[Parenting]
Buku dan buku. Di rumahku, sebenarnya ada lantai perpustakaan mini yang menyimpan koleksi buku keluargaku. 1 ruangan khusus, diperuntukkan untuk menyimpan semua buku. Isi ruangan ini sebagaimana perpustakaan, dindingnya hanya berisi buku dan buku. Tidak ada pajangna lain. Bahkan masih di tambah di tengah ruangan ada lemari buku karena memang semua koleksi lemari tidka mampu menampung semua koleksi bukuku. Sepertinya, kami adalah keluarga yang gemar membaca. Hanya saja, akhir-akhir ini kegemaran membaca buku cetak harus bersaing dengan gadget, bacaan digital serta tontonan. Acara televisi makin banyak ragamnya.
Meski begitu, sampai dengan awal tahun ini, aku masih terhinggap penyakit "sang penimbun buku". Karena aku masih sering membeli buku, tapi lalu menimbunnya di rumah mencari celah waktu senggang untuk bisa membacanya.
Jika ditanya sejak kapan aku suka membaca buku, maka mungkin bisa aku jawab sejak aku kecil. Yaitu karena kondisiku yang penyakitan, sehingga aku lebih banyak di dalam rumah tidak kemana-mana. Lebih spesifik lagi, orang tuaku menaruh aku di kamar orang tuaku agar mudah dipantau jika penyakitnya kambuh. Di kamar orang tuaku waktu itu ada lemari buku. Ayahku memang seorang dosen kala itu (hingga beliau meninggal dunia bahkan, dia tetap tercatat sebagai dosen). Ayah adalah mantan anggota militer yang di jaman kabinet pembangunan Soeharto, diangkat jadi salah satu penatar P4 (kepanjangan dari Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila). Dulu, Presiden Soeharto menganggap perlu untuk terus-menerus mensosialisasikan Pancasila sebagai dasar negara pada seluruh rakyat Indonesia. Jadi, bukan hanya di sekolah-sekolah saja diajarkan, tapi juga di kantor-kantor. Nah, ayahku menjadi pengajar P4 ini bagi seluruh karyawan baru yang akan masuk ke sebuah perusahaan. Di hari biasa, selain sebagai karyawan di PT Pelita Air Service (waktu itu masih menjadi anak perusahaan PERTAMINA), ayah diperbantukan untuk menjadi dosen Pancasila dan Kewiraan di Universitas Muhammadiya Jakarta UHAMKA.
Terkait dengan pekerjaan ayahku, maka koleksi buku-buku ayah banyak sekali. Dan aku pun terjebak di dalam kamar orang tuaku yang punya banyak sekali buku.
Eh. Tapi tidak semua berbentuk buku sih. Banyak juga yang berupa dokumen militer dengan tulisan RAHASIA berwarna merah dan bertinta tebal.
Umumnya, dokumen-dokumen bertuliskan RAHASIA ini adalah dokumen yang terkait dengan PKI dan pemberontakan G30SPKI. Ayah memang termasuk salah satu tentara yang ikut menumpas pelaku pemberontakan G30SPKI di Jakarta. Atas jasanya ini, Pemerintah Orde Baru menghadiahi ayah sebuah rumah sederhana di kawasan Lubang Buaya, Jakarta.
Buku pertama yang aku suka dari koleksi buku ayahku adalah novel yang ditulis oleh Ketut Tantri a.ka Surabaya Sue yang berjudul Revolusi di Nusa Damai. Novel tebal banget ini aku baca ketika usiaku baru 8 tahun. Dan selanjutnya, nyaris semua buku ayah sudah aku baca termasuk semua dokumen bertuliskan RAHASIA tadi. Sayangnya, ketika aku menikah dan pindah ke rumah sendiri, koleksi buku dan dokumen ayahku ini dijual ke tukang loak oleh kakakku yang tidak suka membaca sehingga dia tidak tahu betapa berharganya koleksi buku ayah waktu itu. Huff, sedih jika ingat kenyataan ini. Tapi ya sudahlah. Kita harus ikhlas dan move on.
