[Lifestyle] 4 hari setelah Gubernur DKI Jakarta, Anis Baswedan mengumumkan bahwa kota Jakarta berencana akan memberlakukan karantina wilayah mulai tanggal 10 April 2020, yaitu di tanggal 20 maret 2020; putra sulungku dan istrinya memberitahu bahwa mereka ternyata herus berangkat ke Jepang. Aku dan suami sempat bengong dan deg.... khawatir. Saat itu, Jepang sudah mulai dinyatakan sebagai zona merah berkembangnya virus corona karena banyaknya orang di Jepang yang tertular virus corona.
"Yaaaa..... tapi kita mulai tanggal 16 Maret mulai diberlakukan pengurangan alat transportasi. dan sekolah diliburkan serta tempat bekerja juga dihimbau untuk merumahkan karyawanannya loh. Terus, kamu malah mau pergi sementara kita semua dihimbau untuk di rumah saja? Nggak apa-apa tuh?" tanyaku.
Asli deh aku tuh deg-degan. Suamiku sepemikiran denganku.
"Nggak bisa dicancel atau dialihkan ya nak keberangkatanmu?" kami masih mencoba untuk membujuk agar anak dan menantuku membatalkan keberangkatannya.
"Susah Yah. Karena memang tidak bisa dicancel atau dialihkan atau diganti uang. Acara ini sudah dirancang cukup lama soalnya, tahun lalu dan itu pun bulan September 2019. Waktu itu tidak ada wabah apapun dimana-mana. Siapa nyangka ternyata tahun ini ada wabah corona. Jadi, acaranya tidak bisa dicancel."
Akhirnya, dengan berat hati aku dan suami melepas anak dan menantuku pergi. Itu pun dengan wanti-wanti yang banyak banget.
"Bawa masker, pakai masker selalu ya. Jaga jarak. Jangan makan sembarangan. Rajin cuci tangan."
Ah. Entahlah. Sulit dikatakan dengan kata-kata bagaimana kekhawatiran kami saat itu.
"Sudah, De. Jangan terlalu khawatir, nanti rasa khawatir bisa jadi prasangka di pikiran kita. Prasangka itu bisa berubah jadi doa tersendiri jika terlalu lama bercokol di dalam pikiran. Duh, Naudzubillah min dzaliik." aku mencoba untuk berdialog dengan diriku sendiri. Sebagai seorang ibu, dan anak laki-lakinya hanya punya seorang saja, rasa khawatir benar-benar tidak terbendung di dalam hatiku.
Kebetulan, saat itu aku dan suami termasuk orang yang senang melihat video tentang kehidupan di Jepang karena suamiku memang pernah tinggal di Jepang dalam rangka penelitiannya selama beberapa bulan disana. Jadi, untuk mengenang jejak-jejak kenangan tempat di Jepang, suami memutarkan video tentang kehidupan sehari-hari di Jepang padaku sambil bercerita banyak hal.
Ini dia channel yang sering suami dan aku tonton di rumah. Dan ternyata, juga ditonton oleh anak dan menantuku di kamar mereka setelah tahun lalu mereka membeli tiket untuk pergi ke Jepang.
Di rangkaian video Only in Japan itu, you tubernya, si Dalton, tuh memberi saran bahwa saat itu bukan saat yang tepat untuk pergi ke Jepang meski saat itu bunga-bunga Sakura sudah mulai akan berbunga dengan indah. Hal ini karena alasan penyebaran virus corona di Jepang. Di pertengahan bulan Maret 2020, jumlah PDP (pasien dalam pengawasan) di Jepang jumlahnya jauh melebihi Indonesia. Waktu itu, PDP di Indonesia masih berjumlah puluhan orang saja, tidak sampai 100 orang. Sementara di Jepang sudah mencapai ratusan orang. Itu sebabnya Jepang mulai mengumumkan ke media internasional tentang rencana mereka untuk melakukan Lock Down di negaranya dalam waktu dekat.
Tuh. Gimana nggak kepikiran coba dakuh?
Awalnya, virus COVID 19 ini disebut Virus CORONA dan pertama kali ditemukan di Wuhan pada bulan Desember 2019.
Dari Wuhan. virus ini menyebar dengan amat cepat ke seluruh dunia hingga akhirnya sekarang sudah menjangkiti lebih dari 200 negara sehingga WHO pun mengumumkan bahwa virus COVID 19 ini sudah menjadi sebuah pandemi internasional.
Ada 3 alasan mengapa Virus Corona Covid 19 ini perlu diwaspadai.
Pertama: Virus Covid-19 ini sangat mudah menular! Bagaimana virus ini masuk ke dalam tubuh kita? Lewat mata, hidung dan mulut!
