Bagaimana agar Investasi menjadi Bagian dari Gaya Hidup?

[Lifestyle]
Kejadian ini sudah lama sekali. Yaitu ketika anak-anakku masih kecil-kecil. Lebih tepatnya beberapa belas tahun yang lalu. Waktu itu, keuangan keluargaku belum sebaik sekarang. Meski demikian, suamiku tetap ingin membuka tabungan pandidikan bagi anak-anak kami. Otomatis, uang pendapatan bulanan menjadi berkurang karena ada uang yang disisihkan untuk asuransi anak-anak kami.

"Bismillah De. Memang terasa berat saat ini, tapi insya Allah nanti di masa depan kita bisa lebih leluasa dan tenang dalam menghadapi masalah keuangan." Aku masih ingat nasehat suamiku ketika itu. Aku mempercayai suamiku. Karena dia yang sudah aku pilih menjadi imam dalam keluargaku. Dan ini ceritaku, bagaimana keluargaku selanjutnya menjadikan investasi menjadi bagian dari gaya hidup kami.



Bagaimana agar Investasi menjadi Bagian dari Gaya Hidup?


Kalian tahu? Sebenarnya, gaya hidup kita dalam keseharian itu amat bersifat fleksibel. Ada uang lebih atau kurang uang, gaya hidup kita dengan cepat bisa menyesuaikan. Dan itulah yang aku alami. Bisa dibilang, berkurangnya pemasukan karena adanya keharusan untuk menyisihkan uang guna keperluan investasi masa depan itu tidak terlalu berpengaruh.

Eh... sebentar. Bohong banget ya jika aku mengatakan tidak berpengaruh apa-apa.
Sebenarnya, berpengaruh sih. Tapi hanya sesaat. Yaitu di pekan pertama ketika menyadari jatah uang berkurang. Tapi setelah itu kami bisa segera melakukan penyesuaian alhamdulillah.

Bagaimana caranya? Yaitu dengan melupakan apa yang sudah dikeluarkan. Jadi, aku dan suami menganggap bahwa rezeki kami adalah yang kami terima saat ini. Dan kami tidak mau membandingkan dengan rezeki dahulu atau rezeki orang lain. Mindset is everything. Sikap mental positif dan optimis adalah segalanya dalam memulai dan menerapkan sebuah gaya hidup tertentu. 

Dengan mengelola sejak awal sikap mental seperti ini, secara tidak langsung selanjutnya kita akan berpikir dan bertindak sesuai dengan sikap mental yang telah kita pilih tersebut. Selanjutnya, kami menjadi terbiasa. Malah aku dan suami lupa bahwa pendapatan kotor penghasilan bulanan kami tidak sesedikit itu sebenarnya. Karena otomatis ketika terima gaji, langsung disetor untuk investasi itu.

Apakah ada penurunan kualitas hidup karena penurunan jumlah pendapatan tersebut? Tergantung dari apa yang dimaksud dengan kualitas hidup yang dimaksud. Jika dibandingkan dengan kualitas hidup orang-orang berada, dimana di atas meja makan mereka harus tersedia setidaknya 3 macam lauk dan 2 buah sayuran serta sekeranjang buah-buahan; otomatis kualitas hidup yang aku jalani menjadi terlihat amat kekurangan. Kami berusaha untuk senantiasa mensyukuri apa yang terhidang di atas meja makan. Entah itu hanya ada 1 macam lauk saja, atau ada lebih dari 3 macam lauk. Jika ada sisa uang kami berlibur ke tempat yang untuk memasukinya harus mengeluarkan uang, tapi jika tidak ada uang kami berlibur ke tempat yang murah atau gratis. Jika ada uang kami sisihkan untuk membeli baju atau sepatu baru, jika tidak ada uang untuk baju atau sepatu baru maka tidak boleh ada kekecewaan.

