[Lifestyle] Apa yang akan aku tulis ini bisa jadi adalah sesuatu yang bersifat amat subjektif. Itu sebabnya, aku tidak menerima perdebatan jika ada yang tidak setuju dengan apa yang aku tulis berikut ini. Tentang niat awal kita menulis, baik di blog maupun di mana saja. Jaman sekarang, kegiatan menulis terbuka lebar di banyak sekali wilayah. Termasuk di media sosial.
Kemarin, ceritanya aku ngobrol sama teman-teman di grup chat whatsapp. Kami semua adalah para blogger. Obrolan bermula setelah aku mengeluh betapa aku merasa jenuh mengikuti challenge menulis 30 hari blog dari sebuah komunitas yang aku ikuti terakhir.
"Aduh, aku kok jadi bosan ya, tema-temanya berputar di itu-itu saja. Hari pertama tentang Anu, hari kedua tentang Anunya anu, hari ketiga tentang gimana kalau dapat anu, hari ke empat tentang anu apa yang menarik.... ya ampun, aku bosaaaannnn. Aku jadi merasa terjebak di masalah yang itu-itu saja. Jadi kayak sedang dipaksa menceritakan ulang sesuatu yang cerita yang sama pada seribu orang. Baru saja cerita selesai, eh, ada yang baru datang. Terus dia nanya, ngomong apa? Terus aku cerita ulang. Lalu datang lagi orang lain lalu cerita dari awal lagi, lalu datang lagi, dan begitu saja terus. Repeat story. Aku bosan."
Itu keluhan awalku pada teman-temanku.
Ada yang setuju ada juga yang cuma senyum, tapi ada juga yang memberi tanggapan berbeda. Terutama ketika aku katakan berikutnya tentang keinginanku untuk berhenti ikut challenge tersebut.
"Aku nyerah. Aku merasa tidak bahagia lagi menulis di challenge ini. Karena tidak bahagia jadi aku bingung mau nulis apa."
"Iya, mbak. Memang kesannya tema menulisnya tidak variatif memang. Tapi itu SEO yang bagus banget sebenarnya buat blog kita. Ikuti saja, dampaknya bisa menaikkan traffic kita loh." Ini dikatakan oleh Rahmah Chemist. Rahmah Chemist atau biasa kami panggil Amma, adalah blogger senior yang amat menguasai urusan SEO. Dia dan suaminya wara-wiri di bidang memonetisasi blog sehingga kemampuannya memahami urusan SEO sudah tidak perlu diragukan lagi.
ini dia Amma, ketika dia datang ke Jakarta dari Surabaya karena terpilih sebagai salah satu finalis lomba Blog Bank Indonesia di awal tahun 2020 lalu |
wajah sama-sama bahagia karena akhirnya bisa saling bersua. Jadi, bersahabat dengan sesama blogger yang beda wilayah itu, yakinlah, suatu hari sebuah pertemuan darat akan terjadi. |
Oke, kembali ke tema awal tulisan ini.
Jadi, karena Amma mengatakan hal di atas, aku pun memberi semangat diri sendiri untuk kembali mengikuti challenge menulis ini kembali. Kemampuan Amma di bidang per-SEO-an tidak perlu diragukan lagi. Jadi, aku pun mengurungkan niat untuk mundur dari challenge ini. Dan kembali mengumpulkan semangat untuk ikut challenge menulis di blog kembali.
Jujur saja. Sebagai blogger, alhamdulillah aku sudah mendapat banyak hal dari kegiatan ngeblogku selama ini. Sesuatu yang berbentuk materi yang berhasil aku dapat dari ngeblog seperti bisa beli kamera Mirrorless, bisa membeli pakaian musim dingin dari Mark & Spencer, berbelanja macam-macam dengan voucher belanja, bahkan bisa beli logam mulia segala. Masya Allah. Alhamdulillah.
