apalagi lihat matanya. Cantik banget.
    Phobi saya itu juga membuat saya gak bisa ngapa-ngapain kalau melihatnya. Seketika badan menjadi lemas dan kaku kalau ia ada. Huh, bahkan saya pernah demam gara2 dia.
    Saya juga pernah menangis ketakutan sampai berpikiran bahwa kenapa ia mesti ada di dunia dan juga kenapa saya harus phobi padanya, padahal salah seorang sahabat saya justru suka sekali dengannya.
    Terus terang, saya pun ingin sekali keluar dari phobi ini tapi gak tahu caranya. Jangankan melihat sosoknya langsung, melihat gambarnya bahkan menyebut namanya pun bikin jantung berdegup kencang. bahkan menulis di sini pun saya gak berani.....hikz, maaf jadi curhat di sini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. idem.. idem.. idem. Sebenarnya aku juga takut menulis namanya tapi nanti pada bingung ini tulisan nyeritain tentang apa?
      Nah, buat naruh gambar, aku takut juga sebenarnya. Pas nyari di google, Masya ALlah, satu halaman penuh gambar dia. Wa.. aku sampe lompat karena takut dan buru-buru nutup layar notebookku. hahaha.. tapi, tulisan tanpa gambar kan terasa hambar, jadi, aku gambar saja sendiri ilustrasinya.

      Hapus
  18. Saya adalah pecinta kucing. Sangat mencintai dan menyayangi kucing. Saat ini, ada dua kucing peliharaan saya. Kujing jenis Anggora, namanya Mesy. Dan kucing kampung, namanya Mekar. Mereka lucu dan sangat dekat dengan saya. Tapi itu bukan berarti saya tidak pernah digigit. Berkali-kali mbak, saya digigit ampe berdarah-darah. Tapi lama-kelamaa, kucing itu akan mengerti sendiri dan akan menyayangi kita juga. Coba lepaskan perlahan-lahan rasa fobia nya mbak, kucing itu hewan yang sangat lembut dan cepat merasa.
    Saran saya, kalo ada kucing di sEkitar mbak yang ingin beranak, siapkan dus-dus dan lapisi kain bekas. Biar dia beranak di dus itu. Ok mbak. Rasulullah saja, teramat menyayangi kucing. Dan satu lagi, info yang pernah saya baca (dari sumber terpercaya). Kucing itu tidak ada najisnya mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaahh.. menyediakan dus yang dilapisi kain bekas? Itu sama saja namanya menyarankan saya untuk maju berperang. Sedangkan semen yang semula dibuat agar bisa jadi tempat duduk di teras saja, sejak sering dipakai untuk kucing tidur-tiduran akhirya saya taruh aneka pot bunga di atasnya. Lebih baik tidak usah ada bangku di teras rumah saya ketimbang memberi tempat untuk kucing bermalam; apalagi menyarankan saya untuk menyediakan dus dan kain bekas untuk tempat melahirkan.

      saya tahu kok kucing itu tidak ada najisnya, bahkan air yang bekas dia jilati untuk minumnya pun masih boleh dipakai untuk berwudhu, tapi... saya takut.

      Hapus
  19. Saya bukan cat lovers banget sih, tapi sejak dulu di rumah selalu ada kucing dan semua teman2 yang ngikutin blog-ku dr dulu tahu siapa nama kucing saya. ^_^
    Kucing, menurut saya, gak bisa disamaratakan. Sungguh! kucing di rumah (ada 2), punya perilaku yang sangat beda. Kucing pertama, dibawa pulang sama suami krn telantar di sekitaran kantor. Dia kalem, dan bisa "dididik". Sementara kucing kedua, yang diambil dr seputaran rumah, sangat keterlaluan. Gak bisa dididik sama sekali. Bikin kesel bawaaannya.

    Jadi, menurut saya, kalo terkait pobia sih... semua yg diceritakan wajar2 saja. Kalo ada kucing yg menggigit sampe berdarah, itu wajar juga, gak perlu jadi polemik. IMHO loh yak. Sebagai gambaran, saya pernah dikomentarin macem2 karena mensteril kucing di rumah. Padahal kegiatan mensteril kucing itu juga dilakukan oleh salah satu kelompok pencinta kucing. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kapan-kapan, aku akan nulis tentang seorang kenalanku yang pecinta kucing sejati. Dimana dia mendedikasikan hidupnya untuk merawat kucing-kucing liar. Luar biasa deh kenalanku itu.

