RUMAH atau APARTEMEN

[Lifestyle] Harga tanah sekarang tuh semakin mahal ya. 5 tahun lalu, harga tanah di daerahku masih berkisar di angka lima juta rupiah per meternya. Sekarang, harga tanah di daerah sekitarku sudah menjadi sekitar lima belas juta rupiah per meternya. Bahkan jika akses jalanan di depan rumah bisa dilalui 2 mobil, harga tanahnya menjadi dua puluh juta rupiah per meternya.

Fiuh. Dan itu dibayar pakai duit semua, nggak boleh campur daun. hehehe.

Mungkin, karena itulah maka hunian dengan sistem cluster dan apartemen semakin menjamur di Jakarta. Dan perlahan, model rumah minimalis dengan lahan tanah yang tidak terlalu luas menjadi incaran untuk banyak orang.

Kenapa? Karena biaya pajak PBB (pajak bumi dan bangunan) di Jakarta terus meroket naik. Lima tahun lalu (awal tahun 2010), pajak PBB untuk rumahku masih kurang dari lima ratus ribu rupiah (Rp500.000). Sekarang, pajak PBB nya sudah di atas satu juta rupiah (> Rp1.000.000).  Itu sebabnya, penduduk asli Betawi yang semula masih bertahan DKI Jakarta mulai menjual tanahnya pada pendatang dan mereka sendiri menyingkir ke daerah pinggiran Jakarta. Lama-lama, penduduk Jakarta memang semakin terseleksi oleh kewajiban aneka macam pajak yang diberlakukan di DKI Jakarta. Mulai dari pajak kendaraan bermotor, pajak PBB, pajak usaha, pajak makanan dan minuman, dan sebagainya.

Jika pun ada yang mencoba untuk bertahan hidup tanpa pekerjaan dan mulai mendirikan tempat-tempat kost dan kontrakan, maka usaha kost-kostan dan kontrakan rumah inipun dikenakan pajak khusus. Tapi ya memang sudah sepantasnya sih. Karena jika tidak dikenakan pajak bagi mereka yang membuka usaha kost-kostan itu rasanya kurang adil bagi penduduk Jakarta lain yang harus bayar pajak macam-macam. Bukan apa-apa, pendapatan dari usaha kost-kostan ini memang lumayan. Jadi, anggota keluarga diboyong ke luar kota atau pinggir kota, tapi karena tempat kerja masih di dalam kota maka banyak pekerja yang memilih untuk kost di dalam kota. Dan disinilah hunian kost-kostan menjadi pilihan banyak orang. Dan rumah yang berubah fungsi menjadi kost-kostan di Jakarta banyak sekali. Tentu memberi keuntungan bagi pemiliknya. Jadi, menurutku sudah sepantasnya jika mereka pun dikenakan pajak atas penghasilannya tersebut.

Aku sendiri, aku pernah merasakan tinggal di apartemen dan pernah juga merasakan tinggal di rumah. Keduanya memang memberikan pengalaman dan kesan yang berbeda-beda. Mana yang lebih enak untuk dimiliki?



Berdasarkan pengalamanku, ini perbedaan tinggal di Rumah atau Apartemen.