Kedua: Dampak infeksi virus ini tidak sama pada orang yang berbeda! Mengapa? Seperti umumnya infeksi virus lainnya, maka daya tahan tubuh (imunitas) setiap orang sangat berbeda satu sama lain.
Ada kelompok yang lebih berisiko dari yang lain. Misalnya kelompok usia lebih tua, kelompok yang memiliki kendala fisik seperti penyakit kronik (hipertensi, diabetes, sakit jantung, kanker, gangguan ginjal, dll), ibu hamil, atau siapapun yang secara umum memang kurang bugar, serta kelompok yang harus terpapar dengan virus ini dalam waktu lebih lama dan di ruang yang lebih tertutup yang berisi lebih banyak orang yang terinfeksi virus ini sehingga tentunya memiliki kepadatan virus yang lebih tinggi (petugas kesehatan, dokter, perawat- di fasilitas-fasilitas layanan kesehatan).
Perbedaan daya tahan tubuh inilah yang menyebabkan ada orang yang terinfeksi tetapi tidak menampakkan gejala apapun, atau hanya menunjukkan gejala minimal seperti demam ringan, sedikit nyeri-nyeri pada tubuh dan tidak enak badan, sedikit gangguan pada saluran napasa atas termasuk nyeri menelan, dll dan bahkan tanpa pengobatan khusus kemudian sembuh sendiri! Benar-benar hanya seperti flu biasa.
Tapi... ada mereka yang terinfeksi dalam satu dua hari sudah menunjukkan gejala yang sangat berat selain demam yaitu sesak nafas hebat, gangguan jantung, hingga kematian.
Ketiga: Sekali seseorang terinfeksi virus Covid-19 dan menderita infeksi dengan gejala berat, maka bahkan setelah ybs bisa sembuh akan terjadi kerusakan yang menetap dalam tubuhnya dalam berbagai derajat keparahan tergantung beratnya dampak infeksi tersebut dalam tubuhnya.
Dua kerusakan tersering adalah kerusakan pada sebagian paru-parunya (terjadi fibrosis/semacam parut yang menetap) dan kerusakan pada sistem pertahahan (imunitas) tubuhnya.
Mereka inilah yang dikemudian harinya akan mengalami masalah pada pernafasannya secara terus menerus, dan menjadi mudah terinfeksi oleh virus dan bakteri apapun termasuk terinfeksi kembali oleh Covid-19 setelah mereka keluar dari rumah sakit!
Masalahnya, pandemi virus corona (SARS-CoV-2) penyebab COVID-19, yang sejak awal Maret masuk ke Indonesia, belum menunjukkan tanda-tanda akan usai yang signifikan. Karena vaksin untuk mencegah virus corona hingga saat ini belum ditemukan.
Semakin dibaca semua informasi yang masuk di berbagai akun media sosial yang aku miliki, aku semakin khawatir dan jadi beban pikiran tersendiri dalam keseharianku.
Si anu, pergi baru pulang dari Korea, terus orang tuanya tertular dan akhirnya orang tuanya meninggal dunia.
Si bos anu di pasar anu tertular dari pembeli yang membeli barang yang dijualnya. Hanya selang 7 hari kemudian, si bos meninggal dunia.
Si anu baru pulang sekeluarga dari keliling Eropa, dan sekarang, dari 7 anggota keluarga, yang tersisa hanya 3 orang saja sekarang karena kedua orang tuanya, kakek, paman, meninggal semua karena tertular corona covid 19.
Waduh.
Aku sempat men-skip semua informasi tentang Corona Covid 19 ini loh saking bikin aku cemas.
"Nak, nanti sepulang kalian dari Jepang, kalian langsung isolasi mandiri ya di tempat lain."
"Iya, ibu, ayah. Kami akan isolasi mandiri di apartemen kok."
14 hari itu ternyata terasa lama sekali jika kalian berada di posisi menunggu anggota keluarga yang sedang melakukan isolasi mandiri karena dianggap sebagai ODP (orang dengan pengawasan).
Selama 14 hari itu, aku tetap berdoa tekun penuh harap setiap hari agar anak dan menantuku itu diberi kesehatan dan dijauhkan dari virus corona. Karena nama mereka berdua sering terselip dalam doa dan pengharapanku, jadi rasa rindu untuk segera bisa bertemu dengan kondisi sehat wal afiat tuh terus tumbuh dan membentuk rindu. Masya Allah rindunya pada mereka. Hingga akhirnya, masa isolasi mandiri 14 hari mereka pun tiba.
Pinginnya tuh aku setiap 6 jam sekali bertanya pada mereka, "Gimana kabarnya nak?" tapi, jika hal ini aku lakukan, mereka nanti lelah dan lama-lama jadi kesal.
Jadi aku mencoba untuk bersabar menahan rasa ingin tahuku tentang kondisi mereka. Melihat mereka mengirim foto sedang berolah raga di apartemen dengan wajah yang ceria dan terlihat bersih happy, aku ikut bahagia dan pastinya lega. Keceriaan mereka pertanda bahwa mereka sehat insya Allah.
