Tips Menjadi Remaja Smart, Gaul, Modis

[Parenting] Memiliki anak remaja itu tidak bisa dibilang mudah. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para orang tua dan anak remaja mereka di kehidupan sehari-hari. Bagaimana tidak? Sekarang dunia semakin permisif. Kebebasan media, kecepatan internet, membuat remaja jaman sekarang bisa menikmati tontonan dan informasi dengan amat cepat. Semua ini memiliki dua sisi yang berbeda. Di satu sisi bisa membuat remaja semakin luas pengetahuannya, dan bisa belajar lebih cepat untuk mempersiapkan diri mereka menghadapi dunia. Tapi di sisi lain, bisa membuat remaja terjerumus dalam pemahaman yang salah atas diri mereka.

Bagi remajanya sendiri, tentu saja di dalam diri mereka ada keinginan untuk bisa mengikuti kemajuan  perkembangan dunia di sekitar mereka. Setidaknya, mereka bisa ter-update dalam fashion dan pergaulan. Dan bagi orang tua, tentu saja tetap ingin agar anak remajanya selamat dalam pergaulannnya. Selamat dari godaan seks bebas, selamat dari godaan obat terlarang, dan tentu saja yang utama sekali, karena aku beragama Islam, selamat dari godaan untuk keluar dari agama Islam.  Lalu bagaimana caranya?

Seiring dengan semakin tumbuhnya anak-anakku, aku belajar sedikit demi sedikit kiat-kiat membesarkan anak remaja agar bisa memenuhi beberapa harapan. Win-win solution baik untuk kami orang tuanya, dan bagi anak remaja kami sendiri. Dan pengalaman ini aku tulis menjadi tips menjadi remaja smart, gaul, modis.

Tips Menjadi Remaja Smart, Gaul, Modis

1. Bekali diri dengan pengetahuan

Ini harus sih. Bagaimana akan dikatakan smart jika tidak tahu apa-apa. Pengetahuan itu luas sekali, tidak melulu yang diperoleh dari sekolah saja. Pengetahuan bisa didapat dari buku, tontonan yang bermanfaat, obrolan, diskusi, mengikuti sebuah talk show, mendengarkan radio, dan sebagainya.

Kids jaman now: Nggak tau seperti apa itu yang namany telepon umum. . Jadi, ceritanya di Plaza Semanggi, tepatnya di depan resto D'cost, dipajang sebuah telepon umum yang tidak terhubung. Mirip seperti memorabilia saja. Putri bungsuku bertanya, "ibu itu apa?" . Aku baru sadar, bahwa anakku ini terlahir di zaman dimana telepon genggam alias handphone adalah benda yang dimiliki oleh siapa saja. Karena keberadaan handphone ini maka sudah amat jarang orang yang masih menggunakan telepon umum. Paling si On Jung Sun di drakor temperature of love aja yang masih pakai itu. Itupun akhirnya dia luluh dan kebeli juga handphone. Tuh. Jadi nyaris semua orang sudah pakai handphone kan. Jadi wajar jika anakku ini heran bingung melihat telepon umum. . "Oh, ini namanya telepon umum nak. Jaman ibu masih muda," (*OMG..kesannya itu jaman yang sudah lama bangetttttt) "kalau ayah mau dengar suara ibu, tau kabar ibu tapi nggak bisa datang ke tempat ibu. Ayah harus cari uang koin, masukin ke lubang ini, lalu pencet nomor telepon rumah ibu. Nanti ngobrol deh kami di telepon." (*bernostalgia sambil senyum-senyum sendiri). . "Berarti kita neleponnya berdiri dong? Gak cape?" (Iya ya...baru sadar. .jaman dulu tuh asli. Jika cinta sudah melekat, rasa lelah jadi minggat. Hahaha. Ih, norak banget komenku ini?) . "Ada yang lebih ngeselin daripada capek berdiri, nak. Yaitu ketika lagi asyik ngobrol gak taunya jatah 3 menit habis dan uang koinnya dah habis. Jadi kayak kemakan cabe eh baru sadar gak punya minuman. Pas udah nuker duit lagi, antriannya panjang. Jadi dah hilang selera buat ngelanjutin obrolan. Kamu mau coba rasanya nelepon gimana? Cobain aja." (Putriku mencoba pura2 nelepon) #mainangenerasijadul #teleponumum #memorabilia #kenangan #generasisekarang #ibudananak #anakperempuanku #kids
A post shared by Ade Anita (@adeanita4) on


Jaman sekarang, pengetahuan begitu banyak beredar sehingga sering tercampur antara pengetahuan hoax dan pengetahuan yang sebenarnya. Untuk itu, hukumnya menjadi wajib, kudu, harus, untuk mencari tahu lebih dalam dari berbagai macam variasi sumber informasi. Jangan menelan sebuah informasi bulat-bulat tanpa dipikirkan terlebih dahulu.

