Jodoh Dicari bukan Dinanti

[Pernikahan] Ada yang suka nonton acara Makna dan Peristiwa yang disiarkan oleh TVONE setiap pagikah? Aku agak lumayan sering mengikutinya. Terutama jika kebetulan tema bahasannya menarik. Seperti pagi ini, Selasa, 31 Mei 2016, pukul 09.00. (seharusnya 08.30 sih, tapi tadi kesiangan). Tema pagi ini adalah Jodoh dicari bukan dinanti.

Tema ini terlahir karena maraknya birojodoh online dewasa ini. Mungkin karena saat ini, adalah jaman internet. Nyaris semua orang terhubung dengan internet. Dan rasanya, salah satu benda wajib yang harus ada di tubuh selain pakaian yang dikenakan dan dompet adalah handphone atau gadget. Coba saja kita lihat sekeliling kita. Rata-rata orang-orang melakukan aktivitas yang seragam. Yaitu menunduk untuk mengikuti media interaktif yang hadir di internet di handphone mereka.



Ada 2 bintang tamunya sih, si Baim Wong yang masih single dan ustad Zainal Abidin yang menulis buku Cerdas Memilih Jodoh. Acara seperti biasa dipandu oleh Teuku Wisnu dan ustad Bachtiar Nasir. Okeh. Kita lewatkan bagian yang ini ya. Karena aku tertarik pada bahasan Jodoh Dicari bukan Dinanti.

Dalam sebuah obrolan dengan sebuah group whats app yang aku miliki, salah satu di antara anggota group ada yang belum menikah ceritanya. Dia bertanya, bolehkah kita menentukan kriteria seperti apa jodoh yang kita inginkan.

Beberapa orang, atau mungkin beberapa budaya, mungkin mengatakan bahwa ini bukan sesuatu yang etis jika kita memiliki kriteria tertentu tentang jodoh yang kita inginkan. Tapi, tahukah kalian bahwa sebenarnya, di Islam sendiri, memiliki kriteria ketika menginginkan seorang pasangan itu sesungguhnya bukan sesuatu yang terlarang loh.

Menurut hadist Nabi Muhammad SAW, setidaknya ada 4 kriteria ketika seseorang ingin mencari pendamping hidup.
Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Perempuan dinikahi karena empat faktor. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya dan karena agamanya. Maka menangkanlah wanita yang mempunyai agama, engkau akan beruntung.” (HR Bukhari, Muslim, al-Nasa’i, Abu Dawud Ibn Majah Ahmad ibn Hanbal, dan al-Darimi dalam kitabnya dari sahabat Abu Hurairah ra)
Pertanyaannya, bagaimana sikap kita ketika sehubungan dengan jodoh tersebut?

Jodoh Dicari Bukan Dinanti

Ternyata, sikap kita menghadapi masalah jodoh itu sebaiknya adalah aktif mencari siapa jodoh kita. Jadi bukan pasif menanti jodoh kita.

Yaitu, bisa dengan cara minta dicarikan lewat orang tua, teman, saudara, atau agen jodoh.
Khusus untuk yang lewat agen jodoh, ada lagi beberapa tips yang harus diperhatikan agar usaha bertemu jodoh ini tidak menjadi sebuah kegiatan yang mengarah kepada kegiatan yang malah terlarang dalam Islam (bertentangan dengan syariat Islam).

Beberapa hal dalam usaha mencari jodoh agar tidak bertentangan dengan syariat Islam adalah:

1. Hindari memilih jodoh yang mengandalkan fisik.

Harus diingat, bahwa fisik itu memang penting. Tapi, jika belum apa-apa sudah memaparkan fisik-fisik tertentu dan detil, maka sebaiknya dihindari saja. Karena, bisa jadi si pencari jodoh tersebut ingin melampiaskan nafsunya.

Contoh:
Pasangan yang diinginkan: kulit putih, mata sipit, tinggi 165-170, rambut keriting, tubuh langsing, bentuk organ vital porposional, tidak memiliki bulu yang kasar di permukaan kulitnya.

Tidak ada yang salah kan dengan syarat di atas. Tapi, ketika dipertemukan, lalu ternyata si wanita menggunakan jilbab, si wanita diminta untuk membuka jilbab untuk memastikan apakah rambutnya benar keriting atau tidak. Nah. Ini jelas salah. Atau minta disingkap sedikit betisnya agar terlihat apakah betisnya berbulu halus atau kasar, nah. Ini jelas salah.