1. Status Kepemilikan

Rumah
  • Status kepemilikannya terbagi menjadi 4:
  1. Hak Milik (artinya, rumah ini sudah menjadi hak milik dia berdasarkan hukum dan perundanga-undangan yang berlaku di Indonesia. Dengan demikian, jika terjadi sengketa maka tanah dan bangunan ini lebih kuat status kepemilikannya bagi si pemegang surat sertifikat hak milik. Keuntungannya, jika terjadi penggusuran maka pemilik surat sertifikat mendapat ganti rugi yang lebih utuh meliputi tanah dan bangunan).
  2. Hak Guna Bangunan (artinya, tanah tempat rumah itu berdiri masih menjadi milik negara, hanya saja bangunan yang berdiri di atasnya menjadi milik si empunya surat sertifikat HGB. Jika terjadi sengketa, maka si empunbya surat sertifikat HGB ini hanya bisa mengklaim sebatas bangunannya saja. Demikian juga jika terjadi penggusuran, maka yang bisa diganti rugi hanya bangunannya saja. Untuk tanah biasanya hanya diberi uang "tanda kasih sayang" saja. 
  3. Sertifikat Girik (artinya, tanah dan bangunan yang berdiri di atas lahan tersebut sebenarnya milik negara yang dihadiahkan pada pemilik awal tanah tersebut di waktu lampau. Mungkin pemilik awal pernah berjasa pada pemerintah sehingga diberi hadiah bisa menempati tanah di lahan itu, atau dulu pemilik awalnya pernah bekerja untuk pemerintah sehingga diberi kesempatan untuk menempati lahan yang ditunjuk. Mungkin kalau sekarang tuh semacam diberi rumah dinas gitu. Jika pemilik saat ini tidak memiliki surat akte jual beli, maka tanah ini bisa menjadi tanah negara. Dan ini asli merepotkan jika terjadi sengketa atas tanah tersebut di kemudian hari. Atau jika terjadi penggusuran di atas lahan tersebut). 
  4. Sertifikat Hak Guna Usaha (artinya, tanah dan bangunan yang berdiri di atas lahan tersebut, tidak pernah boleh dialihkan menjadi kepemilikan oleh pemilik lahan tersebut. Karena, pemilik lahan tersebut hanya memiliki status "sementara" saja dibolehkan tinggal di atas lahan tersebut dalam rangka menjalani sebuah usaha. Status lahan ini sendiri, adalah lahan milik negara. Biasanya, jika dilihat di dinas tata kota kantor pemerintahan, bisa terlihat apa peruntukan tanah tersebut di masa yang akan datang. Mungkin, pemerintah berencana untuk membuat sebuah lahan penghijauan, atau danau buatan, atau jalan layang, dll. Hanya saja, karena saat ini pemerintah belum memilik dana dan rencana mewujudkan rencana tersebut maka pemilik lahan masih dibolehkan tinggal di atas lahan tersebut.)

Apartemen

  • Status kepemilikan apartemen terbagi 2:
  1. Hak Kepemilikan Bersama (artinya, tanah dan bangunan di atas lahan apartemen tersebut dimiliki bersama oleh semua orang yang memiliki apartemen dari bangunan apartemen yang berdiri di atasnya. Dengan demikian, ada ketenangan deh bahwa banguan apartemen tersebut tidak akan dirobohkan selamanya insya Allah).
  2. Hak Guna Bangunan Bersama (artinya, tanah dan bangunan di atas lahan apartemen tersebut, hanya bangunan apartemennya saja yang dimiliki secara bersama-sama oleh pemilik apartemen tersebut. Sedangkan tanah tempat apartemen berdiri masih dikuasai oleh negara. Jadi, jika terjadi sesuatu maka negara berhak mengambil alih fungsi tanah tersebut).

2. Pajak PBB:

Pajak PBB pada rumah atau apartemen sama besarnya, berdasarkan letak lokasi tempat lahan tanah dan bangunan itu berada. Hanya saja, perhitungannya yang berbeda. Jika pada PBB rumah, maka besarnya pajak dihitung dengan menjumlahkan luas tanah dikali NJOP ditambah luas bangunan dikali NJOP. Sedangkan pada PBB apartemen, hanya dihitung berdasarkan luas bangunan dikali NJOP saja.

3. Luas Lahan

Baik rumah maupun apartemen luasnya tergantung kepemilikannya. Ada rumah yang kecil, ada rumah yang besar. Ada apartemen yang kecil, ada juga apartemen yang besar. 

Jika ada yang mengatakan bahwa apartemen itu sempit, mungkin bisa jadi karena yang mengatakan tersebut hanya berpatokan pada hunian apartemen bersubsidi saja. Aslinya, hunian apartemen premium itu ada yang luasnya mencapai 200 meter persegi. Sedangkan rumah, di dekat rumahku ada yang luasnya hanya 2,5 x 2,5 meter persegi saja. Masuk rumah, langsung ruang tamu plus dapur, ada tangga kecil ke lantai atas menuju kamar tidur, tangga kecil lagi ke lantai teratas untuk menjemur dan kamar mandi. Mungil dan sempit sekali. 