Itu sebabnya, pada anak-anakku, aku dan suami sering mengecek ulang informasi yang kami dapatkan, lalu kami diskusikan secara terbuka. Memang sih, kadang ada yang tidak langsung menerima atau mengakui jika ternyata dirinya salah menerima informasi. Tapi setelah terbukti bahwa memang salah, dengan cepat harus ikhlas dan sportif mengakui bahwa memang salah dan harus segera mau menerima kebenaran.

Catatan parenting a la ade anita: ajarkan anak  sejak dini untuk mudah mengembangkan sifat sportifitas. Yaitu cepat mengakui bahwa dia salah dan menerima kebenaran dari orang lain. Ajarkan anak untuk tidak malu mengakui bahwa dia salah dan harus mengalah pada orang yang lebih benar. Karena hidup bukan selalu menang atau kalah, tapi kebenaran tidak boleh diubah menjadi kesalahan hanya karena kita ingin menang.
Ada satu doa yang selalu aku panjatkan bagi diriku, suami dan anak-anakku:
"Ya Allah, mudahkan kami untuk menerima, memahami, dan menegakkan kebenaran yang sesungguhnya datang dariMu. Karena sesungguhnya hanya Engkau yang Maha Benar dan Maha Mengetahui. Jangan Engkau sesatkan kami dan buanglah segala kesombongan dalam diri kami."

2. Bentuk diri agar menjadi remaja yang tangguh


Remaja tangguh itu seperti apa?

Remaja tangguh itu, adalah remaja yang punya pendirian. Jadi, dia tidak semata hanya mengikuti arus saja. Tidak sekedar ikut-ikutan saja.

Ketika sedang trend sesuatu dan teman-temannya ikut-ikutan trend, remaja tangguh tidak serta merta mengikuti trend ini. Tapi dia akan berpikir, apakah trend ini sesuai dengan kebutuhannya, apakah trend ini memberi manfaat baginya, dan apakah trend ini tidak akan merugikan dirinya?

Catatan parenting a la ade anita: sejak dini, ajarkan anak untuk memiliki sesuatu bukan karena keinginan, tapi karena kebutuhan. Ajarkan anak untuk bisa memprioritaskan keinginannya. Mana yang lebih butuh saat ini dengan kondisi keuangan yang ada sekarang? Apakah barang A atau barang B? Mengapa memilih barang A dan bukan barang B? Apakah ada alternatif lain selain dua jenis barang A dan B ini? Dan setelah anak memilih, ajarkan anak untuk tidak menyesali pilihannya ini, karena itulah konsekuensi dari sebuah pilihan yang sudah dijatuhkan.
Sebagai orang tua, kita juga harus "tega" ketika melihat anak kecil kita salah memilih. Beritahu dia bahwa seharusnya dia memikirkannya dahulu, karena ketika sudah terlanjur dipilih akan sulit untuk diulang lagi. Pelajaran pahit salah memilih ini akan mengajarkan anak, untuk berhati-hati lain kali. 

Remaja tangguh itu, juga adalah remaja yang tidak gampang putus asa. Dia boleh mengalami kegagalan beberapa kali, tapi bisa segera bangkit dan mau berusaha lagi.

Namanya juga belum punya pengalaman, maka kegagalan sekali dua kali itu biasa. Kegagalan berarti diberi kesempatan untuk berusaha lebih baik lagi. Jika sudah gagal lebih dari 3 kali, mungkin sudah tiba saatnya untuk berhenti sejenak dan berpikir ulang. Kenapa? Apa yang harus diperbaiki? Atau mungkin tiba saatnya untuk mengerjakan sesuatu yang lain sebagai variasi untuk menambah kemampuan di bidang lain. Karena bisa jadi, kita gagal di satu bidang, tapi berhasil di bidang yang lain.

