Nostalgia Putih-Abu: Ngumpet di Bawah Meja

[Lifestyle]: Siapa yang pernah ngumpet di bawah meja? Aku pernah. Dan ini adalah bagian dari cerita ketika aku masih  SMA dulu. Setidaknya, aku pernah mengalami kejadian "terpaksa" harus ngumpet di bawah meja.

Aku bersekolah di SMA 8 Jakarta. Kata orang, mereka yang diterima di SMA ini adalah anak-anak yang cerdas-cerdas dan kutu buku. Itu anggapan orang secara umum.

Enaknya, anggapan masyarakat umum kepada anak-anak SMA 8 ini, membuatku dan teman-teman sedikit merasa "aman" ketika berada di jalan (luar rumah). Pernah nih, sedang ada tawuran antar pelajar dulu.. SMA 8 tidak terlibat. Tapi, yang namanya seragam kan sama: putih dan abu-abu. Jadi, suatu hari aku dan beberapa orang teman kebetulan lewat di wilayah dimana sedang terjadi tawuran. Ketika dua kelompok itu saling bertawuran, mereka melakukan sweeping pada semua pelajar yang mengenakan seragam putih abu-abu. Dan ketika mereka melihat badge sekolah yang ditempel di ujung kemeja seragam, reaksi yang muncul adalah:

"Eh. Anak SMA 8, kutu buku. Nggak usah diganggu."

Dan mendengar komentar pelajar yang beringas dan melakukan sweeping ini, masyarakat langsung mendekati kami.

"Dik... sini. Lewat sini saja. Duh, kalian jangan sampai terlibat. Kalian harapan bangsa soalnya. Biar saja yang nakal-nakal berantem, biar cepat habis. Yang baik-baik mending dilindungi."

(loh? apa-apaan ini? ini bukan rasis loh. tapi kenyataannya memang seperti itu. jadi pembiaran yang dilakukan oelh masyarakat terhadap kelompok tawuran pelajar sepertinya memang diniatkan agar "cepat habis". Ah. entahlah. lebih baik tidak usah dibahas disini ya. nanti malah dialah-persepsikan oleh pembaca)

Tapi, meski "tampilan" luar kami tampak seperti anak-anak yang serius, kutu buku, dan menguasai materi debat, sebenarnya anak-anak SMA 8 itu bisa juga melakukan hal-hal konyol. Ini salah satunya:

1. MINTA TOLONG FOTO

Waktu itu, aku dan teman-teman (ber-enam, 3 cewek, 3 cowok), mendapat tugas untuk membuat makalah tentang aneka Museum yang ada di Jakarta, dalam rangka memenuhi tugas Kesenian. Jadilah kami berenam pergi ke Museum Perangko yang ada di TMII, Jakarta. Perangko itu kan, ada seninya loh. Lukisan yang dicetak di setiap perangko itu adalah karya seni yang luar biasa.

Proses wawancara terhadap penanggung-jawab museum Perangko berjalan singkat. Pengumpulan berkas tentang museum juga dilakukan dengan singkat. Alhasil, masih banyak waktu yang tersisa dan hal itu bisa aku dan teman-teman lakukan untuk jalan-jalan seputar Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Dulu, model kamera pocket yang digunakan tidak bisa dipakai untuk selfi seperti kamera digital sekarang (tahun 1987). Dan hasil fotonya juga tidak bisa dilihat langsung. Harus dicuci cetak dulu di studio foto. Dan jaman dulu juga belum ada yang namanya tongkat narsis alias tongsis. Akibatnya, kita tidak bisa foto dengan formasi anggota lengkap. Harus ada anggota yang rela untuk tidak berada di dalam foto karena bertugas untuk mengambil gambar teman-temannya. Lama-lama, akhirnya kami berenam jadi gemas juga.

"Eh.. kita foto berenam yuk. Gimana caranya ya?'
"Hayuuu... tapi gimana caranya?"
"Minta tolong sama siapa gitu?"
"Eh.. gue ada ide."