Sepertinya, sebagai blogger yang sudah cukup lama wara-wiri di dunia per-blog-an, aku pernah berada di era dimana apresiasi untuk tulisan di blog dihargai amat sangat baik oleh pihak lain. Yaitu dimana untuk 1 tulisan di blog, orang mengapresiasi tulisanku sebesar Rp2.500.000 (dua juta lima ratus ribu rupiah). Cuma untuk satu tulisan saja, yang bahkan panjangnya tidak sampai 5000 kata.
Bisa jadi, karena saat itu blogger dengan traffic bagus dan follower lumayan banyak di akun media sosial tidak terlalu banyak ya. Dan juga, saat itu, belum banyak blogger yang banting harga sehingga harga apresiasi tulisan (rate card) tidak rusak. Terjaga dengan baik.
Aku juga pernah berada di era dimana terjadi protes dari blogger senior kepada blogger junior karena blogger senior merasa blogger junior merusak "rate card" para blogger yang sudah ada selama ini.
Waktu itu, ramai dibicarakan tentang blogger junior yang mau saja menerima harga apresiasi tulisan sebesar Rp20.000 untuk satu tulisan. Alasan siblogger junior saat itu, karena jika dikalikan 10 tulisan maka jumlah pendapatan dia menjadi Rp200.000 dalam 1 bulan ini.
Hitung-hitungan ini tentu saja bikin blogger senior gundah. Karena, ulah para blogger junior ini membuat pihak pemakai jasa blogger akhirnya menurunkan harga apresiasi terhadap tulisan.
Jadi, dari penawaran awal Rp2.500.000.
Turun menjadi Rp1.500.00.
Lalu turun lagi menjadi Rp1.000.000
Lalu turun jadi Rp750.000
Lalu terus melorot turun menjadi Rp500.000
Dan sekarang, mentok di angka Rp300.000. Jika kita jual mahal, maka pihak pemakai jasa blogger akan menawarkannya pada blogger yang bersedia dibayar murah.
Huff.
Kukira prinsip hukum ekonomi tidak akan terjadi di dunia perblogan. Tapi ternyata terjadi juga.
Jadi, banyak barang/jasa maka harga otomatis akan turun.
Dan jangan heran, bahkan sekarang blogger senior yang dulu berteriak paling keras menegur blogger junior yang bersedia dibayar murah sebagai blogger yang merusak harga, kini malah sudah beralih jadi agency yang mengumpulkan para blogger untuk menulis sesuatu dan memberi bayaran pada mereka dengan harga yang amat murah = Rp50.000 s.d Rp150.000 untuk satu tulisan di blog.
"Take it or Leave it."
Itu pilihan yang mereka sodorkan.
Saat inilah aku pribadi, jadi mengingat lagi niat awal aku menulis di blog.
Aku menulis di blog dengan tujuan "menulis untuk bahagia".
Jadi, jika aku suka dengan temanya, aku akan ikutan menulis tema tersebut meski dibayar amat murah atau bahkan tidak dibayar sama sekali. Tapi jika tidak suka dengan temanya, aku tidak akan ikutan menulis.
Rupanya, aturan membebaskan diriku untuk tetap memilih bahagia dalam menulis dan menulis untuk bahagia itu, membuat pendapatanku dari ngeblog berkurang.
Hehehe.
Logis sih.
Ketika kalian ingin bahagia, maka harus siap melepas beban pekerjaan yang dirasa membebani pundak.
Sedangkan jika kalian ingin sukses, maka bersiaplah untuk mau bekerja keras.
Pilih apa? Karena keduanya sulit untuk bersatu.
Bahkan ya, ketika kalian mengatakan bahwa pekerjaan membahagiakan adalah mengerjakan sebuah hobby dan menerima pembayaran atas itu, maka perlahan, hobbi tersebut akan bertemu dengan sebuah status baru bernama rutinitas. Dan rutinitas ini akan membentuk target pencapaian, dan setiap kali target tersebut tercapai otomatis target berikutnya akan ditingkatkan nilainya dan begitu seterusnya hingga tanpa sadar memerangkap kita menjadi pekerja keras yang mulai tidak menemukan keasyikan menjalankan hobbi yang sudah jadi beban tersendiri ini.