Catatan parenting a la ade anita: sejak dini, bentuk karakter anak agar memiliki karakter untuk segera move on dari sesuatu yang membuatnya kesulitan untuk bisa terus berkembang. Tidak perlu ngotot di satu tempat saja; cobalah tempat lain, cobalah cara lain, karena sesuatu yang ingin kita peroleh bisa jadi bisa kita peroleh dari banyak sumber.  Tidak hanya dari satu sumber saja. Untuk itu harus rajin mencoba dan tidak boleh gampang menyerah.

#30haribercerita @30haribercerita #harikeempatbelas #30hbc1814 Tentang ayah dan anak perempuannya. Jika tiba saatnya untuk menumpahkan sayang, ayah dan anak perempuannya aduhai mesranya. Bisa 10 menit hanya untuk salim, cipika-cipiki, lalu peluk erat merengkuh seluruh bahu dalam lingkaran penuh lengan. Dan dibalaa dengan lingkaran penuh di pinggang. Ini bukan adegan pamit perpisahan. Tapi adegan setiap kali seusai shalat berjamaah. Demikian juga ketika sedang jalan2 cari angin. Genggaman tangan keduanya erat tak terpisahkan sepanjang jalan yang ditapaki. Tak selalu saling berbincang. Tapi hanya jalan berdua dalam keheningan. Memberi waktu pada alam sekitar untuk bercerita dan ayah serta anak perempuannya ini menjadi pendengar yang baik. . Tapi lain lagi ceritanya jika sedang membicarakan tentang fashion, pergaulan dan obrolan iseng. Ayah dan anak perempuanku ini sulit untuk saling sepakat. Anak serius, ayah melontarkan candaan garing yang membuat anak merajuk. Anak sedang semangat ayah datang membawakan pendapat yang mematahkan semangat. Pernah sang ayah membatalkan rencana yang sudah disusun rapi oleh anak perempuannya. Ayah dan anak perempuanpun jadi terpisah layaknya air dan minyak. Mereka jadi seperti dua magnet yang saling menolak satu sama lain. Meski demikian, ayah tetap mempertahankan nilai idealis yang ingin dia sampaikan dan diterapkan oleh anak perempuannya. Tak goyah karena rasa sayang. Tak luluh oleh air mata atau wajah cemberut. . Ayah dan anak perempuan itu unik. Hubungan keduanya mungkin merupakan cerminan hubungan lelaki dan perempuan. Anak tangga awal sebelum seorang anak perempuan bertemu lelaki pilihan hatinya kelak; melatih anak perempuan menghadapi lawan jenis. Karena hidup tidak selalu manis dan saling sayang dan memanjakan. #ocehanadeanita
A post shared by Ade Anita (@adeanita4) on


Remaja tangguh itu adalah remaja yang tidak sombong dan mau membantu orang lain. Dia bisa jadi cerdas dan hebat, tapi jika kecerdasannya tidak memberi manfaat untuk kebaikan orang lain, maka tidak ada gunanya.

Jadi, biasakan untuk tidak pelit atas ilmu yang dimiliki. Karena, semakin kita membatasi ilmu yang kita ketahui hanya untuk dimiliki oleh kita saja, maka semakin kita akan semakin sedikit ilmu yang kita miliki.

Hah? Kok bisa?
Iya.
Sekarang begini. Karena sebentar lagi akan ada UKK (ulangan kenaikan kelas) misalnya; maka kita pun belajar giat tentang statistik misalnya. Kita merasa sudah amat paham sekali bagaimana tentang statistik tersebut. Dan memutuskan untuk tidak akan mengajarkan siapapun apa yang kita pahami tersebut. Istilahnya: pelit ilmu.

Lalu datanglah teman kita yang belum paham tentang statistik. Si teman bertanya, dan kita tidak memberitahu. Diam saja atau pura-pura tidak tahu agar dia pergi. Lalu, teman ini bertanya pada orang lain. Oleh orang lain dia diajarkan secara kilat saja, karena UKK sebentar lagi akan dilaksanakan. Karena merasa belum paham, si teman ini bertanya lagi pada teman yang lain lagi. Dan kembali dia menerima cara cepat memahami statistik.  Begitu UKK selesai, dan hasilnya dikumpulkan, ternyata nilai teman yang awalnya tidak tahu ini, lebih bagus dari nilai kita. Mengapa demikian? Karena, dia mendapat sumber informasi baru dari beberapa orang dalam satu waktu. Sementara kita, hanya mengetahui 1 cara saja dari 1 sumber yang kita pelajari.

