[Lifestyle] Ada 3 (tiga) jenis buah yang sepertinya nyaris selalu tersedia di rumahku sepanjang setahun pandemi covid 19 di Indonesia. Yaitu, Pisang, Jeruk dan Apel. Tentu saja ada pertimbangan tertentu mengapa 3 jenis buah tersebut kami pilih untuk hadir di atas meja makan rumahku.
proudly announce: gambarnya aku buat sendiri loh (nyengir salting pas ngasi tahu ini) |
Alasannya mengapa memilih ke 3 jenis buah tersebut:
1. Karena kandungan gizinya.
Aku menulis tentang hal ini di tulisanku yang lain di blog ini. Kalian bisa membacanya di:
33 Makanan Yang Mengandung Tinggi Kalium2. Karena enak dimakan secara individu maupun berkelompok sekeluarga. Karena tiap orang bisa menggenggam sendiri buah pilihannya, mengudapnya sendiri-sendiri dan jika ingin berbagi mudah dipotongnya. Bahkan ketika bosan memakan mentah ke 3 jenis buah ini, maka variasi pengolahan menjadi kudapan banyak sekali. Bisa dibuat salad, goreng tepung, jus, infuse water. Jadi, stok ke 3 buah ini di rumah tidak ada ruginya.
3. Tidak bikin becek atau kotor lingkungan sekitar buah tersebut dikudap. Ya, karena kulitnya tidak perlu dikupas dengan alat (pisau/gunting/garpu), tidak memerlukan alas makan (piring atau mangkuk), dan kulitnya bisa dihimpun dengan mudah dengan minor efek mengotori alas tempat dia dihimpun.
Tapi, berbeda dengan buah Pisang dan Apel yang cepat sekali mengalami reaksi oksidasi pada sisa ampas yang tidak bisa dimakannya (kulit dan bagian dalam buah apel tempat biji apel berada), maka jeruk tidak terlalu cepat mengalami peristiwa oksidasinya.
ini koleksi jeruk di rumahku |
ini dia tempat menampung sampah kulit jeruk yang dibuat dari potongan botol aqua 1,5 liter |
sampah kulit jeruk |
jadi, sampah kulit jeruknya dicabik cabik terlebih dahulu, baru kemudian cabikan kulitnya dimasukkan dalam botol bekas yang sudah dipotong hingga jadi wadah |
Awalnya, aku melakukannya tidak serius. Lebih karena pikiran, "sayang ah, mending dijadiin pupuk.". Tapi, ternyata setelah disebar di atas tanah, lalu tanahnya dibalik. beberapa saat kemudian ketika tanah ini kita balik lagi, tanahnya sudah jadi harus jeruk dan gembur sekali. Masya Allah. Senangnya, tanah merah yang semula sedikit keras jika kita telat menyiram (misalnya lupa hari ini nggak nyiram tanaman) maka tanah merahnya tidak mengeras. Tapi tetap gembur dengan warna coklat tua yang gelap. Dan konturnya jadi subur sekali, alhamdulillah.
Wah baru tahu tentang ini bisa banget dicoba sampah kulit jeruk ini setahuku juga karena jeruk bersifat asam kuat dan tanah basa, jadi saat kulit jeruk mengenai tanah tanahnya jadi gembur. Mantul, nih idenya.
BalasHapusnah, aku malah nggak tahu alasan ilmiahnya... makasih ya informasinya. Manfaat buatku
HapusAda eksperimen baru, nih, Mbak. Wah bisa banget dicoba daripada sampah menumpuk saja lebih baik dimanfaatkan
BalasHapusSelain daun dan kotoran hewan ternak bisa juga memanfaatkan kulit jeruk untuk kompos, nih, lebih mudah dan efektif, ya, Mbak.
BalasHapus