Save Hutan, STOP Perluasan Lahan Kelapa Sawit

 [Parenting] Ada yang menarik yang terjadi di jagad twitter pada tanggal 12 november 2020 lalu. Yaitu ketika tagar #savepapuaforest masuk ke dalam trending topic di dunia meski hanya sesaat tapi luar biasa menurutku. Pertanyaannya, siapa saja yang melakukannya hingga bisa menembus trending topic dunia? Nah, ini yang lebih menarik lagi. Mereka bukan buzzer atau siapapun yang dibayar untuk meng-viral-kan sesuatu. Para pelaku yang meng-viral-kan tagar #savePapuaForest ini adalah para anggota fans club Korean Idol. Usia mereka umumnya masih tergolong usia remaja. Wow banget nggak sih. Di luar dugaan siapapun kan. Kenapa mereka? Untuk alasan inilah maka tulisan ini aku masukkan dalam kategori Parenting, selain dalam kategori Lifestyle. 


Kronologi Tagar #Savehutanpapua bisa menjadi trending topic di jagad Twitter

Jumat (13/11/2020) dini hari, jagad media sosial Twitter diramaikan dengan netizen yang membicarakan perihal hutan Papua. Melalui tagar Save Hutan Papua, netizen beramai-ramai menaruh simpati pada warga pedalaman Papua yang kehilangan hutan mereka.
Berdasarkan penelusuran, isu mengenai hutan Papua ini pertama kali diangkat oleh media BBC Indonesia. Dalam laporan investigasinya, mereka melaporkan bahwa perusahaan Korea Selatan, Korindo Group dengan 'sengaja' membakar hutan Papua nyaris seluas ibu kota Korsel, Seoul.


 

 Video di atas adalah video film dokumenter yang disiarkan oleh BBC News Indonesia di channel You Tube BBC News Indonesia.

Spontan, para penonton acara ini tersentak dan sepakat untuk memviralkannya di twitter dengan tagar #savepapua #savehutanpapua #saveforestpapua . 

Lalu, siapa yang tertarik untuk me-retwet dan meng-viral-kannya? Ternyata di luar dugaan, yang tertarik untuk meng -viral-kannya adalah para remaja yang menggemari Korean Idol. 

Pertanyaannya, kok bisa?
Ya bisa. Karena usut punya usut, para remaja penggemar Korean Pop Idol ini, memiliki slogan bahwa "Meski mereka menyukai Idol negara lain, tapi rasa cinta pada tanah air lebih kental lagi." 
Wah. Cakep. 
Aku kok jadi senyum bangga dengan mereka baca ini. 


Gara-gara trending topic ini aku jadi mencari tahu.  Penasaran mengapa para adik-adik remaja generasi Alpha ini bisa peduli terhadap lingkungan hidup. Padahal sehari-hari mereka terlihat bergaul akrab dengan gadget dan berbagai sajian media sosial yang mereka geluti seperti Line, Instagram, You tube, dan twitter. 

Dari rasa kepoku aku baru tahu ternyata, hutan Papua seluas 57 hektar telah diubah menjadi lahan kelapa sawit lewat pemberian penggunaan lahan pada perusahaan asing. Pelakunya, adalah perusahaan asal Korea Selatan, Korindo Group. Tapi, dalam penyelidikan, pihak Korindo menyatakan bahwa mereka tidak membakar hutan itu untuk perluasan dan penggunaan lahan hutan yang dialihkan menjadi lahan kepala sawit tersebut. Pihak Korindo mengaku mereka menggunakan alat berat untuk keperluan itu. Adapun kebakaran hutan dilakukan oleh masyarakat papua sendiri yang tinggal di sekitar perkebunan karena mereka melakukan perburuan tikus tanah. 

Jadi, si tikus tanah yang dikejar-kejar itu, lari dan bersembunyi di sela-sela hutan. Agar mereka keluar dari persembunyian maka dibakarlah hutan. Dengan begitu tikus yang ketakutan mudah ditangkap. 

Hmm... masuk akal nggak kalau perburuan tikus tanah ini bisa seluas 57 hektar?
Kasihan sih penduduk lokal yang polos-polos ini. Sudah tanah adat mereka diambil paksa, mereka lalu dituduh jadi kambing hitam. 

ini salah satu chat di bagian komen channel film pendek tersebut


Itu sebabnya keprihatinan ini mengemukakan dan tercetur ide untuk memviralkan masalah ini. Kebetulan, karena terduga pelakunya adalah perusahaan asal Korea Selatan, maka diajaklah adik-adik penggemar Korean Pop Idol untuk ikut serta memasang tagar #saveforest #savehutan #savepapuaforest #savehutanpapua #savehutanindonesia. 









Mengapa kita harus peduli terhadap penyelamatan hutan?


