[Lifestyle] Sudah 1 bulan belakangan ini, istilah "Jangan Baper" sering banget aku dengar. Hahaha.
Jadi, ceritanya aku kan ikut beberapa kelompok pengajian dan kajian. Di setiap acara kajian dan pengajian, selalu ada ustad yang membimbing kami. Nah, para ustad ini, entah mengapa, sudah sebulanan ini seperti kompak, suka banget pakai istilah "Jangan Baper".
"Bacanya 2 harakat saja, jangan terlalu panjang meski hati kita merasa lebih enak jika dipanjangin. Jadi, baca quran itu jangan baper, tapi harus sesuai dengan kaidah."
"Ikhlas itu artinya ibu-ibu, melakukan sesuatu tanpa menuntun imbal balik alias ada maunya. Jadi, ikhlas itu berarti jangan baper."
"Kalau shalat, jangan mentang-mentang ada mertua di sebelah terus pas baca surat dibuat qalqalah semua biar terdengar fasih banget baca qurannya. Ibadah itu jangan baper yang berlebihan ya ibu-ibu."
Dan akhirnya, semalam, di sebuah grup whats app, kami sedang berbicara tentang gimana sih caranya agar hidup bisa lebih bahagia dan jauh dari stress.
Kebetulan, sepulang dari perjalanan naik haji 2018 lalu, aku benar-benar selektif sekarang memilih grup yang akan aku ikuti di aplikasi whats app ku. Sebelum berangkat, ada kali 50 an grup dimana namaku dimasukkan di dalamnya. Nah. menjelang mau berangkat haji, satu per satu aku mulai pamit dari nyaris semua grup whats app ini. Yang tersisa hanya grup keluarga inti dan grup keluarga besar saja.
Dan tidak hanya sampai disitu. Aku juga memutuskan untuk tidak mau membuka facebook, dan twitter. Instagram masih aku buka sesekali karena kadang ada nama makanan yang jika tidak aku save nama dan tempat mendapatkannya, aku khawatir aku terlupa. Share foto di Instagram itu kan enaknya, kita bisa menuliskan nama makanan, dan lokasi mendapatkannya, tanpa harus menulis status panjang-panjang atau ada keharusan menanggapi sebuah komentar yang masuk. Jadi, aku pikir, tidak akan mengganggu ibadah hajiku.
Hasilnya? Masya Allah, luar biasa.
Aku jadi lebih bahagia menjalani perjalanan religi ibadah hajiku di tanah suci tahun 2018 ini.
Memang sih aku jadi tidak tahu gonjang-ganjing perkembangan politik di tanah air. Tapi, ya memang perkembangan politik itu tidak memberi kontribusi apapun kok bagi perjalanan ibadah hajiku.
Aku juga tidak tahu perkembangan kasak-kusuk warga netijen tentang hal-hal tertentu; aku tertinggal gosip teranyar, aku tertinggal perkembangan hubungan si anu dengan si anu, aku tidak tahu perubahan keputusan tentang sesuatu, aku tidak tahu apa saja yang baru didapat oleh seseorang, apa saja yang baru terlepas dari seseorang, Dan sebagainya.
Tapi, aku tetap bahagia dan tenang.
Hidupku berjalan dengan damai dan tenang.
Itu sebabnya, ketika semalam kami membahas bagaimana cara menghindari dari kondisi stress yang sering terasa bagi seorang ibu-ibu, aku memberi saran berdasarkan pengalaman pribadiku:
Yap. Bahagia di jaman serba internet hingga semua orang pasti terhubung dengan media sosial itu akan terjadi dengan satu syarat: JANGAN BAPER LIHAT MEDIA SOSIAL.
Karena Media Sosial itu, 90% adalah setingan alias panggung sandiwara. Semua sudah dibuat berdasarkan kemauan empunya akun media sosial.
Bisa jadi, di balik foto cantik dan tampak sporty di akun media sosial, ada rangkaian foto-foto gagal yang pembuatannya ada bujukan, sogokan, ambekan, marah-marah, kerempongan.
Bisa jadi, di balik foto senyum bahagia, ada suasana nggak enak, rusuh, hati yang dongkol, air mata kesedihan, atau bibir cemberut.
Semua berubah ketika aba-aba foto diberikan.... SIAP.... SATU.... DUA... TIGA... KLIK.
Nah, foto di atas adalah yang tampak di Instagramku.