Jika saja kita bersedia mengajarkan si teman yang bertanya ini, lalu mendiskusikannya, pikiran kita akan terbuka bahwa sebenarnya selain cara yang kita ketahui, ada kemungkinan pengerjaan cara lain yang belum kita ketahui. Dan hal ini baru akan terungkap setelah kita membantu orang lain. Karena, mereka yang belum mengetahui itu, sesungguhnya, memiliki 1 sumber informasi, yaitu bagaimana jalan pintas untuk belajar cepat agar menjadi tahu dan paham. Kita mempelajari sesuatu dalam kurun waktu 1 pekan, nah, sekarang kita didorong untuk bisa merangkum apa yang kita pelajari selama 1 pekan ini pada teman kita agar bisa dipahaminya dalam waktu 1 jam. Otomatis, kita akan menemukan ide baru tentang cara cepat, jalan pintas menyelesaikan masalah. Inilah informasi baru yang otomatis menjadi tambahan pengetahuan baru juga bagi kita. Itu sebabnya mereka yang tidak pelit ilmu, dan senang berbagi pengetahuan, umumnya kecerdasannya tetap terjaga dan terus bertambah kecerdasannya.

Catatan parenting a la ade anita: ajarkan anak sejak dini untuk tidak hanya mengerti saja apa yang dia pelajari. Tapi, ajarkan anak untuk bisa mengajarkan pada orang lain apa yang dia pelajari tersebut. Caranya, setelah melakukan proses belajar, lakukan tanya jawab dengan anak tentang pelajaran yang baru saja dipelajari. Setelah tanya jawab selesai, ajarkan anak untuk membuat soal latihan bagi dirinya sendiri secara spontan. Lalu, kerjakan sendiri soal latihan yang dia buat ini. Atau.Ajak anak untuk bisa menjelaskan pada kita, apa yang baru saja dia pelajari. Letakkan diri kita sebagai orang yang belum tahu, jadi jangan ragu untuk bertanya pada anak. Dan ajarkan anak untuk bisa sabar menjelaskannya pada kita.

#30haribercerita @30haribercerita #30hbc1823 Ini cerita tentang anak perempuanku. Dia menemukan bundelan post it! Lalu bergegas menulis pesan di pintu kamarnya. Menawarkan siapapun yang ingin menulis pesan untuknya bisa menuliskannya di kertas kuning berperekat itu dan tempel di pintunya. Semua berjalan jalan. Pesan pertama datang dari kakak iparnya (istri anak sulungku). Pesan bijak dan baik. Tapi, ternyata putriku ini memperlakukan pesan itu seperti status media sosial. Pesan itu dijawabnya (diberi komentar). Sehingga pintu kamarnya pun menjadi seperti dinding facebook dimana ada status lalu ada komen balik. Lalu mulailah muncul ide-ide iseng. Berawal dari ide iseng putra sulungku. . Putra sulungku menulis kalimat buruk. Tapi menulis namaku di bawahnya. Ketika dia menulis itu, aku ada di sebelahnya. Segera setelah dia selesai menulis, aku menulis komentar klarifikasi di bawahnya. Lalu putra sulungku menulus komen balik lagi. Akhirnya...dinding kabar di pintu anakku pun ramai tidak karuan. Bersisian, senggol-senggolan, kami ramai menulis komentar lalu membalas komentar. Tidak ada yang marah meski fisik pesan terbaca negatif jika dibaca sekilas. . Inilah kelebihan interaksi langsung ketimbang interaksi lewat dinding status dan komentar media sosial. Karena yang dibaca bukan hanya fisik pesannya saja tapi diketahui suasana hati penulis dan pemberi komentar. Juga bisa dilihat langsung maksud sebenarnya dari penulis pesan. Apakah serius atau memang bercanda. . "Dik. Itu pesannya nggak dicopot?" Putriku menggeleng. "Nggak ah. Buat kenang-kenangan. Jadi kalo aku bosan, aku bisa baca lagi pesan kalian. " huff. Susah memang punya anak romantis abal-abal. Semua selalu dihargai menyimpan kenangan. Kami menyebutnya : berpotensi menumpuk sampah. #ocehanadeanita #anakperempuanku #ceritakemarinku #myfamily
A post shared by Ade Anita (@adeanita4) on

Terakhir, remaja tangguh itu adalah remaja yang tawakkal. Yaitu remaja yang selalu mau berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya secara maksimal untuk mencapai apa yang dia cita-citakan; tapi kemudian menyandarkan hasilnya pada ketetapan Allah Subhanallahu Wata'ala.