Bagaimana dengan anak-anak? Apakah mereka protes dengan gaya hidup yang disodorkan oleh orang tuanya? Alhamdulillah tidak. Anak-anak adalah sosok yang sebenarnya mudah diarahkan dan diberi pengertian. Kebahagiaan anak-anak bukan terletak pada lengkapnya seluruh kebutuhan material. Tapi jika melihat kedua orang tuanya senantiasa bahagia dan keluarganya saling sayang menyayangi. Ceria dan tetap berbahagia apapun kondisi yang dihadapi. Itulah yang diinginkan oleh anak-anak.  Kreatifitas justru sering muncul pada situasi kekurangan. Apalagi pada setiap sesuatu, selalu ada penggantinya. Jika tidak bisa membeli sepatu Nike originial yang berharga jutaan, masih ada sepatu Nike KW yang harganya jauh lebih murah. Tidak bisa membeli mainan mahal, maka buat sendiri saja mainannya dengan memanfaatkan barang bekas yang kita miliki. Itu contohnya. Yang penting adalah bahagia dan ikhlas.

Hari terus berganti. Hari  berubah menjadi minggu. Hitungan minggu, menjadi bulan. Lalu tahun-tahun berlalu terlewati. Hingga tidak terasa tiba saatnya putra sulungku lulus dari sekolah menengah atas dan masuk ke perguruan tinggi.

Ternyata, meski diterima di Universitas Negeri, tapi setiap mahasiswa baru tetap dikenakan sejumlah biaya yang tidak sedikit. Alhamdulillah, hal ini tidak sempat membuat aku dan suami pusing tujuh keliling mencari tambahan biaya.

Mengapa? Karena investasi pendidikan yang kami tanam beberapa tahun sebelumnya sudah bisa dicairkan. Dan alhamdulillah investasi pendidikan ini amat sangat membantu kami. Nyata sekali bahwa hasil tidak akan mengkhianati kerja keras yang sudah dilakukan.

Berdasarkan pengalaman ini, aku dan suami akhirnya semakin mantap berpikir bahwa berinvestasi itu amat penting dilakukan oleh semua orang. Dan karena aku dan suami sama-sama berniat untuk senantiasa berada di jalan yang diridhoi Allah dalam Islam, maka kami memilih untuk berpihak pada investasi Syariah.

5 Alasan Mengapa Kita Perlu Berinvestasi 

The best way to predict your future is to create it  (*abraham lincoln)
Yang namanya takdir masa depan itu, memang merupakan rahasia Allah yang tidak akan diketahui oleh semua ummat manusia. Apapun agama dan kepercayaan manusia, bahkan meyakini hal itu. Tapi, bukan berarti hal itu membuat kita menjadi tidak bisa melakukan apapun juga untuk mempersiapkan masa depan kita.

Sebaliknya, kita malah harus mempersiapkannya dengan sebuah perencanaan yang matang. Hal ini termasuk bagian dari usaha kita untuk menghindari takdir yang buruk dan beralih menuju ke takdir yang baik.

Aku dan suami selalu percaya bahwa hasil yang kita raih itu tidak pernah mengkhianati sebuah rangkaian kerja keras yang telah kita upayakan sebelumnya. Jadi, apa yang kita raih saat ini, merupakan hasil dari sebuah kerja keras yang sudah kita lakukan di waktu-waktu terdahulu.

Bagaimana jika hasilnya buruk padahal kita sudah bekerja keras semampu kita? Coba deh, kalau boleh jujur yang sejujur-jujurnya. Introspeksi lagi semua yang sudah dikerjakan dan dilalui. Ada nggak celah dimana kita pernah melakukan kesalahan. Karena celah kesalahan itulah maka hasil yang kita peroleh menjadi buruk.

Aku dan suamiku satu pemikiran dalam hal ini, bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan hambaNya. Dan semua yang diberikan oleh Allah dalam berbagai bentuknya pada kita, adalah yang terbaik bagi kita. Itu pasti. Dan semua kesalahan atau keburukan itu berasal dari ulah kita sendiri.

Bisa jadi, saat ini kita bisa dibilang cukup berharta. Lalu memilih untuk menyimpan uang tersebut dalam bentuk celengan di rumah karena tidak percaya pada sistem menabung di Bank. Taruh contoh, kita menganggarkan uang Rp50.000.000 untuk mengawinkan anak perempuan yang kita miliki 15 tahun lagi dari sekarang. Nilai lima puluh juta sekarang itu memang terlihat besar nilainya. Tapi, dunia terus berkembang. Terjadi penyesuaian sehubungan dengan perkembangan di dalam masyarakat, perekonomian global yang berubah terus, sumber daya alam yang terus berkurang, dan sebagainya hingga terjadi inflasi (yaitu proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi). Akibatnya, nilai uang lima puluh juta sekarang, bisa jadi menjadi amat kurang nilainya ketika akan digunakan 15 tahun lagi.