Akhirnya, kami mulai mencari-cari orang lewat yang sekiranya bisa diminta tolong untuk mengambil gambar kami semua. Tapi, hari kerja, di jam kerja, susah sekali mencari  pelancong yang sedang jalan-jalan di TMII. Kecuali... jika dia turis manca negara. Tapi... apa turis mau dimintai tolong? Lalu, aku pun mulai berteriak ke arah turis bule itu. Teriakan panik sambil melambaikan tangan ke atas.

"TOLONGGGG... TOLONGGG."

Pria bule itu melihat ke arahku sambil tercengang. Segera pria bule itu mendatangiku dengan langkah bergegas dan wajah yang penuh rasa kekhawatiran.

"Whats wrong? whats wrong?"

"Nothing sir. I  just want you to help me.. tolong fotoin dong?"

Pria bule yang semula khawatir langsung bengong melihatku. Lama menatapku dengan wajah bengongnya untuk kemudian tersenyum lebar dan tertawa sambil geleng-geleng kepala. 

"Oke."

Dan akhirnya aku dan teman-teman pun bisa berfoto-ria dengan formasi lengkap. Dan bukan cuma sekali ambil gambar saja, tapi beberapa kali jepret gambar dan berubah-ubah pose serta di beberapa tempat. 
Sungguh pria bule yang baik hati.

Selesai foto-foto, kami berjalan ke arah rumah makan yang ada di dekat pintu masuk TMII. 

"Makan yuk. Lapar nih."

Lalu, setelah melihat-lihat rumah makannya, kami pun masuk ke dalam salah satu rumah makan yang ada disana. Setiap meja di rumah makan tersebut, ditutupi dengan taplak meja yang panjang hingga menjuntai ke menutupi keseluruhan kaki mejanya. 

Kami meminta menu, dan si embak menunggui. Sambil melihat-lihat menu, sebagaimana kami mengingat jumlah isi kantong kami, rasa khawatir mulai datang. Ternyata, harga makanan dan minuman di rumah makan tersebut mahal-mahal sekali. Tapi, bagaimana cara perginya? Seorang teman menulis pesan di kertas pesanan.

"De... suruh si embak pergi gih. Kita mau kabur dari rumah makan ini. Harganya mahal-mahal."

Aku langsung berpikir. Dan dengan hati-hati, aku menanyakan sebuah kombinasi minuman yang tidak ada di daftar menu.

"Mbak, tolong tanyain deh ke dalam Kalau minuman ini dicampur dengan minuman ini, bisa nggak? Terus berapa harganya? Dah gih.. tanya gih."

Si embak mengangguk lalu berjalan masuk ke dalam. Aku dan teman-teman mulai bersiap untuk kabur tapi, ... di pintu masuk sedang ada keramaian. Jadi, jika kabur sekarang pasti ketahuan. Akhirnya.... tiba-tiba seorang teman menarik tanganku ke arah bawah. Mengajakku untuk bersembunyi di bawah meja makan.

Yap. Aku ulangi: meja makan.

Aku segera jongkok dan masuk ke dalam kolong meja makan yang bertaplak meja menjuntai penuh hingga lantai. Di kolong meja, suasana gelap dan desak-desakan.



"Kita mau ngapain?"

Gelap gulita yang terdengar hanya suara bisik-bisik.

"Berapa duit yang ada di dompet lo?"
"Nggak cukup kalo kita harus makan disini."
"Jadi?"
"Kabur aja yuk. Cari tempat makan lain."


Dan benar saja. Tidak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki mendekat. Ternyata si embak yang aku minta pergi untuk bertanya sudah kembali lagi ke meja kami.


Tidak lama, terdengar suara ketukan di atas meja. Sepertinya si embak sedang merapikan meja yang kami tinggalkan. Tapi si embak tidak tahu bahwa kami masih berada di bawah meja.

