Bagi remajanya sendiri, tentu saja di dalam diri mereka ada keinginan untuk bisa mengikuti kemajuan perkembangan dunia di sekitar mereka. Setidaknya, mereka bisa ter-update dalam fashion dan pergaulan. Dan bagi orang tua, tentu saja tetap ingin agar anak remajanya selamat dalam pergaulannnya. Selamat dari godaan seks bebas, selamat dari godaan obat terlarang, dan tentu saja yang utama sekali, karena aku beragama Islam, selamat dari godaan untuk keluar dari agama Islam. Lalu bagaimana caranya?
Seiring dengan semakin tumbuhnya anak-anakku, aku belajar sedikit demi sedikit kiat-kiat membesarkan anak remaja agar bisa memenuhi beberapa harapan. Win-win solution baik untuk kami orang tuanya, dan bagi anak remaja kami sendiri. Dan pengalaman ini aku tulis menjadi tips menjadi remaja smart, gaul, modis.
Tips Menjadi Remaja Smart, Gaul, Modis
1. Bekali diri dengan pengetahuan
Ini harus sih. Bagaimana akan dikatakan smart jika tidak tahu apa-apa. Pengetahuan itu luas sekali, tidak melulu yang diperoleh dari sekolah saja. Pengetahuan bisa didapat dari buku, tontonan yang bermanfaat, obrolan, diskusi, mengikuti sebuah talk show, mendengarkan radio, dan sebagainya.Jaman sekarang, pengetahuan begitu banyak beredar sehingga sering tercampur antara pengetahuan hoax dan pengetahuan yang sebenarnya. Untuk itu, hukumnya menjadi wajib, kudu, harus, untuk mencari tahu lebih dalam dari berbagai macam variasi sumber informasi. Jangan menelan sebuah informasi bulat-bulat tanpa dipikirkan terlebih dahulu.
Itu sebabnya, pada anak-anakku, aku dan suami sering mengecek ulang informasi yang kami dapatkan, lalu kami diskusikan secara terbuka. Memang sih, kadang ada yang tidak langsung menerima atau mengakui jika ternyata dirinya salah menerima informasi. Tapi setelah terbukti bahwa memang salah, dengan cepat harus ikhlas dan sportif mengakui bahwa memang salah dan harus segera mau menerima kebenaran.
Catatan parenting a la ade anita: ajarkan anak sejak dini untuk mudah mengembangkan sifat sportifitas. Yaitu cepat mengakui bahwa dia salah dan menerima kebenaran dari orang lain. Ajarkan anak untuk tidak malu mengakui bahwa dia salah dan harus mengalah pada orang yang lebih benar. Karena hidup bukan selalu menang atau kalah, tapi kebenaran tidak boleh diubah menjadi kesalahan hanya karena kita ingin menang.
Ada satu doa yang selalu aku panjatkan bagi diriku, suami dan anak-anakku:
"Ya Allah, mudahkan kami untuk menerima, memahami, dan menegakkan kebenaran yang sesungguhnya datang dariMu. Karena sesungguhnya hanya Engkau yang Maha Benar dan Maha Mengetahui. Jangan Engkau sesatkan kami dan buanglah segala kesombongan dalam diri kami."
2. Bentuk diri agar menjadi remaja yang tangguh
Remaja tangguh itu seperti apa?
Remaja tangguh itu, adalah remaja yang punya pendirian. Jadi, dia tidak semata hanya mengikuti arus saja. Tidak sekedar ikut-ikutan saja.Ketika sedang trend sesuatu dan teman-temannya ikut-ikutan trend, remaja tangguh tidak serta merta mengikuti trend ini. Tapi dia akan berpikir, apakah trend ini sesuai dengan kebutuhannya, apakah trend ini memberi manfaat baginya, dan apakah trend ini tidak akan merugikan dirinya?