2. Pelajari dengan seksama semua informasi tentang si dia.

Jadi, jangan "asal cepet bertemu hayuu aja deh."

Seorang teman, bercerita bahwa dia baru saja menyatakan mundur dari usaha perjodohan yang sudah dijalankannya beberapa kali. Alasannya sepele saja.

"Duh, itu cewek agresif banget. Dia sms gue, pagi-siang-malam. Buat nanya yang buat gue itu annoying banget. Tadi kamu kemana? Kok ditelepon nggak diangkat? Astagahhhh.... baru kenalan aja kok ya kayak satpam benar ya. Gimana kalau dah nikah? Ngeri ah gue. Mundur deh."

"Batal aku ama dia. Pas ketemu, duh. Gimana ya? Dia tuh keringetan, gelisah gitu pas di dekat aku. Jadi, kesannya aku tuh perempuan penggoda banget gitu. Sampai sebegitu berdebarnya dia pas dekat aku. Serem ah. Jangan-jangan dia.... hyperseks gitu lagi nanti setelah nikah. Iihhh.... takut ah."

Itu kisah nyata 2 orang temanku.
Jadi, ada hal-hal yang secara detil harus diperhatikan. Gunanya apa? Untuk menghasilkan rasa kecenderungan di dalam hati. Jika kesan pertama sudah "NO" lebih baik tidak diteruskan sih sepertinya.

Untuk itu, galilah informasi sebanyak mungkin tentang si dia dari orang-orang terdekatnya. Jika belum pernah bertemu secara langsung, jadi nggak kenal siapapun orang terdekatnya. Coba pelajari akun media sosialnya. Semua akun media sosialnya. Jika ternyata dia sama sekali tidak memiliki akun media sosial juga... berarti minta untuk bertemu dan perhatikan hal-hal kecil yang mencurigakan.


3. Perhatikan langkah-langkahnya agar tidak melakukan sesuatu yang melanggar syariat Islam.

Yup. Mencari jodoh itu sebaiknya tidak diarahkan pada kegiatan berpacaran dimana terjadi persentuhan fisik dan melakukan hal-hal yang mendekati zina. Islam dengan tegas melarang hal tersebut.

Aku sendiri, memiliki kriteria tertentu ketika tiba saatnya aku harus menentukan siapa calon suamiku. Aku menulisnya di tulisanku ini nih: When I Met My Husband.



Memiliki kecenderungan hati sebelum memastikan pilihan itu dibolehkan kok di Islam. Yang dilarang itu melakukan sebuah hubungan yang mendekati zina dan bertentangan dengan syariat islam


Tips ketika berta'aruf:


Menurut ustad Zainal Abidin, ketika melakukan ta'aruf itu, ada 3 titik yang harus ditekankan. Ditekan disini maksudnya adalah menjadi fokus perhatian yang sebaiknya dilakukan.


3 fokus atau 3 titik penting dalam ta'aruf itu adalah:

1. Taaruf watak.

Ingat satu hal: watak seseorang itu adalah sesuatu yang 90% akan terus melekat dalam diri orang tersebut seumur hidupnya. Dia akan sulit sekali dihapus atau dihilangkan.

Contoh watak: pemarah, pendendam, posesif atau cemburuan, pelit, boros, dll.

Sebelum melangkah ke jenjang pernikahan, tanyakan pada diri kita sendiri, apakah kita bisa menerima pasangan dengan watak seperti itu menjadi pasangan kita? Kecenderungan hati mungkin saja bisa menipu kita. Karena sudah terlanjur suka dengan wajahnya, atau dengan latar belakang yang dimilikinya, maka kita sering mengabaikan watak calon pasangan kita tersebut.

Kelak, setelah menikah, maka selama 24 jam dialah yang akan kita hadapi dalam kehidupan kita selanjutnya. Nah, apakah kalian bisa mengatasi masalah perbedaan watak yang terlalu mencolok?

Misalnya, kita pada dasarnya memiliki watak pelit. Tapi ternyata pasangan kita memiliki watak boros. Sedikit sedikit beli sesuatu. Nanti jika sudah memiliki, baru dipakai sekali dua kali sudah bosan. Lalu ingin membeli yang lain lagi. Dan terus begitu.
Nah loh.
Gimana kabarnya itu dengan si pelit yang punya pasangan boros dan doyan belanja seperti itu?