Cara bijak untuk mengamankan dan mengembangkan kekayaan yang kita miliki saat ini menurut kami adalah dengan menginsvestasikannya. 

Dengan berinvestasi, maka perputaran harta yang kita miliki insya Allah tidak akan tergerus oleh kebutuhan mendesak yang senantiasa hadir setiap tahun tanpa bisa diduga. Tiba-tiba atap  rumah bocor, tiba-tiba harus ada yang masuk rumah sakit jadi perlu biaya tambahan, tiba-tiba ada orang yang harus ditolong, dan sebagainya. 

Kami pernah mengalami hal-hal di atas. Tiba-tiba ada kebutuhan mendesak keuangan. Di satu sisi, kami ingat bahwa kami punya tabungan deposito di bank syariah. Tapi, di sisi lain, ada keinginan untuk tidak mengingat tabungan deposito tersebut. Akhirnya, kami berusaha dulu semaksimal mungkin untuk mencari jalan lain. Dengan usaha, dengan bekerja, hingga tidak perlu mencairkan tabungan deposito tersebut. Itu sebabnya tabungan deposito tersebut tetap aman di bank. Mungkin, hal ini akan berbeda jika yang kami ingat adalah, ada uang di bawah pakaian di lemari. Kemudahan untuk mengambilnya, bisa jadi akan membuat tabungan uang yang disimpan di bawah pakaian tersebut menjadi terpakai. Akibatnya, tanpa terasa jumlahnya akan berkurang.

Dan lebih dari itu, investasi juga berfungsi untuk mempersiapkan masa-masa pensiun kelak. Yaitu masa dimana tubuh tua yang kita miliki, memungkinkan kita untuk tidak bisa bekerja sebaik ketika usia masih lebih muda.  Itulah alasan mengapa kita perlu berinvestasi. 



Demikian juga dengan perencanaan keuangan untuk masa depan. Ada hal sepele yang sebaiknya dilakukan menurut kami. Dan itu harus dalam bentuk investasi syariah.

Mengapa harus dalam bentuk Investasi Syariah? 

Mengapa harus investasi syariah? Karena investasi syariah insya Allah akan membuat kita lebih tenang dalam berinvestasi karena terjamin kehalalannya. Juga karena investasi syariah terbebas dari kegiatan Riba. Itu alasan utama aku dan suamiku berkomitment untuk berpihak pada investasi syariah. Alasan lain selain alasan utama adalah, ternyata investasi syariah itu menjauhkan penggunanya dari kerugian yang menyengsarakan. Selain itu, trend yang terjadi di Indonesia saat ini adalah, investasi syariah ternyata lebih tahan guncangan ketimbang investasi konvensional.

Ada alasan mengapa investasi syariah ternyata lebih tahan guncangan ketimbang investasi konvensional. Yaitu, karena investasi syariah lebih selektif ketika memilih untuk menanamkan modal pada sebuah lembaga profit. Ada syarat-syarat dan pengawasan yang dilakukan sehingga kontrol dan kendali mutu senantiasa berjalan dengan baik.

Saat ini, aku menanamkan sedikit dana di reksadana syariah. Setiap bulan, mereka melaporkan perkembangan dana yang aku miliki. Ketika baru memulai penanaman dana tersebut pun, aku bisa melihat transparansi kemana saja dana yang tersimpan di reksadana syariah tersebut akan disalurkan. Dan aku lihat ternyata dana tersebut disalurkan pada lembaga-lembaga yang cukup representatif dan bukan abal-abal.

Selain menaruh dana di reksadana syariah, aku dan suami juga memiliki tabungan deposito syariah. Inipun cukup transparant dan cukup menguntungkan karena bagi hasil yang diberikan cukup adil.



Rencana #10TahunLagi  Apa Saja?

10 Tahun yang lalu, aku dan suami berani mengambil langkah untuk menanam investasi pendidikan bagi anak-anak kami. Mimpi kami adalah bisa membiayai pendidikan sekolah anak-anak setinggi yang mereka inginkan. Dan alhamdulillah hal itu berbuah manis ketika anak sudah besar dan ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sekarang, investasi pendidikan bagi anak yang masih bersekolah masih terus berjalan. Demikian juga dengan investasi untuk masa pensiun kelak.

