Kenapa Menulis Blog?

[Keluarga] Ketika masih kecil dahulu, aku sepertinya termasuk anak perempuan yang gemar menulis diary. Mulai dari diary yang bentuknya manis banget dan wangi juga; lengkap dengan gambar-gambar cantik yang ada di pojokan tiap-tiap halamannya. Sampai akhirnya, karena uang saku yang semakin terasa terbatas akhirnya harus puas dengan membeli buku tulis tebal banget dengan sampul hard cover kotak-kotak. Pokoknya yang penting bisa difungsikan sebagai buku diary.

Yap. Sejak kecil aku memang bukan anak perempuan yang banyak celotehnya. Aku tumbuh dengan karakter pendiam dan lebih sering memposisikan diri sebagai pengamat saja. Melihat orang lain melakukan sesuatu, lalu diam-diam dalam hati membahasnya dengan diri sendiri. Atau mengambil posisi sebagai seorang pendengar, bukan pembicara.

Mungkin itu sebabnya sejak SMP, banyak teman yang sering datang padaku untuk curhat. Curhatnya tuh benar-benar curhat dalam arti mereka cuma butuh tempat untuk mengeluarkan uneg-uneg mereka tanpa harus bersaing urun suara. Karena mereka tahu, aku akan mendengar. Dan setelah itu, ya sudah. Aku pun ditinggalkan. Hahaha. Karena mereka tahu, aku tidak akan mengumbar cerita mereka pada orang lain lagi. Tidak minta pendapat juga, karena pendapatku sering terdengar ekstreem.

Contohnya, ibuku. Dia bisa datang padaku untuk bercerita tentang teman-temannya yang begini, begitu. Dan tentang rencana ibu untuk begini dan begitu. Lalu aku ditinggal. Besoknya, ibu bercerita lagi bahwa dia akhirnya berhasil membeli alat-alat make up seperti yang dimiliki oleh teman-temannya.

Lalu, akhirnya waktu dandan tiba. Yaitu ketika ada sebuah acara resmi yang mengharuskan ibuku untuk dandan. Maka ibu serta merta menggunakan alat make up barunya. Lalu, setelah selesai dandan dengan susah payah. dia akan datang padaku untuk meminta pendapatku.

"De... bagus nggak?" Aku langsung mengamati dengan seksama, serius banget, lalu memberi pendapat jujur.
"Lumayan, cuma rada kayak bencong." Ibuku langsung cemberut.
"Ibu nyesel bertanya sama kamu." Lalu ngeloyor pergi.

Tapi meski kesal dan sering marah jika mendengar pendapatku yang "apa adanya dan tidak direkayasa alias jujur banget" ibu tetap akan datang padaku untuk meminta pendapatku kembali.

"Kalo sekarang, masih kayak bencong nggak? Sudah ibu tipisin nih."
"Sudah mendingan. Nggak terlalu bencong-bencong amat. Ya, bencong yang baru pulang ngamen deh." Ibuku langsung banting pintu dengan wajah super kesal.

Tapi lalu datang lagi. Tidak kapok.
"Kalau sekarang?"
"Bagus. Cantikan yang ini. Pas."

Sepertinya, meski semua kalimat yang keluar dari mulutku terdengar sadis, tapi karena orang tahu aku bicara jujur jadi orang tidak kapok untuk bercerita padaku. Alhamdulillah. Hanya saja, semakin dewasa, semakin dinasehati orang agar belajar untuk berhenti memberi komentar sadis.

Diam lebih baik.
Diam itu emas.
Diam itu aman.
Tapi, aku sering tidak tahan jika harus diam saja. Akhirnya, aku pun menuliskan uneg-uneg dan pendapatku di dalam buku diary.
Lama-lama, aku merasa nyaman dengan buku diary. Jika tidak berbicara dengan buku diary, rasanya ada yang kurang.

From Diary to Blog


Waktu kenal dengan suamiku ini, juga menjadi dekat karena buku diary. Lalu setelah menikah, aku mendapati bahwa berbicara dengan suamiku ternyata lebih nyaman daripada berbicara dengan buku diary. Suamiku mirip denganku. Dia suka mendengar (dahulu). Akhirnya, dari yang awalnya lebih banyak diam, aku mulai semakin banyak bicara.

Tapi, suami kan  punya kegiatan lain ya selain harus mendengar istrinya bicara terus. Dia harus belajar, bekerja, dan melakukan kegiatan lain. Akibatnya, aku mulai merasa kehilangan teman untuk berbicara. Saat itulah aku mulai kenal dengan yang namanya mailing list di sebuah komunitas yang disatukan lewat internet (tahun 2000). Aku senang membaca email-email anggota komunitas yang dikirimkan ke mailing list itu. Beberapa, aku balas dengan mengutarakan pendapatku. Lama-lama, aku ditarik oleh beberapa anggota komnunitas mailing list itu untuk bergabung dengan komunitas mailing list baru. Dan mereka mendudukkan aku sebagai orang yang bisa dimintai pendapat.

