Komputerisasi oh Komputerisasi

[Lifestyle] Putra Sulungku menikah 2 tahun yang lalu. Yaitu di tanggal 17 Agustus 2017. Sebelum acara berlangsung, sebenarnya ada 1 ide dari anakku perihal undangan yang akan dibagikan pada para tamu. Yaitu, anak dan calon menantuku semula akan menambahkan QR code di undangan yang akan dibagikan tersebut. Mereka bilang, QR ini berguna untuk menditeksi apakah tamu yang datang sesuai dengan undangan plus memastikan apakah tamu yang mereka undang datang atau tidak datang. Karena QR Code pada undangan pernikahan tersebut berguna juga seperti tanda bukti kehadiran para tamu.

By the way, anak dan calon menantuku ini dulunya memang lulusan dari Fakultas Ilmu Komputer sih. Jadi, ide mereka ya tidak jauh dari bidang ilmu yang mereka pelajari di bangku kuliah.
ini anakku yang menikah 2 tahun lalu

Terus, gimana ceritanya undangan pernikahan mau dikasi QR code?

Apa itu QR Code?

 Aku pernah menulis tentang QR Code di tulisan sebelumnya, yaitu ketika kau menulis tentang penerapan QR Code di sektor FINTEK alias Finansial Teknologi.

QR CODE itu sendiri adalah barcode dua dimensi yang dapat menyimpan data. QR Code awalnya dikembangkan oleh Denso Corporation, Jepang. Penggunaan QR Code sudah dimulai di tahun 1994 untuk berbagai macam keperluan seperti membaca label makanan terbuat dari apa saja, atau membaca kartu jaminan sosial, dan sebagainya. Sekarang, dalam perkembangannya, QR Code diadopsi oleh FINTEK.

Untuk lebih lengkapnya tentang penerapan QR Code pada sektor FINTEK di Indonesia hingga melahirkan gagasan QRIS yang akan diberlakukan mulai 1 Januari 2020 besok, kalian bisa membacanya di sini nih:
Era Pembayaran QR A La Millenial

QR code ini sendiri bentuknya nggak rumit-rumit amat sih.


Dan keuntungan menggunakan Quick Response ini adalah:


Aku kutip dari tulisan "PERANCANGAN LABELLING PADA DOKUMEN MENGGUNAKAN QR CODE" Mita Pramihapsari;Messa Prima Kaldera yang dishare di internet, ini nih keuntungan dari penggunaan QR Code.

Kelebihan QR Code dibandingkan dengan Barcode adalah: (1) kapasitas atau panjang kata lebih banyak; (2) tipe data yang disimpan pada QR Code beragam dapat berupa angka atau huruf atau gabungan keduanya; (3) QR Code dapat dibaca dari segala arah sehingga kemungkinan gagal dalam membaca sangat kecil; (4) memiliki ketahanan hingga 30%. Sehingga apabila QR Code mengalami kerusakan hingga 30 % dapat tetap terbaca (QR Code.Com., 2010). Dengan kelebihan dan manfaat yang dimiliki, QR Code dapat digunakan sebagai sarana identifikasi surat pada saat surat masuk di bagian tata usaha suatu instansi. Tujuan pembuatan sistem pelabelan surat menggunakan QR Code ini adalah untuk memudahkan sirkualsi dan pengamanan surat serta dapat mempermudah dalam pengadministrasian surat. Pembahasan pada paper ini berfokus kepada skema pelabelan suatu dokumen dengan menggunakan QR Code dengan penambahan aspek kriptografi dengan menggunakan infrasturktur kunci publik (public key infrastructure). Public key infrastructure (PKI) adalah implementasi dari berbagai teknik kriptografi yang bertujuan untuk mengamankan data, memastikan keaslian data maupun pengirimnya dan mencegah penyangkalan. Aktivitas yang dilakukan PKI adalah pembangkitan, pemberian sertifikat, dan pendistribusian kunci, pemberian tanda tangan dan verifikasi tanda tangan, perolehan sertifikat, verifikasi sertifikat, penyimpanan sertifikat untuk penggunaan lebih lanjut, perolehan sertifikat yang sudah disimpan, laporan kehilangan kunci, pembangkitan ulang kunci yang hilang, perolehan crl, pemberian ulang kunci dan pemberian sertifikat ulang, pelaksanaan audit terhadap kejadian, seperti permintaan pasangan kunci dan sertifikat, pengarsipan kunci.

Tapiii... tetep sih. Masa undangan pernikahan pakai QR Code sih? Buatku, yang merupakan generasi X dan suami yang merupakan generasi Baby Boomers; ini sesuatu yang tidak lazim sama sekali. Apalagi jika kami harus mengingat kembali siapa saja undangan yang akan kami undang. Banyak di antara mereka yang seusia dengan kami. Artinya, banyak di antara para tamu undangan yang mungkin sama gaptek nya dengan kami.