4. Bentuk bangunan

Baik rumah maupun apartemen bentuk bangunannya tergantung kepemilikannya. Ada rumah yang bentuk bangunanya standard ada juga yang mewah. Pada apartemen, ada apartemen yang standar minimalis, ada juga apartemen yang mewah.

Keuntungan tinggal di rumah dibanding di apartemen mungkin karena kemampuan rumah untuk bisa ditambah tingkat ketinggian lantainya. Di dekat rumahku, ada rumah yang dulu ketika yang menghuninya masih pasangan suami istri, bentuk rumahnya mungil sekali. Hanya seluas 3 x 6 meter saja. Seiring dengan bertambahnya jumlah keturunan mereka, mulai dari anak, lalu berkembang tanbah cucu, tambah cicit lagi dan semua tinggal di satu rumah ini karena harga rumah memang mahal, maka rumah itu sekarang sudah menjadi rumah mungil dengan bentuk bangunan menjulang ke atas sebanyak 4 lantai. Itu pun sudah mentok. Karena izin dari Pemerintah DKI Jakarta ketika akan mendirikan izin mendirikan bangunan (IMB) hanya memberikan izin untuk direnovasi maksimal sebanyak 4 lantai saja untuk bangunan tempat tinggal. Lebih dari 4 lantai maka diperlakukan sebagai bukan tempat tinggal lagi. 

Apartemen, sejauh yang aku ketahui, hanya bisa di"akali" dengan cara menambah layout desain ruangannya saja. Jadi, ruangan dibagi 2, dimana bagian atas untuk tempat tidur bagian bawah untuk tempat belajar misalnya. Atau bagian atas untuk gudang bagian bawah untuk tempat menonton televisi. Jadi, jika pemiliknya kreatif insya Allah tetap bisa memiliki "lahan" untuk menambah ruangan meski dia saat ini tinggal di apartemen. 

gambar diambil dari http://mydesain-interior.blogspot.co.id/2015/10/tips-dan-trik-cara-menata-kamar-tidur.html


credit gambar: http://infounik.org/cara-kreatif-memaksimalkan-ruang-sempit.html

credit gambar: http://infounik.org/cara-kreatif-memaksimalkan-ruang-sempit.html

5. Fasilitas Umum

Untuk kalangan jet set, pilihan untuk bisa tinggal di rumah sepertinya adalah pilihan. Karena, denagn kemampuan uang mereka yang unlimited, mereka bisa membangun aneka fasilitas umum yang mereka inginkan. Seperti membuat taman dengan air mancur atau gazebo; atau kolam renang pribadi, atau sauna dan spa pribadi, atau sebuah lapangan basket mini.

Ya. Orang kaya alias kaum jet set pasti bisa melakukan itu semua. (baca tulisanku tentang ini di : 25 Ciri orang Kaya part 2 dan 25 Ciri Orang Kaya part 1).

Tapi, mari kita bicara tentang orang kebanyakan.

keunggulan tinggal di apartemen itu adalah: apartemen memiliki aneka fasilitas umum yang bisa dinikmati oleh penghuninya dengan gratis. Seperti kolam renang, taman dan tempat bersantai, arena bermain untuk anak-anak,  GYM, lapangan basket serta fasilitas olahraga lainnya.

Jika tinggal di rumah, maka kita harus mengeluarkan uang untuk bisa menikmati segala fasilitas tersebut. Setidaknya kita harus membayar iuran keanggotaan di sebuah Gym terlebih dahulu.

ini aku, ketika sedang belajar menyelam di kolam renang apartement Signature Park, MT Haryono


Kolam renang apartemen Signature Park yang punya jenis kolam renang biasa dan kolam renang dengan whirlpool air hangat


6. Taman


Ya, tinggal di apartemen bermanfaat bagi mereka yang tidak punya waktu untuk berkebun. Karena, lahan kosong yang disediakan bagi penghuni untuk memelihara tanaman hias hanyalah di teras rumah. Itu pun dengan sebuah peraturan bahwa tanaman tersebut tingginya tidak boleh melebihi 1,5 meter, dan juga tidak boleh terlalu ringan karena dikhawatirkan akan terbang tertiup angin jika diletakkan di balkon lantai atas.

