Yup. Anakku sudah ada yang kuliah, juga sudah ada yang bekerja (dan menikah muda). Jadi, drama awal tahun ajaran baru sudah tidak lagi aku alami insya Allah. Dimana harus berdesak-desakan di pasar untuk mencari seragam baru, berdiri lama untuk antri agar bisa bordir nama di seragam dan pasang badge, atau mengajukan permintaan untuk membeli baju batik sekolah.
Hmm. Itu yang aku pikirkan. Bahwa aku bakalan terbebas dari drama membeli seragam sekolah setelah anakku kuliah. Kenyatannya, ternyata drama membeli seragam sekolah digantikan oleh membeli pakaian untuk kuliah. hahahaha.
Ternyata, bagi remaja yang duduk di bangku universitas atau sekolah tinggi alias di bangku kuliah, masalah pakaian itu ada catatannya tersendiri. Mereka tetap ingin membeli pakaian yang menurut mereka pantas dipakai untuk pergi kuliah.
Tidak hanya sekedar celana jeans dan kaus T Shirt saja. Apalagi kebetulan anakku kuliah di Fakultas Kedokteran UI, dimana ada aturan main tersendiri untuk urusan tata cara berbusana di lingkungan fakultasnya.
Aturan tata cara berbusana bagi anak kuliah versi kampus anakku:
1. Tidak boleh mengenakan celana berbahan dasar jeans.
2. Tidak boleh mengenakan pewarna kuku.
3. Tidak boleh mengenakan atasan berbahan dasar kaus.
4. Tidak boleh mengenakan perhiasan di tangan.
5. Boleh mengenakan jacket dari bahan kaus tapi jacket itu adalah pelengkap, bukan pakaian utama.
6. Setiap hari kamis, seluruh mahasiswa diwajibkan mengenakan batik.
Lalu, drama pun dimulai. Karena, ketika anakku masih duduk di bangku SMA, anakku selalu membayangkan enaknya kuliah yang bebas dari seragam sekolah. Bisa mengenakan celana panjang jeans dan kaus saja ketika mengikuti pelajaran di kampusnya. Eh... ternyata sekarang malah dilarang.
"Temani aku cari pakaian, bu."
"Mending kita gugling dulu deh di online shop. Apa kek, Hijup misalnya. Capek deh kalau harus antar kamu muter-muter mall. Ingat nggak dulu, kita turun naik Mall Ambasador seharian, sampai adikmu kecapekan tapi kamu belum juga bisa nemuin apa yang kamu inginkan. Kaki ibu sudah tidak begitu kuat buat nemani kamu tawaf keliling Mall lagi seperti dulu." (lalu dia cuma nyengir).
Iya. Entah seberapa besar energi yang dimiliki oleh remaja putriku yang satu ini.
Jadi nih, ceritanya ketika baru masuk kuliah, dalam rangka membeli pakaian yang sesuai dengan aturan cara berpakaian di kampusnya, anakku mengajak aku dan adiknya untuk lihat-lihat pakaian di mall di kawasan Jakarta Selatan. Pokoknya, jika ada yang cocok aku berjanji akan membelikannya selama harganya masih terjangkau oleh dompetku.
Kami berangkat tidak lama setelah waktu Mall buka, yaitu jam sebelas pagi. Aku tidak pernah terpikirkan bahwa anakku itu amat sangat pemilih orangnya. Dia datangi satu demi satu gerai yang ada di dalam mall tersebut. Di lihat satu demi satu, dicoba di tubuhnya sambil bercermin, lalu diletakkan kembali ke gantungannya. Lalu masuk ke gerai yang lain. Begitu terus. Hingga waktu menunjukkan pukul dua siang. WHAT? Lupa makan siang dan nyaris terlewat waktu shalat dhuhur.
Akhirnya acara berbelanja dilanjutkan setelah makan siang dan shalat dhuhur. Dan hingga pukul empat sore, belum satu potong pun pakaian yang dia rasakan cocok dan ingin dibelinya. Aku lihat, adiknya mulai terlihat kelelahan. Jongkok di depan toko dengan wajah lesu. Kakiku juga mulai terasa cenat-cenut. Akhirnya, aku paksa dia untuk menjatuhkan pilihan apa yang hendak dibelinya sebelum pukul 5 sore. Tapi ternyata anakku malah kebingungan mau memiih yang mana. Dia mulai mengumpulkan ingatannya dan akhirnya mengajukan beberapa kandidat dari beberapa toko. Jadi, kami datangi lagi toko-toko tersebut dan mulai memilih. Harus memilih. Syukurlah menjelang maghrib ayahnya datang, dan ini memacu anakku untuk segera menjatuhkan pilihannya. Sampai di rumah, kami semua teler. Kelelahan semua.