      Hapus
  20. mbak .. suka banget dengan cara ceritamu .. aku terbawa perasaan banget. rasa takutmu dengan kucing persis sama dgn aku yang phobia binatang berbentuk melata ular dan ulat. tapi kamu masih hebat bisa menuliskan ulang pengalamanmu, kalau aku baru membayangkan akan menuliskannya aja udah kambuh duluan phobia ku.

    BalasHapus
  21. bak Ade ada tuh teraphy untuk ngilangin segala phobia. Saya rasa phobia kucing juga bisa diatasi. Coba cara totoknya-nya SEFT ( Spiritual Emotional Freedom Technique).

    BalasHapus
    Balasan
    1. waah.. dimana tuh? totok tuh bukannya yang ditekan-tekan titik syarafnya gitu bukan sih? Emang itu bisa buat ngilangin phobia?

      Hapus
  22. Waah.. terharu sama perjuangannya ngasih susu ke induk kucing :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah... sebenarnya itu inti ceritaku. yaitu dua sisi yang terjadi dalam hidupku, di satu sisi mau nolong, di sisi lain takut setengah mati.

      Hapus
  23. baca tulisan ini dari awal sampai terakhir termasuk komentarnya, dan langsung mengambil nafas yg dalaaaam.... hehehehe.....salam kenal ya mba Ade saya juga phobia kucing dan pernah juga menulis tentang phobia kucing ini di blog.

    Kalau menurut saya kita tidak bisa memilih untuk phobia terhadap sesuatu....(tapi insya Allah bisa disembuhkan ) mungkin pecinta kucing tidak phobia dengan kucing tapi dia phobia dengan hal lain, jadi yang terbaik saling mengerti saja dan bisa membantu memberikan terapi apa untuk mba Ade atau minimal mendoakan semoga phobianya bisa sembuh....

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal juga BUnda kanaya. semoga phobia kita berdua bisa segera berakhir ya.

      Hapus
  24. isha gak suka kucing >.<

    tapi isha sayang ayah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku juga sayang sama ayahku. sayang banget. Sekarang, sudah 4 tahun ayahku meninggal tetap saja aku suka menangis tersedu-sedu karena kangen dengan beliau.

      Hapus
  25. Aku takut doggy mba adee :( selucu apapun bentuknya..huhu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku takut tapi suka ama doggy (nah loh, bingung kan)

      Hapus
  26. Saya tau Mbak perasaan pobia itu bagaimana... Saya pobia sendirian, dimana saja walau masih terang, kalau sedang sendirian pasti langsung kabur... eh jadi curhat... Tapi ya memang sih kata2nya mungkin terlalu menusuk ya bagi yg cat lover.. kalau saya sama kucing, ya menerima2 saja walaupun bukan pecinta..

    BalasHapus
    Balasan
    1. ooo, alhamdulillah sudah diedit ya tulisannya.

      Hapus
  27. saya suka kucing tapi ga suka elus2 kucing, geli aja, takut2 suka

    BalasHapus
  28. mbak rame banget nie blog, lagi jualan apa di lapak ini mbak, hehehehe :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. SAKIT JIWA ADE ANITA INI

      Hapus
    2. gak jualan apa-apa. cuma cerita aja kok

      Hapus
  29. baca ceritanya seperti ikut menyaksikan adegan dorong-dorong mangkuk susu :) thanks for share

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya.. itu usaha yang luar biasa banget. karena pingin nolong banget tapi takut gitu.

      Hapus
  30. SAYA TAKUT BANGET SAMA ORANG SEPERTI MBA ADE.PHOBIA ADE ANITA.KARNA ORANG SEPERTI KAMU ITU MENJIJIKAN .CUUUUIIIH!!!!!!!!!

    BalasHapus
  31. SAKIT JIWA TAIIIK

    BalasHapus
  32. Kan sekedar saran saja, berbagi dengan pengalaman saya yang selalu siaga nyiapin dus berkain jika ada kucing mau beranak..Kalau tidak disuka dengan saran saya, tidak masalah juga kok.

    BalasHapus
  33. Ninggalin jejak walau terlambat bbrp tahun :D
    Mba ade itu pengalaman yg traumatik banget.. andai saya yg ngalamin mungkin saya juga gak akan berhasil keluar dr phobia kucing..
    Salut atas kemauan mbak melawan rasa takut waktu menolong kucing melahirkan.. saya blm tentu bisa seperti itu.. :-)

    BalasHapus
  34. haha lucu lucu gimana gt.. baguslah kalau bisa mengalahkan trauma..

    nice post, menarik.

    BalasHapus