Hingga akhirnya, tibalah "hari wisuda". Hari wisuda ini adalah hari terakhir lolos dari isolasi mandiri 14 hari.
Akhirnya, hari kepulangan mereka kembali ke rumahku untuk berkumpul bersama pun tiba. Senangnya jika bisa berkumpul tuh luar biasa deh.
Bikin ibu-ibu kayak aku jadi kembali semangat untuk memasak lauk yang semoga enak.
Juga bikin ibu-ibu kayak aku jadi merasa lebih hidup dan lebih bersemangat.
Hanya saja, beberapa hari kemudian aku jatuh sakit.
Dadaku sesak, dan badan terasa menggigil kedinginan. Jika menelan rasanya sakit sekali dan tenggorokan selalu terasa kering kerontang. Sakit merasa kering aku jadi merasa tenggorokaku jadi terasa rapuh. Jadi, aku tidak nafsu makan karena khawatir akan melukai tenggorokanku makanan tersebut. Tapi suhu badan tidak naik (jadi panas). Aku hanya menggigil saja. Dan mulai sesak nafas juga.
Duh. Kembali sekarang aku yang deg-degan. Dan banyak baca informasi yang berseliweran di media sosial malah bikin aku semakin khawatir dan curiga "jangan-jangan aku kena virus corona covid 19 nih.:
Parahnya, di tengah sakit tersebut, aku malah su'udzon pada anak dan menantuku sendiri. Astaghfirullah al adziim.
"Subhanallah, kok aku sakit ya? Apa jangan-jangan ibam dan danti ternyata carriee ya? Jadi mereka sehat karena mereka masih muda dan energik. Sedangkan aku sudah tua, banyak penyakit bawaan dan tidak aktif energik."
Jujur saja, selintas pikiran seperti ini mondar-mandir di benaku. Khawatir banget. Sekali lagi, aku berdialog dengan diriku sendiri. Aku melarang diriku sendiri untuk memelihara prasangka buruk seprerti ini. Yang aku lakukan selanjutnya adalah, berjemur cukup lama di bawah matahari pagi jam 10.00; minum vitamin C dan suplemen daya tahan tubuh, serta istirahat dan minum air putih sebanyak mungkin. Dan terutama sekali, menghindari semua bahan bacaan yang bikin rusuh hati.
Alhamdulillah, setelah 2 hari merasa demam, akhirnya perlahan aku merasa lebih baik dan semakin baik waktu-waktu berikutnya hingga akhirnya kembali normal lagi. Alhamdulillah.
Itu sebabnya menurutku amat penting bagi kita untuk mencari dan memilih informasi dari sumber yang valid.
Nah, dalam rangka sumber informasi yang valid, aku merekomendasikan kalian untuk membacanya salah satunya dari situs Halodoc.com. Ini demi menjaga kesehatan kita juga.
Dalam salah satu artikel di halodoc.com, yaitu artikel dengan judul "Ini Penjelasan Sistem Imun yang Kuat Bisa Lawan Virus Corona" disebutkan bahwa sistem imun amat penting dijaga dalam kondisi baik karena sistem imun yang baik bisa menangkal berbagai macam serangan virus yang masuk ke dalam tubuh kita.
Jika kalian masih ragu apakah kalian tertular atau tidak akan virus corona ini, kalian juga bisa melakukan test corona loh. Caranya mudah. Download dulu deh aplikasi Halodoc di handphone kalian. Di sana ada fitur "Cek Risiko Tertular Virus Corona secara Online di sini".
"Yaaaa..... tapi kita mulai tanggal 16 Maret mulai diberlakukan pengurangan alat transportasi. dan sekolah diliburkan serta tempat bekerja juga dihimbau untuk merumahkan karyawanannya loh. Terus, kamu malah mau pergi sementara kita semua dihimbau untuk di rumah saja? Nggak apa-apa tuh?" tanyaku.
test corona dan pembentukan sistem imun diri kita |
Asli deh aku tuh deg-degan. Suamiku sepemikiran denganku.
"Nggak bisa dicancel atau dialihkan ya nak keberangkatanmu?" kami masih mencoba untuk membujuk agar anak dan menantuku membatalkan keberangkatannya.
"Susah Yah. Karena memang tidak bisa dicancel atau dialihkan atau diganti uang. Acara ini sudah dirancang cukup lama soalnya, tahun lalu dan itu pun bulan September 2019. Waktu itu tidak ada wabah apapun dimana-mana. Siapa nyangka ternyata tahun ini ada wabah corona. Jadi, acaranya tidak bisa dicancel."
Akhirnya, dengan berat hati aku dan suami melepas anak dan menantuku pergi. Itu pun dengan wanti-wanti yang banyak banget.