Tapi, jika tetap ingin menikmati taman yang rapi dan indah, penghuni apartemen bisa menikmati taman yang dikelola oleh manajement apartemen. Biasanya, area taman ini luas dan disediakan bangku-bangku untuk bersantai serta gazebo-gazebo kecil untuk berkumpul bersama kerabat sambil menikmati pemandangan.

Tapi, jika kalian gemar berkebun, bercocok tanam, serta memelihara hewan, maka carilah rumah. Di apartemen hal-hal seperti ini akan sangat sulit untuk dilakukan.


7. Keamanan


Nah, khusus untuk keamanan, sepertinya keamanan baik di rumah maupun apartemen memiliki tingkat keamanan yang sama tergantung. 

Di apartemen, biasanya diberlakukan sistem security door. Jadi, dipisahkan antara pintu untuk penghuni apartemen dan pintu untuk umum. Akses lift atau elevatornya juga dibedakan. Khusus elevator untuk penghuni, maka elevator baru akan berfungsi jika sudah mengenali kartu identitas keamanan yang dimiliki oleh penghuni. Belum lagi CCTV yang tersedia di semua lorong. Sehingga jika terjadi sesuatu mudah diselidiki oleh pihak yang berwenang.

Sedangkan di rumah, maka sistem keamanannya tergantung pada Satpam komplek yang menjaga pintu gerbang keluar masuk kompleks. Itu jika kalian tinggal di dalam kompleks. Tapi jika tinggal di hunian perumahan perkampungan biasa, maka penghuni rumah sendirilah yang harus bertanggung jawab untuk keamanaan rumahnya. Jangan lupa keluar masuk rumah pintu dikunci. Dan jika malam hari, ada sistem siskamling yang akan mengontrol keamanaan kampung.



8. Biaya rutin yang harus dikeluarkan



Khusus di apartemen, ada biaya yang rutin harus dianggarkan sebagai pengeluaran rutin apartemen. Yaitu, selain bayar listrik, pam, dan telepon, juga membayar uang parkir gedung (jika punya kendaraan), uang keamanan, service kebersihan, dan pemeliharaan alat, Jadi 3 kegiatan ini umumnya dibandrol jadi satu paket. Umumnya dibayar per-3 bulanan. Tapi, bisa juga dibayar tiap bulan. Tapi jarang sih, lebih seringnya per tiga bulanan. 

Biasanya, tagihan listrik-pam-telepon dimasukkan ke PO Box masing-masing penghuni apartemen. 


9. Jika ada yang datang berkunjung



Nah, jika kebetulan ketempatan arisan bagaimana? Biasanya, penghuni apartemen boleh menggunakan fasilitas umum yang disediakan jika tamunya tidak banyak. Misalnya, ngajakin berenang teman-teman dekat di kolam renang apartemen. Atau ngajak rujakan teman-teman arisan di taman apartemen.

Jika tinggal di rumah, maka otomatis kita bisa gelar karpet untuk para tamu-tamu tersebut.


10. Pemandangan sekitar

Untuk rumah, maka pemandangan yang bisa didapat mungkin tidak banyak ya. Apalagi jika kalian tinggal di tengah perumahan yang padat penduduk.

Tapi untuk apartemen, maka kelebihannya adalah memperoleh pemandangan yang berupa-rupa. Apalagi karena umumnya penghuni apartemen tinggal di lantai atas (karena biasanya 3 lantai pertama di hunian apartemen digunakan untuk restoran dan supermarket). Kita bisa melihat aneka letusan kembang api ketika malam pergantian tahun tanpa terhalang oleh atap rumah; atau melihat pemandangan langit yang spektakuler ketika terjadi pergantian cuaca. Atau bisa melihat kemacetan yang terjadi di ibu kota.