Catatan parenting a la ade anita: sejak dini, ajarkan anak untuk memiliki sesuatu bukan karena keinginan, tapi karena kebutuhan. Ajarkan anak untuk bisa memprioritaskan keinginannya. Mana yang lebih butuh saat ini dengan kondisi keuangan yang ada sekarang? Apakah barang A atau barang B? Mengapa memilih barang A dan bukan barang B? Apakah ada alternatif lain selain dua jenis barang A dan B ini? Dan setelah anak memilih, ajarkan anak untuk tidak menyesali pilihannya ini, karena itulah konsekuensi dari sebuah pilihan yang sudah dijatuhkan.
Sebagai orang tua, kita juga harus "tega" ketika melihat anak kecil kita salah memilih. Beritahu dia bahwa seharusnya dia memikirkannya dahulu, karena ketika sudah terlanjur dipilih akan sulit untuk diulang lagi. Pelajaran pahit salah memilih ini akan mengajarkan anak, untuk berhati-hati lain kali.
Remaja tangguh itu, juga adalah remaja yang tidak gampang putus asa. Dia boleh mengalami kegagalan beberapa kali, tapi bisa segera bangkit dan mau berusaha lagi.
Namanya juga belum punya pengalaman, maka kegagalan sekali dua kali itu biasa. Kegagalan berarti diberi kesempatan untuk berusaha lebih baik lagi. Jika sudah gagal lebih dari 3 kali, mungkin sudah tiba saatnya untuk berhenti sejenak dan berpikir ulang. Kenapa? Apa yang harus diperbaiki? Atau mungkin tiba saatnya untuk mengerjakan sesuatu yang lain sebagai variasi untuk menambah kemampuan di bidang lain. Karena bisa jadi, kita gagal di satu bidang, tapi berhasil di bidang yang lain.
Catatan parenting a la ade anita: sejak dini, bentuk karakter anak agar memiliki karakter untuk segera move on dari sesuatu yang membuatnya kesulitan untuk bisa terus berkembang. Tidak perlu ngotot di satu tempat saja; cobalah tempat lain, cobalah cara lain, karena sesuatu yang ingin kita peroleh bisa jadi bisa kita peroleh dari banyak sumber. Tidak hanya dari satu sumber saja. Untuk itu harus rajin mencoba dan tidak boleh gampang menyerah.
Remaja tangguh itu adalah remaja yang tidak sombong dan mau membantu orang lain. Dia bisa jadi cerdas dan hebat, tapi jika kecerdasannya tidak memberi manfaat untuk kebaikan orang lain, maka tidak ada gunanya.
Jadi, biasakan untuk tidak pelit atas ilmu yang dimiliki. Karena, semakin kita membatasi ilmu yang kita ketahui hanya untuk dimiliki oleh kita saja, maka semakin kita akan semakin sedikit ilmu yang kita miliki.
Hah? Kok bisa?
Iya.
Sekarang begini. Karena sebentar lagi akan ada UKK (ulangan kenaikan kelas) misalnya; maka kita pun belajar giat tentang statistik misalnya. Kita merasa sudah amat paham sekali bagaimana tentang statistik tersebut. Dan memutuskan untuk tidak akan mengajarkan siapapun apa yang kita pahami tersebut. Istilahnya: pelit ilmu.
Lalu datanglah teman kita yang belum paham tentang statistik. Si teman bertanya, dan kita tidak memberitahu. Diam saja atau pura-pura tidak tahu agar dia pergi. Lalu, teman ini bertanya pada orang lain. Oleh orang lain dia diajarkan secara kilat saja, karena UKK sebentar lagi akan dilaksanakan. Karena merasa belum paham, si teman ini bertanya lagi pada teman yang lain lagi. Dan kembali dia menerima cara cepat memahami statistik. Begitu UKK selesai, dan hasilnya dikumpulkan, ternyata nilai teman yang awalnya tidak tahu ini, lebih bagus dari nilai kita. Mengapa demikian? Karena, dia mendapat sumber informasi baru dari beberapa orang dalam satu waktu. Sementara kita, hanya mengetahui 1 cara saja dari 1 sumber yang kita pelajari.