Lalu, setelah kondisi aman, kami pun kabur ramai-ramai.
Lalu tertawa kegirangan di luar rumah makan setelah jauh dari rumah makan tersebut.

Kalau dipikir-pikir sekarang, kenapa harus ngumpet di bawah meja ya? Toh bisa langsung pergi baik-baik sebenarnya. Tapi, itulah remaja.

2. Si Manis Bermata Elang

Kejadian kedua aku ngumpet di bawah meja adalah ketika aku berada di dalam kelas. Bangku tempatku duduk berada di sisi dekat dinding dengan jendela yang bisa dibuka daunnya dan  menghadap ke lapangan olah raga.

Lewat jendela tersebutlah aku bisa mengamati siapa saja yang sedang berolah raga. Lama-lama, aku jadi hafal kelas berapa yang hari ini giliran berolah raga. Salah satu di antara kelas-kelas yang aku amati itu adalah kelasnya para seniorku yang duduk di kelas 3 SMA.

Ada salah satu senior dimana aku dan teman sebangku sepakat bahwa dia "enak dilihat dan perlu." Kulitnya tidak putih, tapi coklat. Rambutnya lurus dengan model  cepak. Tubuhnya tinggi atletis, Dia jago main basket juga ... punya sepasang mata elang. Bulat dengan pupil berwarna hitam. Benar-benar enak dilihat. Sorot matanya tajam, dan letaknya menjorok ke dalam. Tulang alisnya menonjol dan alisnya tebal. Bola matanya dinaungi oleh sepasang alis yang tebal dan indah, itu sebabnya mirip mata seekor elang.

Ketika giliran kelasnya berolah raga, aku dan teman sebangkuku langsung asyik saja menatap keluar jendela untuk menonton dia. Khusus dia. Bahkan aku dan teman sebangkuku sampai memberi nama khusus pada cowok senior kelas 3 ini: elang. Karena matanya memang tajam, besar, hitam, tapi lembut ketika sedang bicara. Seperti burung elang yang galak ketika berhadapan dengan musuh, tapi lembut dan penuh kasih sayang ketika menyuapi anak-anaknya.

ahhh.. jatuh cinta itu asli bikin orang jadi bisa bikin kiasan yang canggih!

Lama-lama, teman-teman sekelas akhirnya tahu bahwa aku dan teman sebangkuku mengagumi si mata elang ini. Dan entah bagaimana ceritanya, kekaguman kami ini menular ke anak-anak lain. Jadilah anak-anak cewek di kelasku sering berebut untuk melihat ke "elang" ketika kelasnya sedang berolah raga.

Bertumpuk-tumpuk.
Berdesak-desakan.
Karena memang hanya 1 jendela saja yang punya akses untuk melihat ke arah lapangan secara langsung. Jendela lain terhalang oleh tanaman perdu atau tiang.
Karena berdesak-desakan di hari-hari tertentu, akhirnya, kabar bahwa aku dan teman-teman mengagumi "elang" sampai di telinga "elang". Ya, entah bedebah mana yang sudah memberitahu 'elang" bahwa kami mengagumi dia.

Suatu hari, ketika sedang berolah raga, setelah melakukan pemanasan, seseorang tampak mendatangi '"elang" dan berbincang-bincang dengan beliau. Aku dan teman-teman berdesak-desakan menatap "keindahan elang" dari jendela kami. Kami lihat "elang" berjalan sambil berbincang-bincang dengan temannya itu. Berjalan ke arah dinding tempat jendelaku berada. Kami pikir, dia hanya akan ngobrol biasa, jadi, kami tidak menghentikan acara "nonton bareng si idola pamer keringat di lapangan" tersebut.

Kira-kira jaraknya tinggal beberapa meter saja, tiba-tiba, benar-benar tiba-tiba, si elang berlari ke arah jendelaku dengan wajah seperti ingin melakukan "inspeksi mendadak".