"Bawa masker, pakai masker selalu ya. Jaga jarak. Jangan makan sembarangan. Rajin cuci tangan."
Ah. Entahlah. Sulit dikatakan dengan kata-kata bagaimana kekhawatiran kami saat itu.
"Sudah, De. Jangan terlalu khawatir, nanti rasa khawatir bisa jadi prasangka di pikiran kita. Prasangka itu bisa berubah jadi doa tersendiri jika terlalu lama bercokol di dalam pikiran. Duh, Naudzubillah min dzaliik." aku mencoba untuk berdialog dengan diriku sendiri. Sebagai seorang ibu, dan anak laki-lakinya hanya punya seorang saja, rasa khawatir benar-benar tidak terbendung di dalam hatiku.
Kebetulan, saat itu aku dan suami termasuk orang yang senang melihat video tentang kehidupan di Jepang karena suamiku memang pernah tinggal di Jepang dalam rangka penelitiannya selama beberapa bulan disana. Jadi, untuk mengenang jejak-jejak kenangan tempat di Jepang, suami memutarkan video tentang kehidupan sehari-hari di Jepang padaku sambil bercerita banyak hal.
Ini dia channel yang sering suami dan aku tonton di rumah. Dan ternyata, juga ditonton oleh anak dan menantuku di kamar mereka setelah tahun lalu mereka membeli tiket untuk pergi ke Jepang.
Di rangkaian video Only in Japan itu, you tubernya, si Dalton, tuh memberi saran bahwa saat itu bukan saat yang tepat untuk pergi ke Jepang meski saat itu bunga-bunga Sakura sudah mulai akan berbunga dengan indah. Hal ini karena alasan penyebaran virus corona di Jepang. Di pertengahan bulan Maret 2020, jumlah PDP (pasien dalam pengawasan) di Jepang jumlahnya jauh melebihi Indonesia. Waktu itu, PDP di Indonesia masih berjumlah puluhan orang saja, tidak sampai 100 orang. Sementara di Jepang sudah mencapai ratusan orang. Itu sebabnya Jepang mulai mengumumkan ke media internasional tentang rencana mereka untuk melakukan Lock Down di negaranya dalam waktu dekat.
Tuh. Gimana nggak kepikiran coba dakuh?
Mengapa Virus Corona patut diwaspadai?
Jika ditanyakan apa itu COVID 19 ? Maka, banyak orang akan merujuk pada penjelasan, bahwa COVID 19 adalah bentuk dari virus FLU yang mengalami mutasi baik dalam bentuk penyebaran maupun dampaknya terhadap kesehatan manusia.Awalnya, virus COVID 19 ini disebut Virus CORONA dan pertama kali ditemukan di Wuhan pada bulan Desember 2019.
Dari Wuhan. virus ini menyebar dengan amat cepat ke seluruh dunia hingga akhirnya sekarang sudah menjangkiti lebih dari 200 negara sehingga WHO pun mengumumkan bahwa virus COVID 19 ini sudah menjadi sebuah pandemi internasional.
Ada 3 alasan mengapa Virus Corona Covid 19 ini perlu diwaspadai.
Pertama: Virus Covid-19 ini sangat mudah menular! Bagaimana virus ini masuk ke dalam tubuh kita? Lewat mata, hidung dan mulut!
Kedua: Dampak infeksi virus ini tidak sama pada orang yang berbeda! Mengapa? Seperti umumnya infeksi virus lainnya, maka daya tahan tubuh (imunitas) setiap orang sangat berbeda satu sama lain.
Ada kelompok yang lebih berisiko dari yang lain. Misalnya kelompok usia lebih tua, kelompok yang memiliki kendala fisik seperti penyakit kronik (hipertensi, diabetes, sakit jantung, kanker, gangguan ginjal, dll), ibu hamil, atau siapapun yang secara umum memang kurang bugar, serta kelompok yang harus terpapar dengan virus ini dalam waktu lebih lama dan di ruang yang lebih tertutup yang berisi lebih banyak orang yang terinfeksi virus ini sehingga tentunya memiliki kepadatan virus yang lebih tinggi (petugas kesehatan, dokter, perawat- di fasilitas-fasilitas layanan kesehatan).
Perbedaan daya tahan tubuh inilah yang menyebabkan ada orang yang terinfeksi tetapi tidak menampakkan gejala apapun, atau hanya menunjukkan gejala minimal seperti demam ringan, sedikit nyeri-nyeri pada tubuh dan tidak enak badan, sedikit gangguan pada saluran napasa atas termasuk nyeri menelan, dll dan bahkan tanpa pengobatan khusus kemudian sembuh sendiri! Benar-benar hanya seperti flu biasa.