Nah, sekarang aku mau merekomendasikan buku yang aku baca setelah aku beranjak dewasa saja ya. Ini adalah 5 buku yang aku suka dan ternyata mempengaruhi selera bacaanku selanjutnya.
Yap. Buku itu bisa mempengaruhi kita. You Are What You Read. Itu mungkin sedikit tepat. Karena sebelum membaca ke 5 buku yang akan aku rekomendasikan ini, aku tidak tahu sebenarnya aku sukanya baca buku apa sih. Baca ya baca saja. Random saja aku mengambil buku dari rak jualan buku; lihat judul, lihat cover, lihat blurb di halaman belakang. Lalu bawa ke kasir. Tidak pernah membaca resensi orang lain sebelumnya sebagai rujukan. Nah. Setelah membaca ke 5 buku ini, aku mulai dapat gambaran, ternyata selera bahan bacaanku adalah yang mirip-mirip dengan buku ini.
5 Buku Pertama Yang Amat Berkesan
Pertama kali baca buku ini adalah ketika beberapa bulan sebelum menikah. Aku punya 1 saja buku ini. Yaitu seri nomor 3- nya. Setelah dibaca, eh, kok seru. Dan penasaran, awalnya gimana dan kelanjutannya gimana.
Aku tahu, calon suamiku juga gemar membaca buku. Jadilah, aku promosi buku ini pada calon suamiku.
"Mas, kamu suka baca komik nggak? Nih, komik ini seru deh. Baca ya."
Lalu, dia ikut penasaran. Bedanya calon suamiku dan aku adalah, jika aku yang penasaran, aku bisa bertahan untuk tidak bergerak lebih lanjut karena ada "jiwa pelit" inside me. Hahaha. Nah. Calon suamiku tidak. Jika dia sudah penasaran, dia akan berusaha untuk mendapatkannya. Lalu, mulailah mencicil beli nomor sebelumnya. Lanjut nomor selanjutnya. On going memang waktu itu, tidak langsung diterbitkan sekaligus. Tapi justru disiitu serunya. Menunggu komik berseri yang on going itu seru banget. Rasa penasaran kita dipending.
Lalu kami menikah. Dan proses menambah koleksi kelengkapan komik berseri Kungfu Boy ini terus berlanjut. Hingga kami pindah ke Sydney, Australia. Lalu pulang lagi ke Indonesia dengan membawa 2 orang anak. Dan Kungfu Boy masih belum selesai juga.
Akhirnya, setelah anakku masuk sekolah, koleksi Kungfu Boy ini selesai ceritanya. Tamat. Dan koleksiku pun lengkap alhamdulillah.
Jadi, Kungfu Boy ini adalah cerita tentang seorang anak bernama Chinmi, yang ditinggal mati oleh kedua orang tuanya sehingga dia harus tinggal dengan kakak semata wayangnya saja. Oleh kakaknya, Chinmi dimasukkan ke kuil Shaolin agar bisa belajar kung fu. Jaman dulu, sekolah di China sepertinya tidak sepenting Kung Fu. Orang yang berilmu itu bukan sarjana tapi seorang yang punya ilmu Kung Fu.
Chin mi akhirnya besar di kuil Shaolin dan belajar tentang makna hidup sembari dia belajar Kung Fu. Dia punya teman, punya guru yang baik, alat latihan yang enak. Suatu hari, dia disuruh gurunya pindah ke kuil kung fu lain. Chinmi menolak karena dia merasa dia sudah amat mahir di daerah tempat dia berada sekarang. Jadi buat apa pergi ke tempat lain lagi buat belajar. Tujuan belajar itu kan agar pandai ya, terus kalau sudah pandai, ngapain belajar lagi coba? Itu deh kurang lebih yang ada di pikiran Chinmi.
Kalian pernah tidak menerima pertanyaan yang sama dari anak kalian.
"Bu, kenapa sih kita perlu sekolah lagi. Sekolah lagi. Kan aku sudah bisa ini... bisa itu... kenapa aku harus sekolah?"