Sekarang, usiaku 46 tahun dan suami 52 tahun. 10 tahun lagi  dari sekarang berarti usiaku 56 tahun dan suami 62 tahun. Mimpi 10 tahun silam sudah terwujud alhamdulillah. Jika mimpi sudah terwujud, maka itu berarti saatnya untuk membuat mimpi baru. Aku membuat bucket list mimpiku  #10tahunlagi.
Beberapa gambaran kejadian yang akan terjadi 10 tahun lagi kurang lebih adalah:

- Insya Allah akan menikahkan anak perempuan kami. 

Kata orang, menikahkan anak perempuan itu lebih repot dan lebih memakan biaya ketimbang menikahkan anak lelaki. Budaya di Indonesia memang demikian kebanyakan. Syukuran resepsi pernikahan diselenggarakan oleh pihak mempelai perempuan. Hal ini tentu membuat kami harus mempersiapkan biaya untuk mengadakan itu.

- Insya Allah akan Renovasi rumah.

Rumah yang kita bangun itu pasti akan mengalami penyusutan kualitas bangunan. 10 tahun lagi, mungkin harus tambah kamar karena ada cucu yang akan datang menginap. Atau ada tiang yang harus diganti karena sudah lapuk. Ada perabot yang harus diganti karena sudah ketinggalan jaman. Hehehe... yang terakhir ini, berdasarkan pengalaman. Dulu, aku amat senang dengan video player betamax-ku karena hobbiku menonton drama berseri dari Asia. Tapi, ternyata tidak bisa bertahan dengan keberadaan video player betamax tersebut. Karena perubahan jaman membuat tidak ada lagi orang yang menjual kaset betamax. hahahaha. Jadi otomatis harus membeli DVD player agar bisa tetap menonton drama Asia.

- Insya Allah bisa Umroh bersama dengan anak dan cucu

Anak-anak sudah ada yang besar 10 tahun lagi. Sudah bekerja insya Allah. Aku dan suami sejak dulu senang melakukan traveling sekeluarga untukmengisi liburan. 10 tahun lagi, sepertinya seru jika bisa melakukan traveling Umroh lengkap dengan anak dan cucu. Jangan-jangan satu rombongan kloter isinya hanya keluargaku saja. Hahahah... aamiin.

- Insya Allah melakukan traveling berdua saja dengan suami

Ini impianku. Setelah melepas anak-anak hingga pendidikan terakhir dan melepas mereka berumah tangga nanti, tinggallah aku dan suami saja berdua. Untuk jalan berdua ke bioskop atau ke mall, mungkin sudah tidak se-"romantis ideal" seperti pasangan muda lainnya. Karena kami berdua sudah sama-sama tua, hingga masa "bermesraan berdua" kami mungkin akan lebih bermakna jika diisi dengan kegiatan tadabbur alam dengan melakukan traveling berdua saja. Mensyukuri dan mengagumi ciptaan Allah, berdua saja dengan suami. Belajar lagi tentang kebesaran dan keagungan Sang Maha Pencipta berdua saja. Mengunjungi masjid di berbagai kota dan negara, belajar lagi tentang hikmah Islam dan Iman dari beragam nara sumber dari berbagai penjuru dunia.
Ah. Impianku.

- Insya Allah ingin bisa berwakaf produktif yang memiliki nilai pahala ibadah.

Yang terakhir ini, lebih karena kesadaran bahwa kita harus mempersiapkan tabungan pahala untuk kehidupan akherat nanti.

Tahukah kalian, bahwa sekarang, bahkan ada yang namanya wakaf produktif yang diadakan oleh badan infaq-sedekah-zakat-wakaf berkerja sama dengan lembaga keuangan syariah.

Aku dan suami menanam wakaf produktif pada perkebunan. Kelak, hasil perkebunan tersebut akan digunakan untuk membiayai kegiatan pengembangan Islam dan penyantunan mereka yang berhak menerima zakat.

Penjelasannya sederhana saja. Jika kita memberi sedekah sebesar Rp100.000 pada seorang anak yatim saat ini misalnya. Maka, uang tersebut akan dibelikan makanan, pakaian dan mungkin buku oleh anak tersebut. Setelah uang itu habis, selesai sudah. Tentu saja uang yang terpakai sudah tercatat sebagai bagian dari pahala ibadah kita insya Allah. Tapi sudah selesai sampai disitu saja.