Tapi... ada mereka yang terinfeksi dalam satu dua hari sudah menunjukkan gejala yang sangat berat selain demam yaitu sesak nafas hebat, gangguan jantung, hingga kematian.
Ketiga: Sekali seseorang terinfeksi virus Covid-19 dan menderita infeksi dengan gejala berat, maka bahkan setelah ybs bisa sembuh akan terjadi kerusakan yang menetap dalam tubuhnya dalam berbagai derajat keparahan tergantung beratnya dampak infeksi tersebut dalam tubuhnya.
Dua kerusakan tersering adalah kerusakan pada sebagian paru-parunya (terjadi fibrosis/semacam parut yang menetap) dan kerusakan pada sistem pertahahan (imunitas) tubuhnya.
Mereka inilah yang dikemudian harinya akan mengalami masalah pada pernafasannya secara terus menerus, dan menjadi mudah terinfeksi oleh virus dan bakteri apapun termasuk terinfeksi kembali oleh Covid-19 setelah mereka keluar dari rumah sakit!
Masalahnya, pandemi virus corona (SARS-CoV-2) penyebab COVID-19, yang sejak awal Maret masuk ke Indonesia, belum menunjukkan tanda-tanda akan usai yang signifikan. Karena vaksin untuk mencegah virus corona hingga saat ini belum ditemukan.
Cepat menular, cepat tersebar, dan bisa menyebabkan kematian pada mereka yang masuk kategori resiko tinggi untuk tertular, tentu saja virus corona ini patut diwaspadai.
TIPS agar terhindar dan tidak tertular virus Corona COVID 19
Secara umum, sebenarnya cara agar terhindar dari tidak tertular virus corona COVID 19 itu, cukup sederhana dan bisa dilakukan oleh siapa saja. Yaitu:
1. Rajin cuci tangan setelah pulang kembali ke rumah dari bepergian. Cuci tangannya lebih baik pakai sabun.
2. Lakukan social distancing secara disiplin dan "sadar diri".
3. Jika merasa tidak enak badan, segera istirahat di rumah dan hindari bertemu dengan orang lain, termasuk anggota keluarga sendiri. Jika sakit berlanjut baru hubungi dokter.
Saat ini, pergi ke dokter untuk bertanya tentang gejala umum sebuah penyakit tidak disarankan karena rumah sakit termasuk daerah zona merah yang berarti rawan menularkan virus Corona pada seseorang.
4. Jika batuk atau bersin tutup hidung dan mulut dan bersihkan tangan yang menutupi mulut dan hidung tersebut dengan air dan sabun.
5. Rajin membersihkan barang yang ada di sekitar rumah kita.
6. Lakukan social dan physical distanding di rumah.
Test Corona dan Pembentukan Sistem Imun tubuh kita.
Pengetahuan tuh banyak banget jika kita mau mencari tahu. Masalahnya, di awal-awal pemberlakuan pembatasan wilayah di DKI Jakarta dan pengumuman tentang jumlah korban yang mulai terjangkiti di Indonesia, yang namanya informasi tuh banyak banget. Banyak banget dan perlahan malah bikin aku jadi cemas setiap kali membaca berita tentang virus Corona Covid 19 ini. Gimana nggak cemas jika sambil membaca tentang perkembangan penyebaran dan penularan virus corona covid 19, di sisi lain kita tahu pasti bahwa anggota keluarga kita ada yang sedang berada di wilayah yang diberitakan tersebut.suamiku spontan memberi komentar: itu patung Hachiko aja pakai masker tapi anak menantu kita malah lepas masker. Duh, ceroboh banget mereka. |
Semakin dibaca semua informasi yang masuk di berbagai akun media sosial yang aku miliki, aku semakin khawatir dan jadi beban pikiran tersendiri dalam keseharianku.
Si anu, pergi baru pulang dari Korea, terus orang tuanya tertular dan akhirnya orang tuanya meninggal dunia.
Si bos anu di pasar anu tertular dari pembeli yang membeli barang yang dijualnya. Hanya selang 7 hari kemudian, si bos meninggal dunia.
Si anu baru pulang sekeluarga dari keliling Eropa, dan sekarang, dari 7 anggota keluarga, yang tersisa hanya 3 orang saja sekarang karena kedua orang tuanya, kakek, paman, meninggal semua karena tertular corona covid 19.
Waduh.
Aku sempat men-skip semua informasi tentang Corona Covid 19 ini loh saking bikin aku cemas.
"Nak, nanti sepulang kalian dari Jepang, kalian langsung isolasi mandiri ya di tempat lain."
"Iya, ibu, ayah. Kami akan isolasi mandiri di apartemen kok."
14 hari itu ternyata terasa lama sekali jika kalian berada di posisi menunggu anggota keluarga yang sedang melakukan isolasi mandiri karena dianggap sebagai ODP (orang dengan pengawasan).