Atau pertanyaan seperti ini:
"Bu, kenapa sih aku harus belajar matematika? Kan aku sudah bisa membaca dan menulis, emang masih perlu aku belajar matematika segala?"
Nah, Chinmi kecil juga dihinggapi pertanyaan yang sama ketika dia disuruh belajar di tempat lain, pada guru yang lain. Chinm kecil protes kenapa harus belajar yang lain lagi padahal dia sudah bisa dibilang mahir di bidang yang dia pelajari di tempatnya sekarang.
"Chinmi, coba kamu letakkan seekor katak di dalam tempurung dan lihat apa yang terjadi pada katak tersebut." Kata gurunya suatu hari. Chinmi pun melakukannya. Dan setelah beberapa hari, tempurung yang mengurung katak pun dibuka. Dari sini Chinmi mendapati 1 fakta. Ternyata, lompatan katak tidak bisa lagi tinggi. Si Katak hanya bisa melompat setinggi tempurng saja. Sementara katak lain yang ada di luar tempurung bisa melompat lebih tinggi.
"Chinmi, itulah sebabnya kamu harus belajar banyak hal. Jangan cepat puas hanya di satu level saja. Bisa jadi, kamu merasa sudah paling hebat di level itu. Tapi ingat, di level lain, ada orang lain yang lebih hebat dari kamu. Kamu hanya bisa melompat setinggi tempurung tempatmu bernaung. Jadi, cari tempurung yang punya batasan lebih tinggi dan belajarlah untuk bisa melompat lebih tinggi lagi."
Yap. Belajar itu tidak pernah membuat kita rugi. Aku alhamdulillah selalu nemu jawaban ketika anakku bertanya padaku kenapa dia harus mempelajari sesuatu.
"Karena nak, ketika kita merasa sudah menguasai sesuatu, di tempat lain, selalu ada orang lain yang sudah menyelesaikan menguasai yang kamu pelajari saat ini dan yang belum kamu pelajari. Artinya, jika ada kesempatan untuk melakukan sesuatu, maka kamu kehilangan kesempatan untuk bisa melakukannya juga. Karena bisa jadi hasil pekerjaanmu kualitasnya kurang baik atau kurang sempurna. Berarti, kamu kehilangan kesempatan melakukan sesuatu yang bisa jadi bermanfaat dan bernilai pahala. Bersungguh-sungguh dalam bekerja untuk menghasilkan sebuah kebaikan itu selalu ada pahalanya."
Itu sebabnya, aku merekomendasikan buku KUNG FU BOY karangan Takeshi Maekawa ini untuk dibaca.
Buku selanjutnya yang mempengaruhi cara berpikirku adalah buku KEBEBASAN WANITA karya Abdul Halim Abu Syuqqoah.
Ketika pertama kali "hijrah" dahulu, jujur aku merasa Islam itu banyak "nyusahinnya".
Aku pertama kali mengenakan jilbab tahun 1999. Berjilbab karena suami menagih janji, "jika aku punya anak perempuan, aku akan pakai jilbab." Putri ku lahir tahun 1999 bulan Maret. Jadilah, aku mengenakan jilbab karena janji ini.
Tapi, jilbab yang aku kenakan hanya sekedar pakaian fisik saja. Tidak membawa pengaruh apa-apa pada gaya dan keseharianku. Tetap saja pakai celana ketat. Aku punya celana jeans legging ketat karena berbahan stretch warna hijau, baby pink dan biru. Ini 3 celana yang selalu aku kenakan kemana-mana dipadu dengan kaus lengan panjang dan jilbab lilit pendek. Duduknya masih tidak anggun, ketawa masih ngakak dan keras, dan suaranya tidak lembut.
Lalu hidayah datang padaku lewat sebuah kejadian. Dan sejak itu aku sempat merasa kesal, kenapa Islam banyak menyusahkan wanita; khususnya wanita seperti aku.
Pakaian harus diulurkan, buat apa coba? Toh sudah dibungkus dari ujung kepala hingga ujung kaki, kenapa masih diatur-atur lagi bentuk bungkusannya harus seperti apa?