Salah satu klienku dulu, seorang perempuan yang punya watak sensitif, lembut dan "rapuh". Setelah menikah, dia baru tahu bahwa ternyata suaminya seorang yang punya watak keras, blak-blakan, kasar dan sering bersuara keras serta  tidak sungkan untuk membentak di depan banyak orang. Akhirnya, klienku pun stress dan merasa tertekan sendiri.
Setiap kali suaminya pulang kantor, dia langsung merasa gemetar duluan. Deg-degan takut ada yang terlihat "tidak sempurna" dan dia nanti kena marah lagi.

Seorang temanku, memiliki watak seorang perencana yang mendekati perfeksionis. Ketika bangun tidur, dia sudah tahu mau apa dan kemana dan jam berapa. Hidupnya teratur sekali. Tidak ada yang namanya hal-hal di luar dugaan dalam setiap langkahnya dan dia tidak menyukai yang namanya kejutan.
Ketika tiba saatnya untuk menikah; dia menolak seorang calon yangmenurut dia memiliki watak yang bertolak belakang dengannya. Yaitu calon yang punya prinsip "biar lambat asal selamat"; "lowes aja bro"; santai, biarkan hidup seperti air yang mengalir.

"Buatku,  prinsip biarkan hidup seperti air yang mengalir itu omong kosong banget. Kenapa? Karena air yang mengalir itu tidak akan pernah bisa menolak ketika bertemu dengan parit yang penuh sampah, kotoran manusia, dan limbah pabrik. Terus airnya tercemar begitu saja. Nggak deh makasih."

Nah. Itulah watak.

2. Ta'aruf akidah dan akhlak.

Memilih pasangan dengan latar belakang akidah dan akhlak yang bagus itu penting.

Mengapa latak belakang akidah dan akhlak itu penting? Karena pernikahan itu memadukan aneka macam perbedaan. Dua keluarga dengan latar belakang budaya yang berbeda, latar belakang pola asuhan yang berbeda, latar belakang pendidikan yang berbeda, latar belakang pemikiran yang berbeda, dan juga latar belakang sifat dan watak yang berbeda. Semua itu, akan bisa diatasi jika masing-masing memiliki akidah dan akhlak yang baik dan selaras.

(oh ya, aku pernah menulis, mengapa alasan suamiku dahulu memilih aku sebagai calon istrinya meski kami sebenarnya memiliki watak yang berbeda. Ada di tulisanku ini nih, Semua Istri baik, hanya saja...  )


3. Ta'aruf fisik.

Nah, poin ke 3 ini diberikan oleh ustad Bachtiar Nasir.
Lihat dulu fisik calon pasangan kita. Meski hanya sebentar. Apalagi sekarang jamannya aplikasi foto untuk mempercantik fisik seseorang secara digital.

Jadi, yang hidungnya pesek jadi mancung. Yang kulitnya hitam jadi putih. Atau yang gemuk jadi kurus. Duh, penipuan media sosial banget deh.
Jangan sampai, setelah menikah dan kita bertemu secara langsung kita baru tahu bahwa ternyata kita telah ditipu secara digital oleh pasangan kita ketika masa perkenalan dan perjodohan.

Karenanya tahapan taaruf yang paling baik adalah menyempurnakannya dengan mencari tahu secara detail tentang calon kita.

Ustad Bachtiar Nasir memberikan tips tentang apa saja yang penting dilakukan ketika sedang mencari jodoh.
Untuk seorang laki-laki, penting untuk melihat latar belakang calon istrinya (siapa keluarganya; bagaimana ayahnya, bagaimana lingkungan rumahnya, bagaimana kesehariannya, dll). Sedangkan untuk perempuan penting untuk melihat kesetaraannya (cara berpikir yang setara, cara menghadapi masalah dan mengambil sikap yang tidak terlalu jauh berbeda alias setara, atau punya latar belakang pendidikan yang setara). Mengapa tips ini menjadi penting? Karena hal ini bisa melahirkan rasa kesyukuran. Rasa kesyukuran inilah yang bisa melanggengkan dan mengharmoniskan sebuah hubungan rumah tangga kelak.

Dan yang harus diyakini itu adalah: ALLAH ITU MAHA ADIL.
Jadi, insya Allah, jodoh sudah dipersiapkan yang sesuai dengan kita. Kita tinggal mencarinya. Tapi bukan menantinya. Usaha... usaha. Jangan pasrah dan diam saja.