WHAT?
Panik? Ya pastilah.
Aku dan teman-teman, tanpa berpikir panjang lagi akhirnya langsung meluncur ke kolong meja belajar kami. Ramai-ramai. Berduyun-duyun. Lalu desak-desakan di kolong meja.
Ish. Bayangin dong, meja panjang yang ada di sekolah lalu dipakai untuk tempat bersembunyi beberapa anak perempuan?
Lalu mulai berdebar menunggu keputusan.

Tidak lama, elang muncul di jendelaku. Suaranya terdengar dari kolong meja tempat kami bersembunyi.
"Eh. Yang duduk disini siapa?"

OMG.
OMG
OMG
 Aku lihat teman-teman cowok kompak mengangkat bahu. Suara ketukan di daun jendela terdengar.

"Ya sudah. Biarin saja deh. Anak kecil paling."

DEG. Kesal banget dengar komen si elang ini. Tapi, kami memutuskan untuk tidak muncul dulu. Jadi meneruskan aksi bersembunyi di bawah kolong meja. Setelah terasa sepi, barulah kami ramai-ramai keluar dari kolong meja.

Ish. Sejak itu, rasa kekagumanku pada "elang" langsung menguap. Tidak lagi suka dengan dia, apalagi setelah mendengar komentarnya. Ih, sok idol banget.  Memangya dia siapa coba sampai melakukan SIDAK seperti tadi?
(#curhatfansyangberbalikjadiantifans).

Nah. itulah kejadian aku ngumpet di bawah meja ketika masih SMA dulu.

================
tulisan ini diikut sertakan dalam GA Nostalgia Putih-Abu

ini foto milik penyelenggara GA, bukan fotoku :p

22 komentar

  1. Nyahahahaa, 2 kali ngumpet di kolong meja ya mba. Ada-ada aja :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya... karena tidak terlupakan itu umpel-umpelan di bawah kolong meja

      Hapus
    2. haha...kejadian yang begitu biasanya ndak terlupakan ya mba Blogging Activity

      Hapus
  2. Balasan
    1. aku juga nyaris lupa... pas liat twitter ada yang share baru inget.

      Hapus
  3. hahah sampe ngumpet dikolong meja, kalau saya blm pernah sampe begitu tapi kalau kabur satu kelas pas gurunya telat si pernah

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku juga pernah kabur satu kelas waktu gurunya gak ada... hahahahha

      Hapus
  4. hahahahha...ya ampunnn ada2 aja,kenangan banget ya mbak^^

    BalasHapus
  5. hyahahahahhaha.... yg paling lucu yg ngumpet di bawah meja restoran :)))))

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya... waktu reuni perak sma, pas mengenang masa ngumpet di bawah meja restoran itu kami ngakak nggak berhenti-henti... kok bisa bloon banget dulu

      Hapus
  6. heheh mbak ade harus ada penjelasan itu foto penyelenggara ya .

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya... harus. Karena fotoku jaman sma dulu gak kayak gitu. Kan tulisan ini juga dibaca sama teman-temanku yang mungkin ada yang dari jaman aku sma.

      Hapus
  7. Kalo aku pas putih abu2 kelasnya selalu di tingkat 3 ..gak bisa lihat cowok2 di luar sana Mba..hehe..

    BalasHapus
  8. Huaaa banyak kenangan lucu ya Mba Ade jaman SMA

    BalasHapus
  9. Xixixi, banyak banget kenangannya :D

    BalasHapus
  10. Loh itu maksudnya teriak "tolong2" biar apa? :D ketawa2 disini aku bacanya mbak :D

    BalasHapus
  11. lucuuuu ajaa kenangannyaaaa :)..seruu ya mba, termasuk waktu minta tolong bule :).

    BalasHapus
  12. Jiaaah... Ngumpet di bawah meja :D Masa SMA memang masa-masa entahlaaah.... Macem2 rasanya :D

    BalasHapus
  13. Hahahha. Mba Ade, hobi ngumpet di kolong meja ya? :P

    Makasih Mb, sdh ikut GA saya ^^

    BalasHapus