Perilaku harus dijaga, buat apa coba? Selama kita tidak melakukan dosa, masa tidak boleh melakukan yang lain?
Perasaan harus ditata, buat apa coba? Memangnya tidak cukup hanya sudah melakukan ibadah wajib selama ini?
Nah. Saat itulah, tanpa sengaja, lebih tepatnya secara random, aku membuka Al Quran dan menemukan surat Muhammad (47) : 38.
Membaca ayat ini, aku langsung gemetar dan takut sekali.
Ya Allah.
Ya Rahman.
Bukan Allah yang butuh kita, tapi kitalah yang butuh Allah.
Jika Allah berkehendak, dalam sekejap bahkan keberadaan kita bisa diganti oleh orang lain yang lebih baik di mata Allah.
Semudah menjentik tangan.
Semudah berkedip.
Lalu kita akan terlupakan begitu saja.
Hilang.
Tak ada yang ingat bahwa kita pernah ada.
Aku takut dan menangis. Aku takut keberadaanku diganti Allah dengan menghadirkan versi aku dalam diri orang lain yang jauh lebih baik dalam berbagai hal dalam ber-Islam. Dalam kesedihan yang amat pekat, aku mencari penghiburan ke toko buku yang ada di Kalibata Mall, tokobuku dekat rumahku. Dan menemukan buku ini. Random, tidak direncanakan sebelumnya, aku melihat buku ini dipajang dan aku mengambilnya. Lalu mulai membacanya.
Dan tersadar.
Menjadi baik dan sholehah itu adalah pilihan yang harus kita pilih dan jalankan. Ketika kita sudah memilih ingin menjadi baik dan sholeh, maka konsekuensi selanjutnya adalah istiqamah agar tidak kembali ke arah sebaliknya. Dan belajar memahami Islam adalah sesuatu yang harus dipelajari agar kita bisa kenal dengan Islam dan karena kenal maka lambat laut menjadi cinta pada islam, pada syariatnya.
Dan buku ini. menuturkan tentang apa yang dimaksud dengan kebebasan wanita versi Islam. Islam, memberi kebebasan yang amat luas pada ummatnya, tapi agar tidak kebablasan, maka kebebasan itu dijaga dengan syariat. Hal ini agar kita tidak kembali ke arah sebaliknya dari keputusan kita setelah memilih ingin lebih baik dan lebih sholeh.
Catatan parenting a la ade anita:
Jika kalian punya anak remaja yang akan beranjak dewasa, di buku ini, banyak penjelasan yang diberikan yang bisa jadi bahasanya memang sedikit vulgar karena terlalu blak-blakan. Jika kalian termasuk orang tua yang terlalu malu dan sungkan untuk membicarakan masalah-masalah sensitif seperti tentang perilaku seks yang detail, buku ini memaparkannya dengan gamblang. Vulgar tapi tetap dalam batasan syariah. Bisa jadi pegangan untuk jadi buku pegangan berdiskusi dengan remaja yang beranjak dewasa.
Ini novel pertama yang membuatku sadar, ternyata di antara semua novel yang aku baca, aku suka membaca novel dengan gaya seperti ini. Ngepop, ada romancenya, ada sesuatu yang diluar dugaannya yang tidak bisa kita tebak.
Dari membaca novel ini, lalu selanjutnya aku mencari novel sejenis dan akhirnya malah bertemu dengan novel-novel Sophie Kinsella. Selanjutnya, aku fans karya Sophie Kinsela.
NAH. Ini adalah buku self improvment. Buku non fiksi yang ditulis dengan gaya yang asyik.
Ini buku psikologi populer pertama, eh, mungkin bukan buku psikologi populer juga ya, pokoknya buku tentang pengembangan diri pertama yang aku baca. Dan selanjutnya mempengaruhiku untuk mulai mencari buku-buku sejenis yang lain.
Aku suka buku non fiksi yang isinya sama sekali tidak menggurui kita, ditulis dengan bahasa populer, dan runtut ceritanya tidak melebar kemana-mana. Aku suka buku dimana kita seakan sedang diajak ngobrol berdua oleh penulisnya. Aku suka buku-buku seperti ini.
