Ibu Jaman Now

[Parenting] Profesi yang selalu ada sejak jaman dulu hingga sekarang itu adalah profesi sebagai seorang ibu. Mulai jaman kuda masih pakai sepatu kayu dan berjalan dengan derap keciplak kecipluk, hingga sekarang "kuda' memakai roda besi dan karet dan ngebut di jalan raya hingga batas kecepatan 200 Kilometer/jam tapi lalu tertangkap kamera CCTV jalan raya dan berakhir kena tilang polisi.

Profesi paling dahulu ada sebelum profesi lain bermunculan menyesuaikan dengan kebutuhan perkembangan jaman, ya profesi ibu. Berat dijalankan, tidak ada manual, tidak ada sekolahnya, tapi bisa dipelajari sambil dikerjakan dalam satu waktu.




Kebetulan, aku seorang ibu yang punya anak dari 2 (dua) generasi.
Anak sulungku adalah anak generasi milenial alias generasi Y.
Sedangkan anak tengah dan bungsuku, adalah anak generasi Z.

credit foto: Tirto.id


Anak dari dua generasi yang berbeda itu.... sedap-sedap sulit (ingat, sedap diucapkan dua kali, berarti banyakkan sedapnya daripada sulitnya).

Mengapa? Karena otomatis ada tuntutan peranan yang disampirkan ke pundakku sebagai ibu mereka. Dan tuntutan peranan itu adalah tuntutan peranan yang menghendaki aku untuk berubah alias ikut bertransformasi sesuai dengan permintaan jaman.

Mulai dari gaya memarahi anak. Aku termasuk anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang disiplin itu, berarti boleh memukul dan menghukum dengan alat dalam rangka mendisiplinkan anak. Nah. Gaya mendisiplinkan anak seperti ini, jaman sekarang sudah dianggap sebagai sesuatu yang tidak patut.

Jadi, jika dulu nih. Jika orang tuaku gemas dan kesal, mereka santai tuh melakukan...

"Apa-apaan sih, Ade." tis... cubit di paha. Cubitnya tuh model tekan dengan ibu jari dan sisi jari telunjuk, lalu diputar. Sambil melintir menahan sakit, aku minta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Sekarang aku ke anakku, "Apa-apaan sih, Nak." lalu diam saja dengan wajah cemberut. Hingga anak merasa bersalah dan minta maaf sendiri, lalu berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Atau ayahku tuh yang hobi banget..... pura-pura ingin melepas ikat pinggang yang melilit di celananya, dan bersiap-siap untuk mencabuk kami. Dan kami terbirit-birit mengkeret dan minta maaf padanya. (Padahal kalau dipikir-pikir, tidak pernah sekalipun ayah mencambuk kami dengan ikat pinggangnya loh. Dia cuma bersandiwara saja. Tapi herannya kami percaya ketika itu bahwa dia mampu melakukan cambukan itu jadi sebelum ikat pinggang benar-benar terlepas kami sudah duduk memohon maaf padanya).

Jaman sekarang, cukup suami mengeluarkan suara nada tegas peringatan sekali saja, lalu berlalu meninggalkan anak-anak kami menuju kamarnya dengan wajah tegang karena marah. Setelah tinggal aku dan anak-anak saja, barulah aku yang lalu membujuk anak-anak agar mereka mau minta maaf sambil menjelaskan maksud ayahnya adalah bla bla bla dan yang dilakukan oleh anak-anak itu salah karena bla bla bal jadi sebaiknya minta maaf pada ayah sekarang juga karena bla bla bla.

Entah cara kami mendisiplinkan anak-anak ini bagus apa tidak ya. Tapi, yang aku tahu pasti, insya Allah anak-anak sayang padaku. Dan karena rasa sayang mereka padaku itu, maka mereka tidak ingin melihat aku bersedih atau rikuh atau salah tingkah atau kagok dalam menjalankan perananku sebagai seorang ibu dan istri. Jadi, mereka berusaha semaksimal mungkin untuk mengembalikan jarum keseimbangan dalam rumah agar rumah kembali damai dan tenang. Alhamdulillah.

Karena anak-anak membantuku secara maksimal hingga aku bisa menjalankan fungsi dan perananku sebagai seorang ibu, maka timbal baliknya adalah, aku berusaha untuk menyesuaikan diriku ketika menjadi ibu mereka di tengah masyarakat.

Salah satunya adalah dengan melakukan penyesuaian yang sesuai dengan tuntutan jaman. Hal sepele seja ya. Dengan mengubah kebiasaanku dalam menyapa orang lain.

Hehehehe. Sepele banget kan?

Sebagai ibu jadul, aku sebenarnya terbiasa menyapa orang dengan sebutan

"Selamat pagi bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian. Saya ingin mengingatkan nih. Hari jumat besok bla bla bla."

Nah. Sebagai ibu jaman now, aku mengubah gaya menyapaku , disesuaikan dengan tuntutan jaman sekarang.

"Selamat pagi bunda dan ayahanda  sekalian. Saya ingin mengingatkan nih. Hari jumat besok bla bla bla."

Lalu, jaman berubah, dan kembali terjadi perubahan dimana aku juga harus ikut berubah menyesuaikan diri.  Ini sudah jaman now.

"Morning. Mams and paps sekalian. Saya ingin mengingatkan nih. Hari jumat besok bla bla bla."

😁😁😁😁😁😁

Buat seorang ibu yang usianya insya Allah 50 tahun di 2020, tapi punya banyak teman sesama orang tua murid usia muda, sebenarnya sapaan seperti ini rada kaku dan kagok buatku. Asli aku kagok. Tapi, mau bagaimana lagi? Hahaha... dinikmati sajalah. Alhamdulillah setelah beberapa lama, akhirnya terbiasa juga.

Kalian, punya pengalaman serupa tidak?




1 komentar

  1. aku punya anak di generasi Z. Memang beda banget mba pola asuh jaman kita kecil dgn anak2 kita. Dulu... aku pernah ngerasain dicubit mamah sampai tangannya melintir di paha wkwkwk... tapi skrg, aku gak pernah nyubit, karena memang beda....

    BalasHapus