19 komentar

  1. aku jg nntn pas bahsan ini, tp nggak full. may jemput jodoh ah

    BalasHapus
  2. Wuaaah, membantu sekali mbak ade. Gak sempet nonton, untung diulas disini. Berarti aku harus udah start mencari nih. wkwkwkw

    BalasHapus
  3. betul ya jodoh itu dicari, ada yang masih berpendapat jodoh kan di tangan Tuhan, pasti dapat sedangkan dianya gak berikhtiar mencarinya.Gimana mau dapat ya mbak??? Ini anak temenku begitu.

    BalasHapus
  4. Beberapa orang Yang saya kenal udah lewat kepala 3 belum menikah, mungkin karena dia hanya yakin jodoh sudah ada yang mengatur, tapi tidak mau usaha menjemput jodoh kali ya. :)

    BalasHapus
  5. Aku juga nonton pas ini...hehe, ada beberapa kasus di sekelilingku yang kisahnya miris dalam pencarian jodohnya. Mungkin ini bisa jadi pertimbangan buat mereka untuk ikhtiar mencari jodoh :)

    BalasHapus
  6. Ga pernah nonton sih, Mba. Tapi aku koq ya merinding bacanya. Baper... Hahahaaa...

    BalasHapus
  7. saya baru tahu ada acara sprti itu di TV One. Ternyata ta'aruf itu ada macamnya ya, jadi gak sekedar ta'aruf begitu saja, ada kriteria2nya

    BalasHapus
  8. Jiah komentar pertama deh pasti kalo tema ini :P
    Sayangnya aku ga nonton, jarang bgt nonton TV sekarang :(

    BalasHapus
  9. aku jadi keingetan waktu mau nikah dulu nih mba hehe..

    BalasHapus
  10. Informasi yang menarik kawan .. di tunggu kunjungan baliknya
    http://obatginjalbocor.9kes.com
    http://obatginjalbocorterampuh.blogspot.com

    BalasHapus
  11. Ya, betul. Jodoh itu harus diikhtiyarkan, termasuk ikhtiyar untuk mencari tahu bagaimana si calon pasangan. Jangan hanya pasrah dengan yang mencarikan. Bagaimanapun, kita yang akan menjalani pernikahan, bukan mereka yang mencarikan.

    Cari tahu tidak dengan pacaran, tentunya dengan jalan yang aman, tidak bertentangan dengan syariat Islam. Salam kenal ya, mbak... :)

    BalasHapus
  12. Cari jodoh itu susah2 gampang ya Mba.. Dalam keseharian kita sering melihat ada yang gampang banget dapat jodoh, sebaliknya ada yang sudah usia dewasa namun belum menemukan jodohnya.. Mungkin jangan terlalu banyak kriteria yang khusus ya agar kita tak terjebak dalam urusan jodoh ini (bagi yg belum dapat jodoh ya).. Dan aku setuju banget bahwasannya jodoh itu kita ikhtiarkan bukan hanya menanti sang pangeran akan datang dengan sendirinya..

    BalasHapus
  13. selalu yakin Allah memang memberikan yang terbaik untuk kita ya mba...banyak sekali hal penting yang dishare di sini

    BalasHapus
  14. Benar Mbak. Jodoh ngga bisa hanya dinanti sih. Kriteria yg disebutkan ya yg harus berdasar sabda Nabi, bukan minta emas kawin 100 karat #eh? Kalau keyakinan saya sih dari dulu, sebetulnya jodoh kita itu sudah ada, hanya tinggal bagaimana kita menemukannya. cie. Haha. Mirip-mirip kisah Nabi Adam yang mencari Siti Hawa. Nah, selama proses mencari itu ya terus meningkatkan diri dan berusaha.

    BalasHapus
  15. jadi salah banget yah Mba Ade kalo kita hanya menanti datangnya jodoh kita? ternyata kita juga harus pro aktif dalam mencari jodoh :)

    BalasHapus
  16. Alhamdulillah sudah bertemu jodoh hihi...kucari dengan doa dan ikhtiar :)

    BalasHapus
  17. Taaruf Watak yang kurang diperhatikan selama ini oh begituuu

    BalasHapus
  18. Mesti tahu calon pasangan dengan cara ta'arufan, bukan dengan pacaran... kalau sudah siap, langsung aja ke pelaminan eaaa...

    BalasHapus
  19. Mesti tahu calon pasangan dengan cara ta'arufan, bukan dengan pacaran... kalau sudah siap, langsung aja ke pelaminan eaaa...

    BalasHapus