Tulisannya bisa kalian baca di sini: SEGELAS MILO UNTUK SI ADIK
Kenyataan di balik pengambilan gambarnya adalah:
Ini deretan foto pengambilan gambar semampu skrinsut notebookku. Aslinya fotonya lebih banyak lagi, hanya untuk mengabadikan dan mengambil 3 buah foto dari belasan foto di atas. 3 Foto terbaik dan sesuai dengan keinginan brand yang bekerja sama.
"Mbak, bisa tolong foto lagi nggak? Itu tampak belakang terlihat warna product yang mewakili warna produk kompetitor." (meski produk dimaksud bukan produk susu)
Lalu foto lagi.
"Mbak, bisa tolong foto lagi nggak? Tulisan MILO nya terpotong frame fotonya. Dan terlihat blur."
Lalu foto lagi. Padahal, anaknya baru pulang sekolah, keringat masih belum menguap, wajahnya terlihat lelah. Aku harus membujuk anaku. Yang paling susah itu membujuk agar dia mau tersenyum lepas, bukan tersenyum terpaksa agar terlihat bahagia.
"Mbak... bisa foto ulang tapi dengan aktifitas lain mbak? Dan tolong bajunya diganti jangan baju yang berkonotasi dengan warna brand kompetitor ya mbak."
Kebayang kan ya bagaimana sabarnya anakku ini, lagi lelah disuruh berpose dengan senyum bahagia dan ceria. SEDANG LELAH DISURUH BERPOSE YANG MENAMPILKAN SENYUM BAHAGIA DAN CERIA.
Masya Allah, selesai pengambilan gambar, aku cium-ciumin saja anakku ini. Terharu dengan kesabaran dia demi kelancaran pekerjaan ibunya. Dan tebak berapa rupiah yang dia dapat ketika akhirnya upahku sebagai blogger turun? Hahaha. Tidak ada. Jadi, betapa ikhlasnya ya kerja sama dari orang-orang yang menyayangi kita yang ada di sekeliling kita.
Tapi, apa semua orang tahu tentang hal ini? Tidak. Yang orang lihat adalah, di akun media sosialku, anakku tersenyum bahagia dan ceria dan sehat. Alhamdulillah. Semoga ini menjadi doa baginya. Aamiin.
Orang tidak tahu bahwa aslinya, anakku sangat terlihat lelah. Dia butuh makan siang dulu, minum air putih dulu, cuci muka dulu, lalu menghela nafas, lalu berpose. KLIK.
Itu sebabnya, Jangan baper lihat media sosial.
Itulah kunci bahagia dan bebas dari stress.
Karena kita tidak tahu apa yang terjadi di balik sebuah status atau tulisan atau foto yang orang lain tampilkan di media sosial.
Dan jangan lupa: selalu ucapkan terima kasih pada orang-orang yang menyayangi kita yang ada di sekeliling kita. Karena merekalah aktor sesungguhnya yang membantu menghadirkan kebahagiaan kita.
Jadi, ceritanya aku kan ikut beberapa kelompok pengajian dan kajian. Di setiap acara kajian dan pengajian, selalu ada ustad yang membimbing kami. Nah, para ustad ini, entah mengapa, sudah sebulanan ini seperti kompak, suka banget pakai istilah "Jangan Baper".
"Bacanya 2 harakat saja, jangan terlalu panjang meski hati kita merasa lebih enak jika dipanjangin. Jadi, baca quran itu jangan baper, tapi harus sesuai dengan kaidah."
"Ikhlas itu artinya ibu-ibu, melakukan sesuatu tanpa menuntun imbal balik alias ada maunya. Jadi, ikhlas itu berarti jangan baper."
"Kalau shalat, jangan mentang-mentang ada mertua di sebelah terus pas baca surat dibuat qalqalah semua biar terdengar fasih banget baca qurannya. Ibadah itu jangan baper yang berlebihan ya ibu-ibu."
Dan akhirnya, semalam, di sebuah grup whats app, kami sedang berbicara tentang gimana sih caranya agar hidup bisa lebih bahagia dan jauh dari stress.
Kebetulan, sepulang dari perjalanan naik haji 2018 lalu, aku benar-benar selektif sekarang memilih grup yang akan aku ikuti di aplikasi whats app ku. Sebelum berangkat, ada kali 50 an grup dimana namaku dimasukkan di dalamnya. Nah. menjelang mau berangkat haji, satu per satu aku mulai pamit dari nyaris semua grup whats app ini. Yang tersisa hanya grup keluarga inti dan grup keluarga besar saja.