Pada wakaf produktif, misalnya pada perkebunan, maka setiap kali perkebunan itu berbuah dan menghasilkan, maka hasilnya otomatis akan langsung disalurkan. Dan ini tidak perlu menunggu kita punya uang. Bahkan, tidak tergantung apakah kita masih hidup atau tidak. Bisa jadi, usia perkebunan itu lebih panjang usianya daripada usia kita di muka bumi ini. Tapi, insya Allah tetap bisa menghasilkan dan memberi manfaat pada pengembangan Islam dan orang lain melampaui usia kita. Meski kita sudah meninggal dunia, hasil perkebunan ini akan terus menuai hasil. Itu penjelasan sekilas tentang wakaf produktif yang aku dan suami jalani.


Untuk mewujudkan semua bucket list perwujudan impian #10tahunlagi itu, tentu saja memerlukan biaya yang tidak sedikit. Dan tidak sedikit itu berarti harus dipersiapkan sejak sekarang. Pilihan yang hadir adalah: investasi syariah sejak sekarang. Tidak bisa tidak: harus.

Tapi, bukan berarti bahwa pilihan berinvestasi syariah itu harus dilakukan dengan bantuan lembaga keuangan syariah saja.

Tidak. Investasi syariah bisa dalam bentuk: pembelian logam mulia, dinar emas/perak serta kepemilikan properti. Tapi yang terakhir ini (kepemilikan properti) amat tergantung pada lokasi jangan lupa.
Lalu, selain dalam bentuk deposito, bisa juga dalam bentuk reksadana syariah, dan saham syariah. Semua bisa dilihat di Pasar Modal SyariahYang harus diingat adalah, harus benar-benar mempelajarinya dengan seksama.

Jika kalian ingin memulai rencana untuk berinvestasi syariah guna rencana #10tahunlagi, maka ini do dan don't yang harus dilakukan. 






Ya. Keberhati-hatian di jaman sekarang harus terus dilakukan. Apalagi, karena trend sesuatu yang bernama "syariah" sedang naik daun, maka mulai bermunculan lembaga keuangan abal-abal yang mengklaim dirinya sebagai lembaga keuangan syariah. Untuk kepastian apakah mereka abal-abal atau tidak, cara yang aku lakukan adalah selalu mengecek keberadaan mereka apakah tercatat di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Apa itu OJK? 
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga Negara yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan baik di sektor perbankan, pasar modal, dan sektor jasa keuangan non-bank seperti Asuransi, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya.

Secara lebih lengkap, OJK adalah lembaga independen dan bebas dari campur tangan pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 21 tersebut.

Tugas pengawasan industri keuangan non-bank dan pasar modal secara resmi beralih dari Kementerian Keuangan dan Bapepam-LK ke OJK pada 31 Desember 2012. Sedangkan pengawasan di sektor perbankan beralih ke OJK pada 31 Desember 2013 dan Lembaga Keuangan Mikro pada 2015.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang OJK, Pasar Modal Syariah dan Keuangan Syariah, bisa mengunjungi http//akucintakeuangansyariah.com.



---------------------
Tulisan ini diikut sertakan dalam lomba blog paparkan rencana #10tahunlagi yang diadakan oleh Aku cinta keuangan syariah.


24 komentar

  1. Waah rencana Mbak Ade ke depan sangat matang dan sudah dipersiapkan jauh hari sebelummnya termasuk pendidikan anak-anak. Setuju Mbak Ade...semoga bisa mencontoh Mbak Ade yaa...
    Btw baru tau juga nih ada wakaf perkebunan. Thx sharingnya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Iya sekarang ada wakaf produktif. Coba datangi gerai wakaf produktif yg biasanya ada di gerai bazis utk keterangan lebih lanjut

      Hapus
  2. Tulisan mbak Ade semakin menguatkan niat kami untuk berinvestasi sebagai bekal anak-anak kuliah. Kemarin baru membahas investasi ini secara serius dengan suami. Memang penting banget, karena 10 tahun dari sekarang anak pertama insyaAllah masuk perguruan tinggi.
    jazakumullah sharingnya ya mbak. Semoga impian mbak Ade 10 tahun lagi bisa terlaksana.