Selama 14 hari itu, aku tetap berdoa tekun penuh harap setiap hari agar anak dan menantuku itu diberi kesehatan dan dijauhkan dari virus corona. Karena nama mereka berdua sering terselip dalam doa dan pengharapanku, jadi rasa rindu untuk segera bisa bertemu dengan kondisi sehat wal afiat tuh terus tumbuh dan membentuk rindu. Masya Allah rindunya pada mereka. Hingga akhirnya, masa isolasi mandiri 14 hari mereka pun tiba.
kesanya santai bertanya kabar padahal setiap kali mereka menjawab penuh keceriaan, dadaku terasa plong legaaaa..... alhamdulillah mereka sehat. |
Jadi aku mencoba untuk bersabar menahan rasa ingin tahuku tentang kondisi mereka. Melihat mereka mengirim foto sedang berolah raga di apartemen dengan wajah yang ceria dan terlihat bersih happy, aku ikut bahagia dan pastinya lega. Keceriaan mereka pertanda bahwa mereka sehat insya Allah.
orang sakit mana bisa menampilan wajah ceria seperti ini? Wajah penuh senyum dan tawa seperti ini asli bikn orang tua seperti aku bernafas lega. Karena itu artinya anakku sehat. |
Hingga akhirnya, tibalah "hari wisuda". Hari wisuda ini adalah hari terakhir lolos dari isolasi mandiri 14 hari.
Akhirnya, hari kepulangan mereka kembali ke rumahku untuk berkumpul bersama pun tiba. Senangnya jika bisa berkumpul tuh luar biasa deh.
Bikin ibu-ibu kayak aku jadi kembali semangat untuk memasak lauk yang semoga enak.
Juga bikin ibu-ibu kayak aku jadi merasa lebih hidup dan lebih bersemangat.
Hanya saja, beberapa hari kemudian aku jatuh sakit.
Dadaku sesak, dan badan terasa menggigil kedinginan. Jika menelan rasanya sakit sekali dan tenggorokan selalu terasa kering kerontang. Sakit merasa kering aku jadi merasa tenggorokaku jadi terasa rapuh. Jadi, aku tidak nafsu makan karena khawatir akan melukai tenggorokanku makanan tersebut. Tapi suhu badan tidak naik (jadi panas). Aku hanya menggigil saja. Dan mulai sesak nafas juga.
Duh. Kembali sekarang aku yang deg-degan. Dan banyak baca informasi yang berseliweran di media sosial malah bikin aku semakin khawatir dan curiga "jangan-jangan aku kena virus corona covid 19 nih.:
Parahnya, di tengah sakit tersebut, aku malah su'udzon pada anak dan menantuku sendiri. Astaghfirullah al adziim.
"Subhanallah, kok aku sakit ya? Apa jangan-jangan ibam dan danti ternyata carriee ya? Jadi mereka sehat karena mereka masih muda dan energik. Sedangkan aku sudah tua, banyak penyakit bawaan dan tidak aktif energik."
Jujur saja, selintas pikiran seperti ini mondar-mandir di benaku. Khawatir banget. Sekali lagi, aku berdialog dengan diriku sendiri. Aku melarang diriku sendiri untuk memelihara prasangka buruk seprerti ini. Yang aku lakukan selanjutnya adalah, berjemur cukup lama di bawah matahari pagi jam 10.00; minum vitamin C dan suplemen daya tahan tubuh, serta istirahat dan minum air putih sebanyak mungkin. Dan terutama sekali, menghindari semua bahan bacaan yang bikin rusuh hati.
Alhamdulillah, setelah 2 hari merasa demam, akhirnya perlahan aku merasa lebih baik dan semakin baik waktu-waktu berikutnya hingga akhirnya kembali normal lagi. Alhamdulillah.
Sepertinya, rasa khawatir dalam badan kita tuh asli bisa bikin sistem imun tubuh kita menurun. Terbukti karena akumulasi beban pikiran selama beberapa hari, bahkan beberapa pekan terakhir, yang aku biarkan, membuat tubuhku akhirnya jatuh sakit.
Itu sebabnya menurutku amat penting bagi kita untuk mencari dan memilih informasi dari sumber yang valid.
Nah, dalam rangka sumber informasi yang valid, aku merekomendasikan kalian untuk membacanya salah satunya dari situs Halodoc.com. Ini demi menjaga kesehatan kita juga.
Dalam salah satu artikel di halodoc.com, yaitu artikel dengan judul "Ini Penjelasan Sistem Imun yang Kuat Bisa Lawan Virus Corona" disebutkan bahwa sistem imun amat penting dijaga dalam kondisi baik karena sistem imun yang baik bisa menangkal berbagai macam serangan virus yang masuk ke dalam tubuh kita.