Jadi, dia tahu apa kekurangannya, dan berusaha untuk memperbaikinya. Dia tahu apa kelebihannya dan berusaha untuk memanfaatkannya. Semua digunakan untuk memunculkan kemampuan agar apa yang dia inginkan bisa diraih. Dia berusaha mengerahkan seluruh kemampuannya, baik kemampuan yang berasal dari kekurangannya maupun kemampuan yang berasal dari kelebihannya. Dan setelah seluruh usahanya dilakukan, dia tahu pasti bahwa segala sesuatunya itu hanya akan terwujud jika Tuhannya, Allah SWT, berkehendak. Untuk itulah dia lalu melengkapi segalanya dengan doa. Dan dalam doa ini, dia memohon yang terbaik bagi dirinya. Apapun itu. Jika memang ternyata tidak berhasil mendapatkan apa yang diinginkan meski sudah berusaha keras sekali, dia tidak langsung merasa terpuruk karenanya. Karena sadar, itulah yang terbaik bagi dirinya. Dan jika memang ternyata dia berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya, dia juga tidak lantas terlalu riang gembira melonjak-lonjak merayakannya hingga lupa diri. Karena dia tahu, itu adalah takdir terbaik baginya dimana bisa jadi, merupakan awal dari sebuah perjalanan pengalaman yang baru lagi yang akan dihadapinya.

@30haribercerita #30haribercerita #30hbc1811 #harikesebelas Awalnya, putri bungsuku ini menutup diri ketika pengawas/tutor trampoline mendatanginya. "Yuk dik belajar variasi lain dari melompat. Jika hanya melompat biasa kan gampang. Kita belajar yang lebih advance. Lompat-duduk lompat-duduk." . Kebetulan, hari aku datang bersama anak2, lokasi trampoline sepi. Yang sekolah belum pulang, yang kerja masih kerja. Maklum kami datang hari kerja dan dapat giliran waktu pukul 16.00 wib. Jadi tutor menawarkan bantuan untuk mengajari gratis dan "privat". Tapi putriku malah malu. Dan makin tidak percaya diri karena kakak2nya cepat belajar semua sedang dia tertinggal. Mungkin karena kondisi belakangan ini membuat perhatian orang jadi terfokus pada ketidak-bisaan dia. . "Yuk dik ikuti deh." Kata si tutor. Tapi putriku malah jadi patung. "Nggak mau. Aku akan ngikutin tapi kakak nggak boleh lihat aku. Sana lihat ke arah lain dulu." Tutornya langsung bengong sedetik. Tapi kemudian menahan tawa dan sambil menutup wajahnya dengan telapak tangan si tutor berbalik membelakangi. Mulailah putriku berlatih keras beberapa kali. Setelah terdistraksi dengan keinginan mencoba variasi trampoline lain, 15 menit sebelum waktu bermain usai, putriku berkata bahwa dia sudah menguasai tehnik lompat-duduk-lompat. Hehehe. Entah kapan dia berlatih diam2nya. Yang pasti dia penuh semangat untuk belajar memperbaiki kesalahan dan mau berkembang. Tidak mengapa jika caranya unik. Meski tetap sih dibahas di rumah. "Ngapain sih kamu? Diajari tapi gak kok mau dilihat." #ocehanadeanita
A post shared by Ade Anita (@adeanita4) on


Catatan parenting a la ade anita: ajarkan anak sejak dini, untuk berusaha secara maksimal dalam meraih cita-cita mereka, lalu mengakhirinya dengan berdoa memohon yang terbaik pada Allah SWT. Beritahu kapan waktu doa terbaik dimana kesempatan untuk doa itu dikabulkan lebih besar daripada waktu-waktu memanjatkan doa yang lain. Seperti berdoa ketika turun hujan yang lebat, berdoa setelah suara azan terdengar, berdoa setelah waktu berbuka setelah seharian selesai, atau berdoa ketika selesai shalat tahadjut. Ingatkan anak bahwa seluruh kejadian di dunia ini hanya akan terjadi ketika Allah sudah mengijinkannya untuk terjadi dimana hal ini bisa diusahakan dengan sebuah doa dan usaha yang maksimal.