    BalasHapus
  3. aku juga kepikiran ng nih untuk menikahkan anak perempuan. tapi janagn lupa mbak Ade kalau anak laki2 kita mau menikah juga berdasarkan pengalaman temanku suka dimintain uang dg jumlah yang kadang diluar kemmpuan kita, tetanggaku akhirnya memutuskan gak jadi karena pihak perempuan minta uang 100 juta sedangkan dia gak mampus segitu. Aduh mbak aku juga jadi deg2an

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi anak laki2 itu bentuknya duit grandblock aja. Nah..nikahin anak perempuan bukan cuma duit tapi pritilan kecil tapi banyak itu yg bikin kita harus sedia duit. Nabung deh nabung

      Hapus
  4. Ah iya nih, aku pernah baca tentang wakaf perkebunan. Jadi pengen ikutan juga, sedekah tapi tanpa merasa mengeluarkan uang karena sudah di awal gabung sedekahnya ya.

    Nah, soal investasi untuk masa depan, aku dan suami juga pengen banget bisa umroh sekeluarga. Kangen pengen ke Baitullah lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener. Kayaknya seru aja bisa sekeluarga besar umroh bareng.

      Hapus
  5. mb Ade aku dan suamijuga kepikiran investasi u wakaf produktif, bismillah semoga terwujud ya. aamin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya..itu hitungannya satu pohon kok jadi kita bisa memulai dari sedikit

      Hapus
  6. Mak Adeee, aku suka tulisannya. Memang investasi itu harus jauh-jauh hari, dikata duit kita download kali yaa bisa dadakan hahaha .. Aku juga sudah mulai belajar investasi emas dan reksadana, semoga jadi berkat ya ^^

    BalasHapus
  7. ya Allah, baca artikel mbak Ade bikin cekat cekot,investasi blm terlalu kami lakukan dgn konsisten, pdhl kalo dipikir2 10th itu gak lama ya, duuh blm ngapa-ngapain buat masa depan :(

    BalasHapus
  8. 10 tahun itu terasa cepat ya mba Ade. Investasi memang penting untuk dilakukan. Dan investasi syariah yang terbai ya mba :)

    BalasHapus
  9. Banyak sekali rencana yang ingin saya wujudkan di 10 tahun mendatang juga mbak, dan terimakasih tulisan ini membuat saya semakin yakin akan berinvestasi

    BalasHapus
  10. kalo orang tua aku dulu investasi buat nikahan aku pasti sekarang udah kaya banget kali ya, udah kelewat 20 taun blom dipake2 pasti keuntungan investasinya berlipat-lipat ganda bwahahahaa

    BalasHapus
  11. mudah2an semua rencana2nya terwujud ya mba ade, amin :)

    BalasHapus
  12. Semoga terwujud rencana2nya Mbak Ade. Pingin banget investasi buat naik haji.

    BalasHapus
  13. jadi mikir nih mbak ade, saya bikin investasinya masih di bank konvensional, soalnya taunya produk2 tersebut saja

    BalasHapus
  14. Masya Allah manajemen keuangan keluarga mbak Ade terencana sekali ya. Kalo aku baru sebatas menabung reksadana untuk persiapan sekolah anak-anak saja. Semoga bisa meniru :)

    BalasHapus
  15. Investasi memang penting banget yah Mba Ade, yang saya lakukan baru menabung di tabungan berjangka ajah dan belum kepikiran buat investasi. Sepertinya setelah membaca tulisan ini pikiran saya jadi terbuka untuk berinvestasi

    BalasHapus
  16. oh ada ya wakaf perkebunan? :D

    BalasHapus
  17. sebenrnya aku dan suami itu bukan tipe yg bisa nabung :D.. pdhl kita berdua sama2 kerja di bank.. tp mungkin krn krja di bank itu juga, lama2 kita sadarsih mbak, investasi itu penting bgt.. makanya kita sisihin secara paksa dr gaji utk investasi dulu, bekal tabungan bgt ini... baru deh sisa uang dipakai utk yg lain2nya.. kita sengaja juga pilih investasi yg jk pjg, kyk reksadana dan asuransi utk proteksi anak2.. memang sih aku blm coba yg syariah, tp ntr deh, kalo ada rezeki lagi, dibeliin utk investasi yg syariah ;)

    BalasHapus
  18. Rencana untuk masa depan sering di-KO oleh inflasi, ya. Hahah...pernah mengalami, soalnya. Untung sekarang udah tau kalo menabung itu berbeda dengan investasi :)

    BalasHapus