Dan tidak hanya sampai disitu. Aku juga memutuskan untuk tidak mau membuka facebook, dan twitter. Instagram masih aku buka sesekali karena kadang ada nama makanan yang jika tidak aku save nama dan tempat mendapatkannya, aku khawatir aku terlupa. Share foto di Instagram itu kan enaknya, kita bisa menuliskan nama makanan, dan lokasi mendapatkannya, tanpa harus menulis status panjang-panjang atau ada keharusan menanggapi sebuah komentar yang masuk. Jadi, aku pikir, tidak akan mengganggu ibadah hajiku.
Hasilnya? Masya Allah, luar biasa.
Aku jadi lebih bahagia menjalani perjalanan religi ibadah hajiku di tanah suci tahun 2018 ini.
Memang sih aku jadi tidak tahu gonjang-ganjing perkembangan politik di tanah air. Tapi, ya memang perkembangan politik itu tidak memberi kontribusi apapun kok bagi perjalanan ibadah hajiku.
Aku juga tidak tahu perkembangan kasak-kusuk warga netijen tentang hal-hal tertentu; aku tertinggal gosip teranyar, aku tertinggal perkembangan hubungan si anu dengan si anu, aku tidak tahu perubahan keputusan tentang sesuatu, aku tidak tahu apa saja yang baru didapat oleh seseorang, apa saja yang baru terlepas dari seseorang, Dan sebagainya.
Tapi, aku tetap bahagia dan tenang.
Hidupku berjalan dengan damai dan tenang.
Itu sebabnya, ketika semalam kami membahas bagaimana cara menghindari dari kondisi stress yang sering terasa bagi seorang ibu-ibu, aku memberi saran berdasarkan pengalaman pribadiku:
Yap. Bahagia di jaman serba internet hingga semua orang pasti terhubung dengan media sosial itu akan terjadi dengan satu syarat: JANGAN BAPER LIHAT MEDIA SOSIAL.
Karena Media Sosial itu, 90% adalah setingan alias panggung sandiwara. Semua sudah dibuat berdasarkan kemauan empunya akun media sosial.
Bisa jadi, di balik foto cantik dan tampak sporty di akun media sosial, ada rangkaian foto-foto gagal yang pembuatannya ada bujukan, sogokan, ambekan, marah-marah, kerempongan.
Bisa jadi, di balik foto senyum bahagia, ada suasana nggak enak, rusuh, hati yang dongkol, air mata kesedihan, atau bibir cemberut.
Semua berubah ketika aba-aba foto diberikan.... SIAP.... SATU.... DUA... TIGA... KLIK.
Nah, foto di atas adalah yang tampak di Instagramku.
Tulisannya bisa kalian baca di sini: SEGELAS MILO UNTUK SI ADIK
Kenyataan di balik pengambilan gambarnya adalah:
Ini deretan foto pengambilan gambar semampu skrinsut notebookku. Aslinya fotonya lebih banyak lagi, hanya untuk mengabadikan dan mengambil 3 buah foto dari belasan foto di atas. 3 Foto terbaik dan sesuai dengan keinginan brand yang bekerja sama.
"Mbak, bisa tolong foto lagi nggak? Itu tampak belakang terlihat warna product yang mewakili warna produk kompetitor." (meski produk dimaksud bukan produk susu)
Lalu foto lagi.
"Mbak, bisa tolong foto lagi nggak? Tulisan MILO nya terpotong frame fotonya. Dan terlihat blur."
Lalu foto lagi. Padahal, anaknya baru pulang sekolah, keringat masih belum menguap, wajahnya terlihat lelah. Aku harus membujuk anaku. Yang paling susah itu membujuk agar dia mau tersenyum lepas, bukan tersenyum terpaksa agar terlihat bahagia.
"Mbak... bisa foto ulang tapi dengan aktifitas lain mbak? Dan tolong bajunya diganti jangan baju yang berkonotasi dengan warna brand kompetitor ya mbak."
Kebayang kan ya bagaimana sabarnya anakku ini, lagi lelah disuruh berpose dengan senyum bahagia dan ceria. SEDANG LELAH DISURUH BERPOSE YANG MENAMPILKAN SENYUM BAHAGIA DAN CERIA.
Masya Allah, selesai pengambilan gambar, aku cium-ciumin saja anakku ini. Terharu dengan kesabaran dia demi kelancaran pekerjaan ibunya. Dan tebak berapa rupiah yang dia dapat ketika akhirnya upahku sebagai blogger turun? Hahaha. Tidak ada. Jadi, betapa ikhlasnya ya kerja sama dari orang-orang yang menyayangi kita yang ada di sekeliling kita.
Tapi, apa semua orang tahu tentang hal ini? Tidak. Yang orang lihat adalah, di akun media sosialku, anakku tersenyum bahagia dan ceria dan sehat. Alhamdulillah. Semoga ini menjadi doa baginya. Aamiin.