Gimana jika banyak kerabat yang tersinggung karena penerapan QR Code tersebut?
Gimana jika ada tamu yang lupa bawa undangan lalu baper nggak jadi masuk ke dalam?
Gimana jika mereka karena merasa dekat jadi datang bersama keluarga besar, nanti tersinggung lagi.

Duh. Nggak usah yang aneh-aneh deh. Tidak perlu terlewat canggih.
Jadilah ide penerapan QR Code ini ditolak. Jadi akhirnya pakai undangan normal biasa saja.
Meski demikian, tetap saja sih. Anak dan calon menantuku waktu itu membagi dua undangan pernikahan mereka. Ada Undangan fisik (= undangan normal, undangan biasa, undangan seperti undangan pada umumnya sampai dengan di era tahun 2017 itu), dan ada undangan digital.

Undangan digital tuh, kekinian banget. jadi, tamu dikirimi link URL. Nanti, diklik URL nya, lalu ketika diketuk, kita akan tiba di halaman selamat datang. Lalu berikutnya ada cerita tentang mereka berdua. Keistimewaannya, karena aku wanti-wanti banget ke mereka bahwa aku tidak setuju dengan pembuatan foto-foto prewedding yang mesra dan berdua-duaan; jadi pada undangan digital tersebut seluruhnya dibuat dalam bentuk komik.


Nah, semacam yang ada di instagram menantuku ini deh.
Tapi, sayangnya, undangan digital itu harus sewa bandwith tertentu. Sekarang, karena menikahnya sudah lama jadi tidak diperpanjang lagi sewanya. Hehehe. (padahal tadinya mau diperlihatkan pada kalian).

Inovasi Komputerisasi

Kemarin, pas aku ngobrol dengan anak- suami dan menantu di meja makan kami yang berbentuk lingkaran, anak-anakku bercerita bahwa sekarang bisa dibilang QR Code itu nasibnya sudah seperti barcode dulu ketika mulai banyak digunakan orang.
Jika memang sudah ada kode angka, mengapa masih diperlukan barcode? Jawabnya adalah perangkat seperti komputer lebih mudah membaca sesuatu yang bersifat digital daripada angka yang bersifat analog. Kode barcode dengan warna contrast (hitam di atas putih) sangat mudah dikenali oleh sensor optik CCD (Charge Couple Device) atau laser yang ada pada alat pemindai (Scanner), untuk kemudian diterjemahkan oleh komputer menjadi angka.

Jadi selalu ada temuan baru yang lebih canggih dan lebih inovatif di bidang komputerisasi. Benar-benar deh hidup di jaman digital ini ya.

Apa yang dianggap sudah canggih, besok-besok dibuat yang lebih canggih lagi.
Dan demikianlah Quick Respode Code menggantikan Barcode.

"Sekarang ada lagi bu yang lebih canggih dan sudah lama diterapkan di kantor kami."
"Apa?"
"Absensi dengan menggunakan garis wajah."
"Oh, Bukan scan mata lagi?"
"Itu jaman dulu bu. Jadi, awalnya kan membaca sidik jari ya. Terus scan mata, terus scan suara, nah, sekarang komputerisasi tuh sudah sampai di membaca garis wajah secara keseluruhan. Jadi, kita harus berdiri diam di depan scan wajah, nanti wajah kita discan ama komputer. Jika cocok, baru deh pintu terbuka dan kita bisa masuk ke dalam ruangan."



"Jangan-jangan nih bu, nanti pas Hawna nikah, kita sudah nggak pakai undangan lagi. Tapi cukup lewat kirim pesan, bagi link URl untuk pendaftaran wajah yang akan hadir siapa saja. Jadi pas di gedung, orang harus scan wajah dulu kalau mau masuk gedung resepsi. Bagus juga bu ide ini, jadi kita bisa bikin program aplikasi penawaran pada para tamu yang sudah menscan wajahnya. Kan otomatis semua data tentang mereka masuk tuh. Tahun kelahiran, berat badan, tinggi badan, riwayat penyakit, dan sebagainya. Kita bisa menawarkan pada para tamu, kira-kira menu apa yang sebaiknya diambil bagi mereka, disesuaikan dengan kondisi kesehatan mereka. Jadi nggak kejadian lagi tuh, pulang dari resepsi masuk rumah sakit karena darah tinggi naik."

Duh.. duh.. .pening deh kepalaku. 2 tahun lalu saja bingung dengan ide undangan pernikahan diberi QR Code, ini lagi undangan pernikahan mau diselipkan scan wajah dan dibuat dalam bentuk aplikasi. #pijatkening .

By the way, yang dimaksud dengan Hawna itu adalah putri bungsuku yang saat ini masih duduk di bangku SMP. Hehehe... gimana kabarnya anak-anak temanku yang saat ini masih pada bayi ya? Kecanggihan apa yang bakal mereka tawarkan untuk acara keluarga mereka nanti?

Tidak ada komentar