Jika saja kita bersedia mengajarkan si teman yang bertanya ini, lalu mendiskusikannya, pikiran kita akan terbuka bahwa sebenarnya selain cara yang kita ketahui, ada kemungkinan pengerjaan cara lain yang belum kita ketahui. Dan hal ini baru akan terungkap setelah kita membantu orang lain. Karena, mereka yang belum mengetahui itu, sesungguhnya, memiliki 1 sumber informasi, yaitu bagaimana jalan pintas untuk belajar cepat agar menjadi tahu dan paham. Kita mempelajari sesuatu dalam kurun waktu 1 pekan, nah, sekarang kita didorong untuk bisa merangkum apa yang kita pelajari selama 1 pekan ini pada teman kita agar bisa dipahaminya dalam waktu 1 jam. Otomatis, kita akan menemukan ide baru tentang cara cepat, jalan pintas menyelesaikan masalah. Inilah informasi baru yang otomatis menjadi tambahan pengetahuan baru juga bagi kita. Itu sebabnya mereka yang tidak pelit ilmu, dan senang berbagi pengetahuan, umumnya kecerdasannya tetap terjaga dan terus bertambah kecerdasannya.
Catatan parenting a la ade anita: ajarkan anak sejak dini untuk tidak hanya mengerti saja apa yang dia pelajari. Tapi, ajarkan anak untuk bisa mengajarkan pada orang lain apa yang dia pelajari tersebut. Caranya, setelah melakukan proses belajar, lakukan tanya jawab dengan anak tentang pelajaran yang baru saja dipelajari. Setelah tanya jawab selesai, ajarkan anak untuk membuat soal latihan bagi dirinya sendiri secara spontan. Lalu, kerjakan sendiri soal latihan yang dia buat ini. Atau.Ajak anak untuk bisa menjelaskan pada kita, apa yang baru saja dia pelajari. Letakkan diri kita sebagai orang yang belum tahu, jadi jangan ragu untuk bertanya pada anak. Dan ajarkan anak untuk bisa sabar menjelaskannya pada kita.
Terakhir, remaja tangguh itu adalah remaja yang tawakkal. Yaitu remaja yang selalu mau berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya secara maksimal untuk mencapai apa yang dia cita-citakan; tapi kemudian menyandarkan hasilnya pada ketetapan Allah Subhanallahu Wata'ala.
Jadi, dia tahu apa kekurangannya, dan berusaha untuk memperbaikinya. Dia tahu apa kelebihannya dan berusaha untuk memanfaatkannya. Semua digunakan untuk memunculkan kemampuan agar apa yang dia inginkan bisa diraih. Dia berusaha mengerahkan seluruh kemampuannya, baik kemampuan yang berasal dari kekurangannya maupun kemampuan yang berasal dari kelebihannya. Dan setelah seluruh usahanya dilakukan, dia tahu pasti bahwa segala sesuatunya itu hanya akan terwujud jika Tuhannya, Allah SWT, berkehendak. Untuk itulah dia lalu melengkapi segalanya dengan doa. Dan dalam doa ini, dia memohon yang terbaik bagi dirinya. Apapun itu. Jika memang ternyata tidak berhasil mendapatkan apa yang diinginkan meski sudah berusaha keras sekali, dia tidak langsung merasa terpuruk karenanya. Karena sadar, itulah yang terbaik bagi dirinya. Dan jika memang ternyata dia berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya, dia juga tidak lantas terlalu riang gembira melonjak-lonjak merayakannya hingga lupa diri. Karena dia tahu, itu adalah takdir terbaik baginya dimana bisa jadi, merupakan awal dari sebuah perjalanan pengalaman yang baru lagi yang akan dihadapinya.
Catatan parenting a la ade anita: ajarkan anak sejak dini, untuk berusaha secara maksimal dalam meraih cita-cita mereka, lalu mengakhirinya dengan berdoa memohon yang terbaik pada Allah SWT. Beritahu kapan waktu doa terbaik dimana kesempatan untuk doa itu dikabulkan lebih besar daripada waktu-waktu memanjatkan doa yang lain. Seperti berdoa ketika turun hujan yang lebat, berdoa setelah suara azan terdengar, berdoa setelah waktu berbuka setelah seharian selesai, atau berdoa ketika selesai shalat tahadjut. Ingatkan anak bahwa seluruh kejadian di dunia ini hanya akan terjadi ketika Allah sudah mengijinkannya untuk terjadi dimana hal ini bisa diusahakan dengan sebuah doa dan usaha yang maksimal.