Duh, ampun deh kalau berbelanja dengan remaja putri itu.
jacket yang hanya menjadi pelengkap untuk kemeja berbahan non kaus, dan celana bahan |
Sudah lelah di jalan, lelah di mall, waktu pun habis terbuang seharian, dan kadang shalatnya di akhir waktu juga. Belum lapar dan pegal cenat-cenut yang hadir. Aku sudah tidak kuat melakukan semua hal ini. Tapi, putriku juga keberatan jika harus berbelanja seorang diri. Pokoknya, ibunya harus ikut agar bisa dia ajak bertukar pikiran dan bantu memilih.
Yang menarik adalah, setelah instagram, maka toko online shop yang cocok untuk memenuhi selera anak kuliah adalah Hijup.com.
Anakku bilang, semua model pakaian di Hijup.com itu modelnya minimalis, keren, trendy, modis kekinian, serta memang diperuntukkan untuk anak muda. Cocok untuk style anak kuliah.
atasan yang bukan berbahan dasar kaus tapi tetap nyaman dipakai dan tidak terkesan formal, cocok untuk kuliah (credit photo: hijup.com di category kemeja) |
atasan yang nyaman dipakai (credit photoL hijup.com di category kemeja) |
outer yang tidak berbahan dasar jeans (credit photo: hijup.com di category overall) |
outer yang tidak berbahan dasar jeans (credit photo: hijup.com di category overall) |
atasan trendy tapi tetap syar'i untuk dipakai ke kampus (credit photo: hijup.com di category tunik) |
atasan tunik yang nyaman dipakai untuk mengikuti perkuliahan di ruang ber-ac (credit photo: hijup.com di category tunik) |
motif batik nih bisa buat hari kamis yang diwajibkan memakai motif batik (credit photo: hijup.com di category vest |
Jadi, jika ditanya Style Anak Kuliah versi anakku itu seperti apa? Jawabannya:
1. Pakaian yang terlihat tidak formal tapi juga tidak terlihat santai.2. Meski terlihat santai tapi tidak terlihat lusuh dan tetap terlihat pantas jika dipakai untuk menghadap dosen dan menghadiri rapat di kampusnya.
3. Meski tidak berbahan dasar kaus, tapi dia tetap nyaman dipakai, tidak panas, dan menyerap keringat serta mudah bergerak
4. Tetap modis meski syar'i.
5. Nyaman dan menimbulkan rasa percaya diri.
Yang terakhir ini catatan banget.
Yah, jadi yang di TV itu hanya semu. Anak kuliah tetep ya ada aturan bajunya. Baju dari Hijup oke2 ya. Modelnya kekinian dan anak muda banget
BalasHapusDramanya sekarang ganti anak kuliah, hehehe. Di beberapa negara kayanya malah masih pakai seragam walau di hari tertentu. Naksir juga dengan baju2 dari Hijup deh
BalasHapusYa ampuun.. lelahnya berjam-jam keliling mall, tapi nggak nemuin baju yang pas ��.. anakku besok gimana ya? Hahaha.
BalasHapusUntung ada hijup ya mbak. Modelnya keren-keren. Aku meluncur ke sana deh. Lumayan nih, intip-intip baju buat si Kakak ☺️
Beda universitas beja kebijakan ya mbak Ade. Aku dulu kuliahnya selalu pake celana panjang jeans dan kaos tapi yang berkerah. Nah anak sulungku yg mau kuliah ini ternyata nggak boleh pake jeans, sudah muter2 mall cari celana panjang kain tapi nggak ada yg pas, kebesaran semua krn badan anakku emang kecil. Jadi ntar mau beli kain aja deh trus dijahitkan ke penjahit.
BalasHapusBeda dengan anak cowok, yang penting pakai tshirt gak apa asal bukan oblong. Eh tapi aku jadi gagal fokus dengan model tunik di Hijup. Beberapa kali aku beli juga waktu mereka buka stand di Semarang
BalasHapusdari jam 9 pagi sampe jam 5 sore? wahhh lamanya Mba, ternyata ada yang lebih lama dari saya saat pilih-pilih pakaian. Syukurlah sekarang udah banyak online shop yaa jadi waktu gak lagi banyak terbuang hanya untuk pilih-pilih baju :)
BalasHapusTernyata ada aturan tersendiri toh untuk outfit kuliah. Gak kayak yang ada di sinetron gitu ya.
BalasHapusHijup, dalam model-model pakaian yang di atas cocok jugabuat mamak-mamak kekinian, bukan cuma buat mahasiswi. Saya tadi membayangkan diri saya yang memakainya, kayaknya cocok, deh, Mbak Ade. Cocok nih buat gaul :)
BalasHapus