... Imun tubuh yang kuat berperan penting untuk melawan infeksi virus. Ketika memasuki tubuh, virus corona akan menempel pada dinding sel-sel saluran pernapasan dan paru-paru, kemudian masuk ke dalamnya untuk mengembangkan infeksi. Proses tersebut tentunya akan terdeteksi oleh sistem imun. Selanjutnya, sistem imun akan beraksi dengan cara mengirim sel darah putih untuk membentuk antibodi yang akan melawan virus tersebut.Reaksi perlawanan tubuh terhadap infeksi virus corona ini akan memunculkan beberapa gejala, seperti misalnya demam. Gejala tersebut biasanya akan muncul dalam 2-14 hari, setelah virus memasuki tubuh. Pada orang yang sistem imunnya kuat, virus corona yang menginfeksi tubuh akan berhasil kalah, sehingga gejalanya pun mereda dan orang itu akan sembuh dengan sendirinya.Namun, jika sistem imun seseorang tidak cukup kuat, atau justru bereaksi berlebihan, orang tersebut akan mengalami gejala yang lebih berat. Misalnya, demam tinggi, sesak napas, hingga kerusakan organ. Kondisi ini juga berisiko pada orang lanjut usia (lansia) dan yang mengidap penyakit penyerta sebelumnya, seperti diabetes, kanker, atau HIV.... (https://www.halodoc.com/sistem-imun-yang-kuat-bisa-lawan-virus-corona )Masalahnya kan ya, yang namanya virus corona itu sebelas dua belas dengan virus influenza biasa. Gimana bedainnya coba deh, kalau bedanya tipis banget di antara virus flu lainnya. Itu sebabnya aku sempat su'udzon pada anak dan menantuku sendiri ketika aku jatuh sakit selama 2 hari itu.
Jika kalian masih ragu apakah kalian tertular atau tidak akan virus corona ini, kalian juga bisa melakukan test corona loh. Caranya mudah. Download dulu deh aplikasi Halodoc di handphone kalian. Di sana ada fitur "Cek Risiko Tertular Virus Corona secara Online di sini".
Situs halodoc.com tuh enak dibaca karena ada banyak kumpulan aritkel kesehatan terkini lengkap dengan tips dan informasi ter-update di dunia kesehatan. Setidaknya kita tidak jadi sesat pikir gara-gara kebanyakan membaca berita hoax saja. Di sini, juga ada fitur tanya jawab dengan dokter, juga fitur membeli obat secara online, dan mencari dokter dan rumah sakit. Cara konvensional kan kita gambling banget tuh, datang ke rumah sakit lalu bertanya ada dokter apa saja lalu coba-coba berobat tanpa tahu reputasi atau latar belakang dokternya seperti apa. Nah, di situs Halodoc ini, kita bisa tenang membaca track record rumah sakit dan dokter sebelum kita memutuskan untuk memilih mereka untuk berobat.
Sekarang, bayangkan jika kemudahan dan kelengkapan itu ada dalam gadget kita? Yaitu lewat aplikasi Halodoc. Enak kan, jadi bisa membawa bundel informasi berguna dan valid kemana saja dan membukanya kapan saja.
Aku sudah mencobanya karena aku kepo asli sebenarnya gimana sih kondisiku. Aku memulainya dengan mengisi kuesioner untuk mengetahui secara garis besar sebenarnya resikoku tertular itu gimana sih.
Dan hasilnya adalah:
Ah... Lega.
Jadi, aku sarankan kalian juga mengecek test corona online lewat aplikasi halodoc ya. Setidaknya, kita jadi lega dan otomatis sistem imun kita jadi terbentuk dengan baik karena kita terbebas dari rasa khawatir, galau, resah, gelisah.
Yuk...yuk. Btw, ternyata sakit 2 hari itu gara-gara reaksi alergi sodara-sodara. Jadi, AC nggak dingin, mau manggil tukang AC kok ragu ya memasukkan orang luar ke dalam rumah di saat sedang berlangsung Pembatasan Sosial Berskala Besar. Jadilah anak-anak aku minta bersihkan AC secara mandiri, aku mengawasi dari bawah AC. Padahal aku kan alergi debu. Jadilah muncul alergi debu berupa tenggorokan kering, dada sesak, kedinginan, dan ditambah dengan rasa khawatir bikn tubuh jadi makin merasa lemah. Ih, ada-ada saja.
Aiihh ikut deg2an sebelum berangkat n setelah balik dr sana Mba. Syukur bgt gak kenapa2 dsana n sehat2 sesampainya disini.. Rasanya ikutan lega. Selamat memasak buat keluarga Mak ��
BalasHapussemoga sehat selalu ya mbak, sama banget perasaannya sama aku, waktu di kantor suami ada yg positive covid dan meninggal :( deg2an banget sampe skip semua berita drpd makin stres, isolasi mandiri dan ikut test dari pemerintah, puji Tuhan negatif huhuhuu
BalasHapusHuhuuu..gagal menikmati sakura berguguran nih gara2 pandemic, semoga next bisa reskedul kesanaa. Emang ya, di jepang lebih banyak yang terpapar virus, jadinya khawatir. Apalagi disekitarku banyak yang meninggl gara2 covid juga, terakhir kemaren bayik baru lahir hiks.