Hingga akhirnya salah seorang anggota komunitas memberitahu untuk bertemu di ruang chat yahoo messenger. Dan akhirnya, semua anggota komunitas kecil itu memasukkan kami semua ke dalam Yahoo Messenger (YM). Lalu, salah satu anggota mengajak aku agar jadi anggota komunitas My Quran, yaitu sebuah website baru: www.myquran.com. Dan aku langsung ditempatkan sebagai salah satu admin di website itu, khusus untuk memberi tanggapan atas tanya jawab yang ada di salah satu kegiatan My Quran dot com itu.

Dari My Quran dot com, seorang teman yang sudah dekat dan sering ngobrol denganku mengajakku untuk bergabung dengan website yang baru dia dirikan. Aku dijadikan admin disana, yaitu www.portalkita.com Semua karena aku suka menulis.

Tahun 2002, seorang sahabat yang lain, mengajakku untuk menjadi admin di website yang baru dia dirikan dan diperuntukkan khusus untuk perempuan muslim, namanya www.kafemuslimah.com.

Awalnya, karena aku mengasuh alias menjadi admin di dua website sekaligus dalam satu waktu, aku ingin keduanya tampil berbeda. Maka, aku pun mulai memasukkan beberapa ide rubrik di kafemuslimah dot com dan menjadi admin sekaligus content writer tetap di nyaris semua rubriknya.

Rubrik yang aku pegang di kafemuslimah.com itu adalah rubrik uneg-uneg, rubrik muslimah dan media. Kedua rubrik ini hanya aku yang mengisinya, tidak ada orang lain. Sedangkan rubrik lain yang ada di kafemuslimah.com, kami menerima tulisan dari pembaca setia kafemuslimah.com. Paling aku hanya mengeditnya saja jika ada typo-typo atau kata kurang berkenannya.

Sayangnya, aku mulai kelelahan setelah selama 10 tahun mengasuh rubrik di website kafemuslimah dot com itu. Lebih tepatnya, lelah. Membaca uneg-uneg orang lain, lalu menganalisanya agar bisa mencarikan solusi terbaik bagi pemberi uneg-uneg itu susah loh. Berat di jiwa kita. Aku mulai merasa stress sendiri karena resah mendengar kemalangan orang lain, tap keterbatas kemampuan untuk bisa membantunya. Aku sedih mendengar kesulitan orang lain, dan makin sedih karena tahu tidak bisa membantu banyak. Aku marah mendengar kecerobohan orang lain yang terjadi, tapi tidak bisa melakukan sesuatu kecuali hanya menuliskan kalimat teguran dan harapan agar mereka mau berhenti. 10 tahun menjadi konselor itu berat ternyata.

Jadi, tahun 2012 aku pun mengajukan permintaan untuk berhenti dari pekerjaanku sebagai admin dan konselor gratis di website kafemuslimah dot kom. Lelah jiwa raga.

Lalu setahun tidak menulis apa-apa.
Tidak melakukan pekerjaan yang terhubung dengan kegiatan menulis.
HAPPY.
BAHAGIA.
Aku merasa tiba-tiba merasa bebas bisa menulis apa saja, suka-suka aku.
Jadi, mulailah mencoba untuk menulis cerita fiksi. Ikut lomba menulis cerpen. Belajar menulis puisi. Belajar menulis cerpen.

Pada dasarnya, aku memang gemar menulis jadi meski sudah pensiun dari pekerjaan sebagai admin dan content writer pun, tetap saja aku tidak bisa berhenti menulis. Jadi, aku menulis diary lagi, tapi kali ini diary-nya dimodifikasi dengan menuliskannya di internet. Namanya blog. Tapi, karena ini diary, jadi aku privat. Hanya aku yang bisa membacanya.

Akhirnya, tahun 2013, tiba-tiba saja aku diajak oleh temanku untuk bergabung dengan komunitas Emak Blogger, karena komunitas itu sedang mengadakan audisi untuk menjadi Srikandi Blogger.

Wah. Aku langsung daftar dong. Terus membaca syaratnya, yaitu harus punya blog yang berusia lebih dari 3 bulan.

JRENG
JRENG
Aku ingat aku punya blog yang berusia sudah 1 tahun bahkan. Blog ini nih. Hahaha. Tapi, isinya semua rahasia. Makanya aku setting privat, only me saja yang bisa membacanya.

Hmm. Gimana caranya ya pingin ikut audisi tapi pingin tetap punya diary online rahasia juga?
Akhirnya, aku pun mulai mengedit beberapa tulisanku agar bisa dibaca oleh siapapun. Dengan demikian, aku pun lolos tahap awal audisi Srikandi Blogger di tahun 2013 itu.

Sayangnya, aku kalah di babak penyisihan.
Tapi, aku jadi belajar banyak karenanya. Yaitu belajar, bagaimana cara blogging yang benar. Maklum, blogku awalnya adalah diary yang kemudian aku sulap menjadi blog.

Jadi, Kenapa Menulis Blog?

Karena niatnya agar bisa ikut audisi Srikandi Blogger yang diadakan oleh komunitas Emak Blogger. Dimana aku terpaksa menyulap diary online yang semula rahasia, menjadi sebuah blog yang bisa dibaca oleh siapa saja.
hehehe.
Kalau kamu, kenapa menulis blog?


1 komentar

  1. Hihi... sama, waktu kecil saya juga suka nulis diary. Sejak SD tiap tahun pasti punya diary baru.

    BalasHapus