Ada video lain tentang pembabatan hutan yang bukan hanya menimbulkan kerusakan alam saja, tapi juga menimbulkan permasalah sosial di tengah masyarakat yang tinggal di daerah sekitar hutan. Video ini adalah berikut ini nih, silahkan tonton ya agar kita bisa punya persepsi yang sama tentang apa yang aku sedang tulis ini:


 

 Dari video ini terlihat bahwa, telah terjadi sebuah perilaku arogan dari penguasa terhadap masyarakat kecil yang dianggap tidak punya kekuasaan dan dipandang kecil hingga mereka yang punya kekuasaan bisa melakukan apa saja. Lahan hutan dibeli dengan harga yang murah, dan kesepakatan jual belinya pun dilakukan hanya dengan pihak pejabat terkait saja. Untuk masyarakat sekitar hutan hanya diberikan sebuah pesta rakyat makan-makan dan menari saja, serta pembagian uang ganti rugi secukupnya. Itupun uang yang dibagikan tidak rata dan tidak adil sehingga terjadilah baku hantam berebut uang pembagian jual beli lahan di tengah masyarakat. Akhirnya, konflik antar warga pun terjadilah. Huff. Bingung mau nulis apa lagi. Dan sementara kita, masyarakat Indonesia kebingungan menangani konflik sosial di tengah masyarakat, perkebunan kepala sawit pun berdiri dengan amat luas. Hutan tropis pun hilang dalam sekejap. Berganti dengan perkebunan kelapa sawit.

Yang dibutuhkan dalam hal ini adalah, campur tangan pemerintah untuk mengatasi dengan tegas kasus lingkungan hidup seperti ini. Tidak cukup hanya sekedar meng-viral-kan saja. Tapi juga perlu ketegasan yang jelas. Percuma masyarakat menyuarakan pendapat jika tidak ditanggapi. Percuma masyarakat protes jika pembiaran terus terjadi dimana-mana. 

Meski demikian, kita sebagai orang tua tetap harus menanamkan pada anak-anak kita yang akan menjadi generasi masa depan pemahaman betapa pentingnya sikap dan keberpihakan untuk melindungi hutan dan ekosistem yang melindungi bumi tempat kita hidup ini. Karena, bukan cuma kita saja yang tinggal di muka bumi ini. Dan bukan cuma sekarang saja kita hidup di muka bumi ini. Sesungguhnya, bumi ini akan kita wariskan pada anak cucu kita. Masa iya tega banget kita mewariskan sampah buat anak cucu kita?

 Bagaimana menurut pendapat kalian?

 
sumber foto: chipstory.com

Dan berikut ini adalah link yang bisa kalian baca untuk mengetahui kronologis lebih dalam tentang kasus pembalakan hutan tersebut. https://www.bbc.com/news/world-asia-54798452?utm_campaign=forests&utm_source=t.co&utm_medium=social&utm_content=single-image&utm_term=no Cuplikan berita yang ada di sana (kalau mau tahu lebih lanjut baca di link yang aku kasih ya di atas ya):

"... Mr Kinggo is an elder in the Mandobo tribe. His ancestors have lived off these forests in Papua, Indonesia for centuries. Along with fishing and hunting, the sago starch extracted from palms growing wild here provided the community with their staple food. Their home is among the most biodiverse places on earth, and the rainforest is sacred and essential to the indigenous tribes.

Six years ago, Mr Kinggo was approached by South Korean palm oil giant Korindo, which asked him to help persuade his tribe and 10 other clans to accept just 100,000 rupiah ($8; £6) per hectare in compensation for their land. The company arrived with permits from the government and wanted a "quick transaction" with indigenous landholders, according to Mr Kinggo. And the promise of development was coupled with subtle intimidation, he said.

"The military and police came to my house, saying I had to meet with the company. They said they didn't know what would happen to me if I didn't."

When he did, they made him personal promises as well, he said. As a co-ordinator, he would receive a new house with clean water and a generator, and have his children's school fees paid.

His decision would change his community forever.

 Indonesia is the world's largest exporter of palm oil, and Papua is its newest frontier. The archipelago has experienced one of the fastest rates of deforestation in the world - vast areas of forest have been cleared to make way for row upon row of oil palm tree, growing a product found in everything from shampoo to biscuits. Indonesia's palm oil exports were worth about $19bn (£14bn) last year, according to data from Gapki, the nation's palm oil association.

The rich forests in the remote province of Papua had until recently escaped relatively untouched, but the government is now rapidly opening the area to investors, vowing to bring prosperity to one of the poorest regions in the country. Korindo controls more land in Papua than any other conglomerate. The company has cleared nearly 60,000 hectares of forests inside its government-granted concessions - an area the size of Chicago or Seoul - and the company's vast plantation there is protected by state security forces.

Companies like Korindo have to clear the land in these concessions to allow them to replant new palms. Using fire to do that - the so-called "slash and burn" technique - is illegal in Indonesia due to the air pollution it causes and the high risk blazes will get out of control.

Korindo denies setting fires, saying it follows the law. A 2018 report by the leading global green timber certification body - the Forest Stewardship Council (FSC), of which Korindo is a certificate holder - concluded there was no evidence that illegal and deliberate fires were set by the company.

But according to a new investigation by the Forensic Architecture group at Goldsmiths University in London and Greenpeace International, published in conjunction with the BBC, there is evidence that indicates deliberate burning on the land during the land-clearing period. The investigation found evidence of fires on one of Korindo's concessions over a period of years in patterns consistent with deliberate use.....

" seterusnya baca di link aslinya. Disana ada tertulis proses investigasi hutan untuk mengumpulkan bukti terkait. Seru kok. 

 

Demikian. Semoga bermanfaat. 

Tidak ada komentar