[Catatan Akhir Tahun] Catatan ini aku buat masih fresh banget nih kejadiannya. Baru kejadian kemarin. Tepatnya hari Selasa, 24 Desember 2019. Yaitu kejadian ketika aku merasa amat takut karena nyaris saja merasa akan mati tenggelam di kolam renang.
Alhamdulillah masih diberi Allah nikmat hingga hari ini. Kemarin, ceritanya aku renang. Olahraga yang aku suka padahal. Tapi, Alhamdulillah alla kulli hal, aku lupa mengikat tali jilbab syar'i baju renangku.
Mungkin, ada baiknya aku perlihatkan dulu bentuk baju renang syar'i ku ya. Seperti ini nih bentuknya:
Baju renangnya sudah bagus. Tapi aku lupa menalikan tali yang ada di dalam jilbab renang panjang ini. Jadi, di samping leher kiri dan kanan jilbab, ada sebuah tali panjang masing-masing 2 buah. Tali ini harus kita lingkarkan di pangkal lengan, lalu disimpul. Penalian ini yang akan membuat jilbab tidak akan terbang-terbang meski bentuknya panjang dan lebar. Nah, aku lupa membuat tali simpul kedua tali tersebut di lenganku.
Sehingga, ketika sedang berenang di bagian kolam renang yang dalam (190 centimeter), jilbab renang syar'i itu melayang ke atas menutupi wajahku. Kebetulan, lagi renang pakai gaya katak. Ketika kepala ke atas, helai jilbab renang menutupi wajah, sambil tetap berenang aku membenamkan wajah ke air lagi. Berharap posisi jilbab kembali turun krn gerakan ini. Tapi ternyata jilbab malah semakin rekat sempurna menutupi wajah. Dia benar-benar menutupi jalan keluar masuk udara (hidung dan mulut), juga pandangan wajah. Dan bahan baju renang kan model kain yang langsung rekat di badan ketika basah ya? Nah. Bayangkan sendiri deh gimana jika wajah tertutup jilbab renang.
Tidak bisa lihat apa-apa juga tidak bisa bernafas. Dan saat itulah aku panik. Tiba-tiba terbetik pikiran "astaghfirullah, bisa mati tenggelam jika begini caranya." Sementara tali pengikat jilbab yang terurai kewer-kewer panjang mulai membelit leher. Sambil istighfar dan separuh takut mati tenggelam, aku memutuskan untuk mengingat dimana dinding kolam yang bisa aku raih. Aku ingat, dinding kolam renang terdekat denganku berada dekat dengan tangan kiriku. Sebenarnya, bisa saja aku terus berenang maju ke depan. Nanti juga pasti akan bertemu dengan bagian kolam renang yang dangkal pada akhirnya. Tapi, aku sadar sepenuhnya bahwa aku dalam kondisi panik, dan itu berarti nafasku mulai memendek dan itu bakalan mempercepat proses habisnya oksigen di dalam paru-paruku. Jika aku tidak bisa mengatasi rasa panikku sendiri, maka bisa jadi, meski aku cukup lumayan keahlian renangnya, tapi rasa panik bisa membuatku tenggelam karena kehabisan oksigen di tengah kolam. Jadi, lebih baik aku menuju ke dinding kolam renang terdekat. Menepi.
Akhirnya perlahan aku mulai berenang ke pinggir. Aku sadar bahwa saat itu hanya aku sendiri yang berada di tempat dalam. Orang-orang sedang asyik ngobrol di tempat dangkal atau di kolam jacuzy nya. Dan karena tidak bisa melihat, perjalanan ke pinggir tuh rasanya jauh sekali. Sementara rasa takut mati tenggelam makin kuat.
Akhirnya, Alhamdulillah tanganku bisa menyentuh dinding pinggir kolam. Segera berpegang kuat lalu berdiri di pijakan yg ada di dinding kolam. Sebelah tangan segera melepas jilbab dengan cepat. Aku sudah benar-benar kehabisan nafas. Lemas rasanya lututku. Tanganku gemetar sisa rasa takut. Alhamdulillah, begitu jilbab terlepas, aku lihat suami ternyata sudah ada di sebelahku. Rupanya, dia menyadari kesulitanku dan berenang mendekat. Lalu menenangkanku dari sisa panik sambil berusaha melepaskanku dari jilbab yang melilit tak terkendali.
Alhamdulillah masih diberi Allah nikmat hingga hari ini. Kemarin, ceritanya aku renang. Olahraga yang aku suka padahal. Tapi, Alhamdulillah alla kulli hal, aku lupa mengikat tali jilbab syar'i baju renangku.