A photo posted by Ade Anita (@adeanita4) on



A video posted by Ade Anita (@adeanita4) on


A photo posted by Ade Anita (@adeanita4) on
Pergantian cuaca yang ekstreem yang aku lihat dari jendela kamar apartemen Signature Park di waktu siang

Jadi, jika kalian gemar dengan suguhan pemandangan indah yang gratis, mungkin tinggal di apartemen bisa jadi pertimbangan.

Demikian tulisanku tentang perbedaan tinggal di apartemen dan rumah. Lebih enak mana menurut kalian?

24 komentar

  1. Kalo aku sih tetep milih rumah.., lebih seneng bikin rumah sendiri juga...

    BalasHapus
  2. Pengin punya dua-duanya, Mbak. #ngayaljadihorangkayah :D

    BalasHapus
  3. Kalau rumah rasa apartemen ada gak ya ? *ehhh

    BalasHapus
  4. aku mau dua-duanya mbak, tapi belum punay apartemennya

    BalasHapus
  5. Mbak Ade sekarang tinggal di apartemen yah?
    Enak kali ya bisa punya dua2nya ... tapiii bayar pajak dll-nya dobel hihihi

    BalasHapus
  6. Pengen banget tinggal di rumah, tapi juga pengen punya keduanya :)

    BalasHapus
  7. Tetep pilih rumah karena emang bisa diekspansi semau kita tinggal liat uangnya saja mbak, hehe. tapi kalo untuk warga metropolitan lebih baik tinggal di apartemen kalii yaa

    BalasHapus
  8. pilih rumah aja mbak, soalnya berasa milik sendiri, kalo misalnya apartemen rubuh nanti bingung membangunnya lagi, kalau rumah bisa membangun sendri hehe

    BalasHapus
  9. Jika uang banyak bisa beli apartment untuk investasi. Kalau uang pas- pasan beli rumah biasa sj.
    Terima kasih pencerahannya.
    Salam hangat dari Jombang.

    BalasHapus
  10. Uwah. 15 juta per meter sekavling udh 450 jt yak

    BalasHapus
  11. Beli di Bogor aja masih 300 jutaan, bonus udara bersih dan sejuk pepohonan.

    BalasHapus
  12. Kalo aku kayaknya enakan pilih tinggal di rumah daripada apartemen.. Alasannya kalau di apartemen kita hidupnya masing-masing..biarpun ada tetangga di sebelah tetapi gak saling mengenal secara personal.. Beda kalo tinggal di rumah kita bisa bermasyarakat dan saling mengenal secara personal..

    BalasHapus
  13. Aku pernah beli apartemen lalu kujual, ngga nyaman kayaknya, sempit dan kesepian

    BalasHapus
  14. Kalo saya lebih suka tinggal di rumah mbak hehe

    BalasHapus
  15. lebih suka rumah,bebas..kl apartemen rasanya kok kayak disekat2 gitu ya...

    BalasHapus
  16. keqnya lebih cocok rumah klo untuk masa kedepannya lebih nyaman


    BalasHapus
  17. Lucu ya kalo bisa mwngakali rumah yg terbatas lahannya seperri gambar di atas, tp saya ga kreatif nih..

    BalasHapus
  18. Kalau Aku pilih rumah masa depan mbak hehehe

    BalasHapus
  19. Mungkin tergentung kebutuhan ya mba, cuma kayanya untuk hunian yang nyaman lebih enak rumah ya mba.
    Apartemen mungkin bisa digunakan sebagai rumah darurat hehehe

    BalasHapus
  20. Aku masih tetap lebih suka rumah mbaaa :). Karena setiap pindah-pindah di luar selalu di apartemen hehehe

    BalasHapus
  21. Entah mengapa saya masih kerasan tinggal dirumah dengan tetangga yang berada di kanan-kiri. Kemudian di depan rumah ada kebun yang dirawat sendiri. Rasanya lebih adem dan tentram, hehe. Tapi artikel Mbak diatas sangat bermanfaat sebagai bahan referensi. Terimakasih :)

    BalasHapus
  22. terima kasih artikelnya sangat bermanfaat

    BalasHapus
  23. Saya lebih cocok beli rumah, karena ketika beli rumah tapak tidak akan dikenakan service charge dan bebas memodifikasi bangunan sendiri, hehe

    BalasHapus