Nah, ini buku kelanjutan dari poin nomor 2 sebenarnya.
Akhirnya, setelah melengkapi koleksi buku KEBEBASAN WANITA, aku ceritanya jadi rajin mampir ke toko buku itu buat cari buku agama lain. Terus, bertemu dengan buku ini. Dan aku merasa waktu itu adalah orang yang sedang "baru saja jatuh cinta pada Islam dan sedang rindu untuk bisa segera jadi wanita sholehah" maka aku membeli buku ini.
Hahaha.
Agak norak emang. Tapi, entahlah. Aku merasa buku ini membuatku merasa yakin bahwa, cintaku pada Islam insya Allah tidak akan membawa kerugian apapun selamanya, sepanjang hayat, hingga ke akherat.
Itu sebabnya aku suka banget dengan buku ini.
Dah. Itulah 5 buah buku pertama yang berkesan buatku.
Wah banyak volume komiknya, saya cuma nonton Kung Fu Boy yang versi anime di tv dulu, hehe
BalasHapusPas baca kungfu boy, aku langsung nebak kalo kita seangkatan, haha. Kalo aku buku pertama adalah Lima Sekawan :)
BalasHapusMbaaaa aku suka kung fu biy dan who moved my cheese! Dan toss! Aku juga baca Revolusi di Nusa Damai punya kakekku yg tentaraaa mbaaa
BalasHapusWaaah...buku2 yg direkomendasikan mba Ade bagus2 ya..jadi pengen nyari2 juga.. (mudah2an masih ada..hehe)
BalasHapusWah kita samaan ya. Aku juga suka baca buku. Aku suka baca novel karya penulis Indonesia. Baru akhir-akhir ini lagi suka buku non fiksi karya penulis Indonesia.
BalasHapusWah koleksi bukunya lengkap, ya, Mbak. Dari mulai komik sampe buku2 populer. Jadi ingin nulis begini juga, nih. Buku favorit saya apa aja.
BalasHapusAku tahu banget mbak rasanya buku diloakin, nyeseknya euy
BalasHapusAku buku pertama yang paling berkesan buku karya karya HC Andersen, terkenang sampai jadi emak emak
BalasHapusKungfu Boy sama kayak Detective Conan. Saya hanya mengikuti sampai seri ke sekian aja. Setelah itu gak koleksi lagi :D
BalasHapusAku juga baca KUngfu Boy punay temenku dulu mbak waktu SD. Kalau buku pertaman aku karangan Enid Blyton tapi bukan yang lima sekawan. btw buku who moves my cheesejuga aku punya mbak
BalasHapusPenasaran sama buku yg nomor 4, aku suka baca buku psikology tp yg adik kayak gitu. Hihi
BalasHapusBtw, soal buku paling berkesan, aku juga punya, 1 yg paling aku inget adalah buku mendidik dengan cinta karya Irawati Istadi.
BalasHapusWah sama nih mulai menutup auratnya maret 1999. Btw, aku suka dgn pelajaran dlm komik kungfu boy di atas
BalasHapuskalau aku lebih suka baca buku2 fikih mbak. hehhee
BalasHapusMbak Ade aku juga punya kitab terjemahan Raudhatul Muhibbinnya Ibnul Qoyyim itu. Semua karya Ibnul Qoyyim aku suka sayang belum banyak terjemahannya. Mbak Ade coba baca yg terjemahannya karya Ibnul qoyyim judul aslinya Ighatsatul lahfan. Aku ga ngerti terjemahannya dalam bahasa Indonesia dikasih judul apa. Bagus itu mb Ade
BalasHapusTernyata mbak Ade suka komik. Btw aku punya buku Who Moves My Cheese itu sejak SMA :D
BalasHapusMenarik mbak sejarah berhijabnya, emang semua berporses yaaa :D
Bacaan kita sama mbaaa, kungfu boy hahahaa. Tapi aku terus keterusan koleksi komik2 jepang lainnya.