3. Jangan ragu untuk menjalin kerjasama dan membentuk networking


Bagaimana dunia ini bekerja? Tentu saja karena manusia itu adalah makhluk sosial maka cara dunia bekerja melalui jalinan kerja sama dengan orang lain. Si kaya membantu si miskin, si kuat membantu si lemah. Ada majikan dan buruhnya. Ada boss dan pegawainya. Orang tua dan anaknya. Guru dan murid. Penguasa dan rakyatnya. Pemimpin dan orang yang dipimpinnya. Dan seterusnya.

Tapi bukan hanya hubungan sosial yang terbentuk karena posisi hierarki atau vertikal saja. Tapi ada juga hubungan sosial yang terjadi karena hubungan yang horizontal. Teman dengan teman, saudara dengan saudara, tetangga dengan tetangga. Jadi, tidak ada hubungan yang lebih tinggi atau lebih rendah, semua sama sederajat.

Semua hubungan sosial ini, hanya akan terbentuk ketika sudah terjalin sebuah kerjasama di dalamnya. Dan kita terhubung satu sama lain karenanya. Inilah yang disebut dengan networking.

Kita tidak pernah tahu darimana rezeki kita didatangkan.

Catatan parenting a la ade anita: biasakan anak sejak dini untuk bisa menempatkan diri dimanapun dia berada, dan tahu bagaimana cara berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain. 

Jujur saja. bagiku, justru bagian yang ketiga ini yang sulit untuk diajarkan pada anak-anakku. Mengapa? Karena, ketika kita mengulurkan tangan untuk bergandegan tangan dengan orang lain, maka satu hal yang harus dilakukan di saat yang bersamaan adalah, menekan rasa ego dalam diri kita sendiri. Kesulitannya adalah, jika kita tahu bahwa kita "mampu dan bisa mengerjakan sendiri segala sesuatunya". Nah. Ini nih. Karena, bekerja sama dengan orang lain itu berarti bersedia membagi apa yang bisa kita kerjakan sendiri agar bisa dikerjakan bersama dengan orang lain. Itu artinya, harus tepo selero (duh, maaf, nggak bisa bahasa Jawa; maksudku adalah, tenggang rasa).

Lebih lengkapnya, dalam mengajarkan remaja bagaimana cara mengembangkan jalinan kerjasama dan membentuk jaringan kerja alias networking itu, berarti kita harus mengajarkan remaja apa itu:

1. Tenggang rasa.
2. Toleransi (dan di saat bersamaan harus berusaha tetap berpegang teguh pada ajaran Islam yang diyakini sepenuh hati)
3. Tidak egois
4. Mau menjadi pendengar yang baik
5. Mau membimbing orang lain
6. Bersedia mengakui jika tidak bisa
7. Mau belajar bersama orang lain
8. Bersedia menghargai waktu
9. Tidak boleh sombong atau merasa superior
10. Tidak boleh minder


Disitu.... aku masih harus belajar banyak dalam membimbing remajaku agar bisa menjadi remaja yang smart, gaul, modis.
PR banget ini buatku.
Tapi... Bismillah.

6 komentar

  1. Anak zaman sekarang emang gak tah yang namanya telepon umum ya, haha. Karena emang udah jarang banget di daerah-daerah atau pun kota.

    BalasHapus
  2. Jadi orang tua zaman sekarang harus lebih gaul lagi, supaya anaknya juga gaul ya. Tapi tetap harus menjaga norma dan aturan.

    BalasHapus
  3. Makasih tips parentingnya, mbak. PR juga nih buat aku yang punya anak yang udah remaja

    BalasHapus
  4. Menjadi orang tua pun tetap terus belajar kalo menurutku. Setuju dengan pembentukan karakter dan mengajak anak-anak punya sikap toleransi namun tetap berpegang teguh pada agama. Sharingnya mantap nih mbak, makasiiih.

    BalasHapus
  5. Wuah keren nih mbak sharingnya, makasih ya 😊
    Mudah2an bisa aku praktekin aamiiin

    BalasHapus
  6. Jadi ortu harus belajar terus ya. Makasih tipsnya, Mbak :)

    BalasHapus