[Lifestyle] Setiap kali aku ngobrol dengan anak-anakku, selalu terselip sebuah kalimat yang aku dan anak-anak serta suami rasakan bersama sepanjang setahun lebih pandemi covid 19 berlangsung: kami kangen liburan.
Itu sebabnya ketika tema challenge menulis hari ini keluar aku langsung tahu apa yang aku rindukan: liburan.
Eh... sebenarnya, aku kangen juga sih dengan ayahku allahuyarham. Bisa jadi karena selama pandemi akibat virus covid 19 ini, yang membuat kita semua menjalani kehidupan normal versi baru (penyesuaian) yang salah satunya adalah #dirumahsaja; aku banyak menonton drama China kerajaan.
Aku ingat, dulu sebelum menikah, aku dan ayah selalu bertahan berdua mengikuti drama silat china yang jaman dulu serinya berlangsung hingga puluhan bahkan ratusan episode.
Nah, selama menuruti himbauan untuk #dirumahsaja, aku langganan channel televisi berbayar Iflix dan Netflix. Koleksi drama china jaman kerajaan yang ada bumbu-bumbu martial art nya, aku rajin menontonnya.
Sepertinya, aku mulai jenuh dengan drama korea. Ceritanya makin lama makin mirip-mirip. Sekarang aku nonton drama korea hanya memilih untuk menonton yang ceritanya seputar ditektif, horor, komedi saja. Berhenti menonton drama romance. Juga menolak untuk menonton drama korea kerajaan. Kenapa? Karena, entah mengapa drama korea kerajaan kok sering berakhir sedih. Mati diracun, mati kesepian, atau hidup tapi diasingkan. Ah. Sebel. Bikin gemas dan sesak. Jadi aku berhenti menonton drama korea kerajaan.
Dan.... aku CLBK dengan drama china lagi, terutama yang tema jaman kerajaan china. Baik itu kerajaan China dalam khayalan maupun kerajaan China yang sesuai dengan kenyataan.
Aku pernah baca novel tentang kerajaan China yang berdasarkan kisah sejarah. Lupa judul dan penulisnya siapa tapi masih ingat dengan wawancara penulisnya dengan Oprah Whinfrey karena novel dia mendapat banyak penghargaan. Penulis bercerita bahwa dia sebenarnya kesulitan untuk menulis sejarah China berdasarkan kejadian sebenarnya. Hal ini karena pemerintah China melarang siapapun yang ingin menulis kisah berdasarkan sejarah China dengan akhir yang sad ending. Jadi, harus happy ending dalam arti happy ending itu ditujukan pada negara Chinanya. Jadi, jika mau nulis sad ending, ya sad endingnya ditujukan untuk pihak pemberontak, atau pihak lawan, atau tokoh khayalan yang tidak pernah ditulis dalam sejarah, atau siapapun deh yang penting bukan ditujukan untuk pemerintah dan negara China.
Ide kebijakan China ini bagus sih menurutku. Karena dengan begitu, bisa membangkitkan nasionalisme rakyatnya mungkin ya. Bahwa negara mereka adalah negara yang tidak terkalahkan. Dan buatku, aku senang karena tahu ending dari semua drama bertema kerajaan China yang aku tonton, insya Allah endingnya bakalan happy ending.
Setidaknya, tidak sefrustasi ketika kita menonton drama jaman kerajaan Korea. Aku termasuk orang yang tidak suka sad ending. Mending open ending deh daripada sad ending. Tapi lebih suka happy ending.
Nahh..... gara-gara kebanyakan nonton drama kerajaan China ini aku jadi kangen ayahku.
"Seandainya ayah masih hidup, mungkin aku akan menyisihkan uang belanja agar ayah bisa langganan Netflix dan Iflix agar bisa nonton koleksi drama kerajaan China yang kedua channel televisi berbayar ini miliki. Lalu ketika aku dan ayah bertemu, kami bisa ngobrol banyak ngomongin drama yang kami tonton."
Tapi, selama setahun pandemi akibat virus covid 19, ternyata rasa kangen dengan ayah allahuyarham, kalah dengan rasa kangen untuk bisa liburan.
Ya Allah... aku beneran kangen untuk bisa liburan lagi. Kemarin lihat video yang dishare di grup whatsapp, aku senyum sekaligus ngerti banget bahwa ternyata aku tidak sendiri.
Wah mantul banget tantangan kayak gini seru, lho apalagi tiap hari temanya berbeda sering lewat sih di instagram. Kalau ditanya soal kangen sejak pandemi seperti ini banyak yang dikangenin :)
BalasHapusmalam bun, kalau pandemi ini bisa ditangani dengan baik. main-main ke belitung ya bun, sama keluarga na :)
BalasHapus