Orang tidak tahu bahwa aslinya, anakku sangat terlihat lelah. Dia butuh makan siang dulu, minum air putih dulu, cuci muka dulu, lalu menghela nafas, lalu berpose. KLIK.
Itu sebabnya, Jangan baper lihat media sosial.
Itulah kunci bahagia dan bebas dari stress.
Karena kita tidak tahu apa yang terjadi di balik sebuah status atau tulisan atau foto yang orang lain tampilkan di media sosial.
Dan jangan lupa: selalu ucapkan terima kasih pada orang-orang yang menyayangi kita yang ada di sekeliling kita. Karena merekalah aktor sesungguhnya yang membantu menghadirkan kebahagiaan kita.
Judul WAGnya lucu amat sih, Mbak. Keluarga jarang sisiran hahaha
BalasHapusWaduh jadi ketahuan nama grup kita, mba.
BalasHapusSetuju sih kalo medsos itu jangan dibikin baper. Selooowww ajaa
Oh jadi Mbak Wati dan Mbak Ade adalah satu keluarga yang jarang sisiran? hahaha unik Mbak namanya.
HapusOh iya, aku jadi inget dengan seseorang yang melakukan topo geni sampai sekarang. Dia uninstall WA, IG dan seluruh sosmed di hpnya. Alhamdulillah katanya dia bahagia sekarang dalam mengasuh anaknya. Anaknya pun lebih terkontrol kehidupannya.
Ya kuncinya memang jangan baper ya kalau lihat sosmed. Diinstal sebenarnya nggak apa-apa, asalkan kitanya bisa membawa diri.
Hahaha, dilarang keras baper karena buat upload 1 foto, ambil gambarnya sejuta kali. Kudu banyak bersyukur
BalasHapusapalagi kalau melibatkan anak ya.. nunggu mood nya bagus dulu hhaha
BalasHapusIya juga ya, jatuh bangun demi foto keren di medsos. BTW, nama grup kita unik banget.hahaha
BalasHapusWkwkkw itu kenapa nama groupnya begitu. Tapi ember sih sosmed bikin baper. Kadang pas aku ngga pegang hape seharian itu rasanya damai ..#sejenakkudet
BalasHapusWAG ku kebanyakan grup blogger, sama grup sekolahnya anak-anak. Alhamdulillah grup sekolah selalu kondusif dan cuma ngomongin yang berhubungan sama sekolah aja. Jadi relatif aman lah...
BalasHapusaku salfok sama nama grup nya dong "jarang sisiran" hahaha pengen ngakak bet. btw aku pernah juga ngalamin galeri foto penuh sama entah berapa puluh jepretan yang diposting mah atu
BalasHapusIya bangggggeeeeetttt. Itulah makanya, karena eungeuh susahnya menghaailkan foto cakep, butuh waktu mikirin caption biar ciamik, aku berusaha untuk peduli sesuai kebutuhan kalau di socmed mba. Biar ga baper sendiri.
BalasHapusKalimat jangan baper tuh memang bener bener tepat di jaman medsos seperti sakrang. D jaman skarang semuanya jadi mudah jadi masalah kalau ditanggapin dengan kepala panas :p
BalasHapusAnak kita sama2 jadi artis ya di sosmed mamanya :) Duh aku belum pindahin foto2 do hp nih udah banyak
BalasHapusAku pun pernah baper lihat media sosial karena lihat postingan mantan terindah *ups malah curhat. Hehehe. Kalau sekarang fokus ke sosial media untuk jualan produk tas aja secara online.
BalasHapusAku pun pernah baper lihat media sosial karena lihat postingan mantan terindah *ups malah curhat. Hehehe. Kalau sekarang fokus ke sosial media untuk jualan produk tas aja secara online.
BalasHapusaku juga pernah masukin petuahnya mbak ade hlo saat di grup keluarga jarang sisiran
BalasHapusberguna banget buat ngehandle main sosmed
sharingnya mbak ade beneran membantu banget biar ga mudah baperan di sosmed
seneng ada di grup ini hheee
Kayaknya mainan medsos ada masanya kita baperan, tapi ada masanya juga bapernya udah lewat ya mbak. Aku udah di tituk medsos beneran buat dilihat tanpa baper sedikitpun sih. Ini malah udh jarang bgt stalking. Medosan buat kerja. Haha
BalasHapusKalo aku sejak lebih ngebanyakin BW dengan naruh url blog di list BW, rasanya hidup lebih berfaedah Mbak. Baca blognya teman-teman seperti blog Mbak Ade gini ini, kerasa dapetnya. Efeknya, medsos cuma ngecek notif aja kali-kali ada notif grup yang berpeluang menghasilkan rupiah. Hehehe...