BalasHapusToss dulu kak kita sama2 auka baca Kungfu boy, aku sih ga hanya itu saja ya waktu dulu buku yang paling berkesan yaitu komik Monica tokohnya lucu banget.
BalasHapusMasya Allah, Mbak Ade.. Saya pakai jilbab sejak 2004, saat kelas 3 SMA.
BalasHapusSemoga kita senantiasa istiqomah ya, Mbak.. karena untuk istiqomah tu ngga mudah.
Kalau buku bermuatan agama pertama yang saya baca itu, La Tahzan karya Dr. 'Aidh Al Qarny.
Aku pernah baca kungfu boy juga, hihihi. Tp setelah itu tdk lanjut lg baca komik Jepang.
BalasHapusMasya ALlah perjalanan hidayah Mbak Ade.
BalasHapusMasih ingatkah dengan buku2 yang ada tulisan DOKUMEN RAHASIA-nya itu? Penasaran, Mbak Ade masih ingat?
Oya, mungkin gak nyambung, saya suka sedih ada yang menganggap perempuan itu posisinya di bawah laki2 dalam pernikahan, di dalam Islam. Padahal kan tidak begitu juga. Kita setara tapi ada peran yang harus dijalankan, kan kayak pesawat mana boleh ada dua pilot. Yang satunya mesti co pilot. Kalo Mbak Ade pernah nulis, mohon di-share dan di-tag ya Mbak Ade. Saya suka kalo Mbak Ade yang menulis, mudah dipahami. Siapa tahu bisa memberi pencerahan kepada orang2 yang berpikiran begitu.
Kapan kapan aku pinjam yang Who Moved My Cheese ya Mba Ade
BalasHapusPenasaran sama isinya dengan baca langsung, hehe
Widiiii setiap liat buku mataku berlove-love 😍😍😍
BalasHapusSaya udah pernah baca buku Who Move My Cheese, kisah tikus yang sebenarnya mewakili watak manusia, keren dan inspiratif banget.
Wah keren sih mba sampai hafal buku paling berkesan. Aku kalau sirih diurutin gini sih ga bisa hehe
BalasHapusSama dong mba. Aku juga suka baca kungfu boy. Dulu bela2in sewa komik dekat rumah.
BalasHapusKomiiik...komik komik.
BalasHapusAku suka banget baca komik jaman SD-SMP.
Karena jaman dulu, dekat rumahku ada persewaan buku.
Sayang yaa...
Sekarang sudah ga ada...padahal, anak-anak sebelum cinta sama buku yang isinya tulisan semua, pasti berangkatnya dari komik.
pas kecil aku suka banget baca kungfu boy beb wkwkwk, dulu aku penggemar komik kelas berat dehhh sampe koleksi komikku tuh ratusannn
BalasHapusKomik yang aku baca sekarang jadi milik anak-anakku, hahhaaa... warisan yang susah didapatkan di tokbuk saat ini. Karena penerbit nggak nyetak semua seri sekarang
BalasHapusAlhamdulillah Mbak Ade dapat hidayah, tidak semua orang loh.
BalasHapusSaya tidak pernah menganggap pakai hijab itu ribet, mungkin karena saya sekolah di sekolah Islam sejak SMP jadi sudah terbiasa. Lingkungan rumah dan teman-teman juga semuanya berhijab sejak tahun 80-an.
Oh yah saya penasaran sama buku yang kelima, masih ada nggak yah sekarang?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBuku pertama yang paling berkesan buat aku itu buku novelnya Torey Hayden. Berat tentang psikologi. Selama sekilah soalnya aku bacanya komik kebanyakan. Hahaha
BalasHapusMba kebetulan buku2 rekomendasimu ini aku belum pernah baca semua. Bisa jadi catatan di list buku berikutnya yang harus dibaca nih.
BalasHapusNovel-novel pertama kakak, aku belum pernah baca tapi memang sangat menyenangkan membaca buku ya... Komik pertama yang aku baca candy dan lady Oscar
BalasHapus