BalasHapusSemoga saja kita selalu diberikan kesehatan, ya Mak!
Nah iya mba kalau sakit pas kondisi begini udah berasa banget deg2annya. Udah takut aja maksimal. Smoga kita slalu sehat ya mba. Dan suka kalau cariinfo ya di Halodoc aja
BalasHapusBaca alinea terakhir ikut lega mbak...ternyata karena alergi debu toko hehhehe...emang saat pandemi ini kita sering ketakutan ya....Corona memang bikin stress dan takut dekat dg orang meski orang itu adalah keluarga sendiri. Namun daripada merasakan ketakutan berkepanjangan alangkah baiknya menggali informasi sebanyak-banyaknya ttg Corona ini tentunya dari sumber yang terpercaya. Contohnya melalui situs Halodoc.
BalasHapusSaya ngikik baca kalimat jangan cari informasi dari yang julid hihihi. Bener, Mbak. Kalau cari informasi kesehatan mending ke sumber yang jelas
BalasHapusCoronavirus is something serious that we have to address and fight together. And one of the way to do it is my equipping our self with valid information
BalasHapusWah keren ada kuisionernya juga ya di Halodoc untuk tau tertular gaknya. Tapi lebih tepat lagi tes swab yaa. Semoga kita semua terhindar dari virus corona.
BalasHapusSistem imum yang baik saat ini menjadi kunci penting kesehatan kita ya.. apalagi di tengah pandemi akibat Covid-19, isolasi mandiri selama 14 hari itu memang ngga mudah.. rasa khawatir dan was was akan hasil yang tidak diinginkan itu wajar ya mbak.. tapi yang terpenting sistem imum yang baik harus terus dijaga agar semua virus tidak gampang mendekat
BalasHapusKalau jadi mbak ade, saya juga bakalan deg2an ya.
BalasHapusalhamdulillah bisa tes mandiri di halodoc, jadi lebih lega deh.
btw, saya dan suami juga suka "jalan2" virtual ke Jepang via youtube lho, hehe
Uwwhh...senangnya punya mama mertua yang sayang sama mantu dan informatif seperti kak Ade.
BalasHapusKompak selalu kak...
Dan jangan lupa, cari info di halodoc, hehehe...
wajarlah ya ibu khawatir. Oh ini yang waktu itu mbak Ade cerita lagi demamn& sakit tenggorokan ya. Di asam-awal karantina banyak ornag merasakan kaya gitu mungkin karena stres ya
BalasHapusIya ya mbak apalagi suasana di daerah yang sudah terkena covid jadi kudu lebih waspada. Btw aku juga pakai aplikasi Halodoc ini untuk berbagai informasi mengenai kesehatan dan up date covid mbak.
BalasHapusSelalu suka ceritanya mba Ade dan keluarga 😍 ah deg2an pastinya melepas kesayangan ke Jepang ditengah kondisi begini ya mba tapi setuju dengan yg dikatakan mba jgn sampe prasangka bisa jd doa..btw itu patung Hachiko pake masker juga yah wkk yg foto malah ga..
BalasHapusDuh iya halodoc emang mantab mba aku juga kemarin install
Huaa agak ngeri ya emang sekarang dan aku kadang suka parno sendiri tiba2 flu gitu takut kena virus itu dan sekarang tahu deh perbedaan flu, salesma dan virus corona.
BalasHapuswah hachiko pakai masker, lucu yaa haha di beberapa negara, patung2 dan bahkan banyak grafiti juga dipakein masker pertanda bahwa dunia sedang bener2 sakit dan berjuang untuk sembuh
BalasHapusBedanya jika terkena virus corona ini pada masalah pernapasan sepertinya ya mba. Dari gejala-gejala yang disebutkan, hanya penderita corona yang mengalami gangguan pernapasan. Virusnya sama kalik ya dengan pencetus pneumonia.
BalasHapusSaya sangat setuju dengan tiga point Virus corona yang harus diwaspadai. Jangan dianggap remeh atau enteng.
BalasHapusJaga kebersihan, jaga jarak, pakai masker dan sebagainya
Jangan terlalu panik, biar pikiran tak jadi stres
di daerahku di gunungkidul termasuk zona merah. ya karena di daerah fasilitas pemeriksaan sangat terbatas. jadi ya sebisa mungkin mencegah agar selamat
BalasHapusKeren postingannya! Terimakasih ya kak sudah berbagi :)
BalasHapusWah, saya baru tau ternyata
BalasHapus