BalasHapusAku selalu diingatkan suami kalau medsos itu panggung sandiwara...jadi kallar mau dinikmati, nikmati sajaaa 'pertunjukannya' ..dan namanya sandiwara, ya jangan dimasukkan ke hati. Ya kan mbaaa
BalasHapusSelalu kangen deh buka grup setiap hari karena informasinya sangat- sangat keren, tahu aja sih kalau jarang sisiran hahaha...
BalasHapusXixixi
BalasHapusMakany aku suka sesuatu di balik layar mb krn aku meyakini di balik sesuatu yg menimbulkan decak kagum pasti ada berbagai macam rasa yg melatarbelakanginya
Media sosial buatku sejauh ini aman2 aj sih
Aku pernah ngambek sama doi, matiin hape 2 hari, dan gak main sosmed sama sekali. Hasilnya? Wouw di luar dugaan. Ternyata ada perasaan lain yg entah mengapa saya suka saat gak main sosmed
BalasHapusWaaahh, saya kelewat obrolan keren ini niihh di group kemarin. Harus manjat nih biar gak baper juga, heheheh.
BalasHapusBener banget ya Mbak, yg kita posting itu mah yg bakalan dilihat orang bagus bla bla bla, padahal saat proses pengambilan gambarnya ada cerita jungkir balik nano-nano aslinya yah 😁
Setuju banget dengan Mb Ade, medsos mah memang sebagian besar settingan. Kitanya aja yang harus kelola hati dan pikiran. Dibikin senang aja kalau pas liat medsos. Dan tetap silaturahmi secara langsung memang jauh lebih afdol. Menghargai keluarga, teman dan tetangga yang langsung berinteraksi dengan kita sehari-hari.
BalasHapusKayaknya seru ya group jarang siaran hehe. Btw aku pun kalau lagi marah mending jauh dari HP soale takut gatel nulis status hehe.
BalasHapusBener mb Ade, sosial mdia itu dunia maya pasti ga bs disamain dg dunia nyata ga usah baper pokoknya
BalasHapusBetul sekali mba. Kita ga boleh baper liat orang pasang foto di instagram atau sosial media lainnya karena hidupnya belum tentu seindah yang dipasang di instagram. hehehehe
BalasHapusHahaa sabar banget sih anaknya mbaa.. aku kalau lagi melibatkan anak2 dalam kerjaanku entah itu sbg model atau akunya yg minta difotoin. Fee-nya aku kasih ke anak2, itung2 mereka tau rasanya kerja & punya tabungan buat beli alat sekolah :)
BalasHapusAgree mbak..makanya aku buka sosmed ambil yang positifnya saja yang minus-minus diabaikan
BalasHapusSeriius yaa...itu wag jarang sisiran?
BalasHapusHihii~
Btw,
Sekarang mah...kalo liat sosmed seperlunya aja...
kalau urusan uda beres, langsung tutup and bye-bye.
Kadang masih baper soalnya...
terutama kalo yang pasang status istri mantan.
Kyayayya~
haha...banyak orang baper ya di sosmed. rugi kalau baper mah. mending banyakin kegiatan positif agar energi positif terus meningkat.
BalasHapusI feel youuu Mba Ade. Itu yang foto anak buat keperluan campaign, ampuun deh. Apalagi anakku masih balita, lari-larian mulu, kemringet ngejarnya, pas fotonya rada bener ternyata emaknya udah kucel, make up luntur daaan sebagainya. Hahhahahaha
BalasHapusHeheh, keangkat lagi cerita panjang tentang foto Milo ini ya mba. Anakku yg gede2 udh mulai gk mau aku ajak foto produk euy
BalasHapusIyap bener, sosmed cuma menampilkan aoa yg mereka ingin kita lihat. Kadang yg keliatan selalu bahagia, sebenarnya menyimpan banyak kesedihan dalam hidupnya
BalasHapusKenapa ya saya galfok sama nama grupnya, "keluarga jarang sisiran" hehehe....
BalasHapusWidih itu foto banyak banget Mbak, kasihan si Mbaknya cup..cup...
kalo di FB, teman-teman yang status atau foto-fotonya bikin saya baper, biasanya saya unfollow agar apapun yang ia bagikan gak muncul di beranda saya, hehehe
BalasHapusTapi saya percaya, mereka yang selalu terlihat baik-baik saja atau happy-happy terus itu tetap punya masalahnya sendiri, hanya saja mereka pandai menyembunyikannya :)