Dan demikianlah aku.
Awalnya aku bahagia menulis di blog. Mendapat apresiasi dan ini menambah kebahagiaan. Lalu, tanpa sadar belajar bagaimana agar apresiasi ini bertambah lebih banyak. Mulai deh belajar SEO. Juga menaruh perhatian untuk menjaga yang namanya traffic blog lewat perangkingan DA, PA, PV, dan sebagainya.
Lalu.... perlahan aku mendapati diriku adalah mesin penulis artikel. Bukan lagi Ade Anita yang gemar menulis.
Lalu... kok menulis jadi terasa biasa saja ya? Hilang rasa bahagianya.
Ah. Pusing lah jadi diriku ini.
Banyak maunya.
Mau sukses tapi mau tetap bahagia. Mau sukses tapi nggak mau kerja keras. Mau sukses tapi nggak mau dikasi beban dan aturan. Mau bahagia tapi juga mau dapat duit banyak. Mau dapat duit banyak tapi nggak mau kerja keras.
Ribet emang cara berpikirku. Aku sendiri nggak ngerti mauku apa sebenarnya?
Terus apa hubungannya tulisan ini dengan paragraf awal tulisanku di atas? Hahahaha.
Iya.
Aku dan teman-teman di Embak Ceria, akhirnya menyadari bahwa "ayo, kembali ke niat awal menulis itu apa sebenarnya?"
Bagi mereka yang memang terjun ke dunia penulisan blog dengan niat untuk mencari penghasilan, maka silahkan berusaha untuk menjaga semua aturan yang berlaku.
Sedangkan aku sendiri, niat awalku menulis di blog adalah menulis untuk bahagia.
Dan ternyata, ikut challenge ngeblog nonstop dengan tema yang itu-itu saja, berputar-putar di hal yang sama, yang katanya berguna untuk SEO, tidak membuatku bahagia.
Search Engine Optimization (SEO) is the process of increasing ranking and visibility of your website/brand in search engines. Search engines such as Google will display organic results based on search keyword and listing on Google is free.
Bisa jadi, tema yang saling terkait setiap harinya, juga merupakan keyword paling dicari saat ini, seperti dikatakan oleh Amma, akan membuat google mudah menemukan blog kita sebagai blog yang direkomendasikan di mesin pencari kelak. Dan blog kita akan diperhitungkan sebagai blog yang layak kunjung dan layak untuk ditanami iklan untuk keperluan monetisasi.
Tapi.... Tapi.... aku merasa menulis itu adalah proses kreatif. Ketika kreatif terlalu banyak diberi peraturan, maka kreatif pun perlahan berhenti tumbuh.
Seperti aku, yang mengalami "mati kata" di hari ke 17 karena sudah benar-benar merasa bosan dan muak dengan tema yang harus digarap.
Aku jadi gampang kesal.
Sensitif.
Bahkan ketika televisi menayangkan acara yang temanya sama dengan apa yang aku tulis, aku bosan melihat televisi. Ketika orang membicarakan tema tersebut dalam percakapan, aku bosan membicarakannya. Ketika aku melihat berita menayangkan tema tersebut dalam tulisan mereka, aku bosan melihat media.
Sudah benar-benar muak.
Aku tidak lagi menulis dan mendapatkan kebahagiaan darinya.
Saat itulah aku tahu, aku harus berhenti ikut challenge ini jika aku ingin meraih kembali kebahagiaanku dalam menulis dan ngobrol dengan orang lain seperti biasa.
Kembali ke niat awalku: menulis untuk bahagia.
Rezeki yang datang setelahnya adalah bonus. Insya Allah. Bismillah.
wah, benar juga ya Kak
BalasHapusbisa lihat 2 perspektif tentang niat disini. Dan pada akhirnya kebahagiaan datang dari niat awal masing-masing
Terimakasih ya Kak perspektifnya :D
Izin follow Kak Adeanita ya kak, saya suka sama tulisannya kakak ! :D