Mungkin, ada baiknya aku perlihatkan dulu bentuk baju renang syar'i ku ya. Seperti ini nih bentuknya:
ini baju renang syar'i kesukaanku. |
Baju renangnya sudah bagus. Tapi aku lupa menalikan tali yang ada di dalam jilbab renang panjang ini. Jadi, di samping leher kiri dan kanan jilbab, ada sebuah tali panjang masing-masing 2 buah. Tali ini harus kita lingkarkan di pangkal lengan, lalu disimpul. Penalian ini yang akan membuat jilbab tidak akan terbang-terbang meski bentuknya panjang dan lebar. Nah, aku lupa membuat tali simpul kedua tali tersebut di lenganku.
Sehingga, ketika sedang berenang di bagian kolam renang yang dalam (190 centimeter), jilbab renang syar'i itu melayang ke atas menutupi wajahku. Kebetulan, lagi renang pakai gaya katak. Ketika kepala ke atas, helai jilbab renang menutupi wajah, sambil tetap berenang aku membenamkan wajah ke air lagi. Berharap posisi jilbab kembali turun krn gerakan ini. Tapi ternyata jilbab malah semakin rekat sempurna menutupi wajah. Dia benar-benar menutupi jalan keluar masuk udara (hidung dan mulut), juga pandangan wajah. Dan bahan baju renang kan model kain yang langsung rekat di badan ketika basah ya? Nah. Bayangkan sendiri deh gimana jika wajah tertutup jilbab renang.
Tidak bisa lihat apa-apa juga tidak bisa bernafas. Dan saat itulah aku panik. Tiba-tiba terbetik pikiran "astaghfirullah, bisa mati tenggelam jika begini caranya." Sementara tali pengikat jilbab yang terurai kewer-kewer panjang mulai membelit leher. Sambil istighfar dan separuh takut mati tenggelam, aku memutuskan untuk mengingat dimana dinding kolam yang bisa aku raih. Aku ingat, dinding kolam renang terdekat denganku berada dekat dengan tangan kiriku. Sebenarnya, bisa saja aku terus berenang maju ke depan. Nanti juga pasti akan bertemu dengan bagian kolam renang yang dangkal pada akhirnya. Tapi, aku sadar sepenuhnya bahwa aku dalam kondisi panik, dan itu berarti nafasku mulai memendek dan itu bakalan mempercepat proses habisnya oksigen di dalam paru-paruku. Jika aku tidak bisa mengatasi rasa panikku sendiri, maka bisa jadi, meski aku cukup lumayan keahlian renangnya, tapi rasa panik bisa membuatku tenggelam karena kehabisan oksigen di tengah kolam. Jadi, lebih baik aku menuju ke dinding kolam renang terdekat. Menepi.
Akhirnya perlahan aku mulai berenang ke pinggir. Aku sadar bahwa saat itu hanya aku sendiri yang berada di tempat dalam. Orang-orang sedang asyik ngobrol di tempat dangkal atau di kolam jacuzy nya. Dan karena tidak bisa melihat, perjalanan ke pinggir tuh rasanya jauh sekali. Sementara rasa takut mati tenggelam makin kuat.
Akhirnya, Alhamdulillah tanganku bisa menyentuh dinding pinggir kolam. Segera berpegang kuat lalu berdiri di pijakan yg ada di dinding kolam. Sebelah tangan segera melepas jilbab dengan cepat. Aku sudah benar-benar kehabisan nafas. Lemas rasanya lututku. Tanganku gemetar sisa rasa takut. Alhamdulillah, begitu jilbab terlepas, aku lihat suami ternyata sudah ada di sebelahku. Rupanya, dia menyadari kesulitanku dan berenang mendekat. Lalu menenangkanku dari sisa panik sambil berusaha melepaskanku dari jilbab yang melilit tak terkendali.
Alhamdulillah. Jadi peringatan banget ini, jangan lupa ikat tali jilbab renang syar'i kalian, di kiri dan kanan lengan. Tidak boleh lupa. Atau masukkan ke dalam pakaian renang jika memang tidak ada talinya.
Tapi lebih dari itu, pelajaran banget buatku : "BAHWA BAHKAN MESKI KITA KESULITAN DAN TAHU BAHWA KITA AKAN TENGGELAM, JANGAN PERNAH LUPA ARAH YANG BENAR UNTUK KEMBALI. " Dan jangan pernah merasa kita seorang diri saja berjuang.
Hal-hal kecil yang terlihat sepele ternyata bisa berakibat fatal juga ya, Mbak? Makanya kalau dalam olahraga pertimbangan-pertimbangan nggak boleh pake kerudung itu kadang ya seperti ini... tapi selalu ada jalan bagi mereka yang serius ingin berhijab...
BalasHapusMengalir gaya penulisan Kakak, enak di baca
BalasHapusCerita seputar hidup mati di dalam kolam renang, cukup menarik :)