3. Jangan ragu untuk menjalin kerjasama dan membentuk networking
Bagaimana dunia ini bekerja? Tentu saja karena manusia itu adalah makhluk sosial maka cara dunia bekerja melalui jalinan kerja sama dengan orang lain. Si kaya membantu si miskin, si kuat membantu si lemah. Ada majikan dan buruhnya. Ada boss dan pegawainya. Orang tua dan anaknya. Guru dan murid. Penguasa dan rakyatnya. Pemimpin dan orang yang dipimpinnya. Dan seterusnya.
Tapi bukan hanya hubungan sosial yang terbentuk karena posisi hierarki atau vertikal saja. Tapi ada juga hubungan sosial yang terjadi karena hubungan yang horizontal. Teman dengan teman, saudara dengan saudara, tetangga dengan tetangga. Jadi, tidak ada hubungan yang lebih tinggi atau lebih rendah, semua sama sederajat.
Semua hubungan sosial ini, hanya akan terbentuk ketika sudah terjalin sebuah kerjasama di dalamnya. Dan kita terhubung satu sama lain karenanya. Inilah yang disebut dengan networking.
Kita tidak pernah tahu darimana rezeki kita didatangkan.
Catatan parenting a la ade anita: biasakan anak sejak dini untuk bisa menempatkan diri dimanapun dia berada, dan tahu bagaimana cara berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain.
Jujur saja. bagiku, justru bagian yang ketiga ini yang sulit untuk diajarkan pada anak-anakku. Mengapa? Karena, ketika kita mengulurkan tangan untuk bergandegan tangan dengan orang lain, maka satu hal yang harus dilakukan di saat yang bersamaan adalah, menekan rasa ego dalam diri kita sendiri. Kesulitannya adalah, jika kita tahu bahwa kita "mampu dan bisa mengerjakan sendiri segala sesuatunya". Nah. Ini nih. Karena, bekerja sama dengan orang lain itu berarti bersedia membagi apa yang bisa kita kerjakan sendiri agar bisa dikerjakan bersama dengan orang lain. Itu artinya, harus tepo selero (duh, maaf, nggak bisa bahasa Jawa; maksudku adalah, tenggang rasa).
Lebih lengkapnya, dalam mengajarkan remaja bagaimana cara mengembangkan jalinan kerjasama dan membentuk jaringan kerja alias networking itu, berarti kita harus mengajarkan remaja apa itu:
1. Tenggang rasa.
2. Toleransi (dan di saat bersamaan harus berusaha tetap berpegang teguh pada ajaran Islam yang diyakini sepenuh hati)
3. Tidak egois
4. Mau menjadi pendengar yang baik
5. Mau membimbing orang lain
6. Bersedia mengakui jika tidak bisa
7. Mau belajar bersama orang lain
8. Bersedia menghargai waktu
9. Tidak boleh sombong atau merasa superior
10. Tidak boleh minder
Disitu.... aku masih harus belajar banyak dalam membimbing remajaku agar bisa menjadi remaja yang smart, gaul, modis.
PR banget ini buatku.
Tapi... Bismillah.
Anak zaman sekarang emang gak tah yang namanya telepon umum ya, haha. Karena emang udah jarang banget di daerah-daerah atau pun kota.
BalasHapusJadi orang tua zaman sekarang harus lebih gaul lagi, supaya anaknya juga gaul ya. Tapi tetap harus menjaga norma dan aturan.
BalasHapusMakasih tips parentingnya, mbak. PR juga nih buat aku yang punya anak yang udah remaja
BalasHapusMenjadi orang tua pun tetap terus belajar kalo menurutku. Setuju dengan pembentukan karakter dan mengajak anak-anak punya sikap toleransi namun tetap berpegang teguh pada agama. Sharingnya mantap nih mbak, makasiiih.
BalasHapusWuah keren nih mbak sharingnya, makasih ya 😊
BalasHapusMudah2an bisa aku praktekin aamiiin
Jadi ortu harus belajar terus ya. Makasih tipsnya, Mbak :)
BalasHapus