[Pernikahan] 5 Tahun lalu, aku dan suami memang berencana untuk berangkat naik haji begitu kami memiliki rezeki yang cukup untuk berhaji. Sebelum uangnya terpakai untuk sesuatu yang cuma sebentar mengendap di dalam perut, atau habis untuk sesuatu yang bertahan sebentar saja di atas badan karena godaan trend fashion yang terus berubah setiap tahunnya, kami pun datang mendaftar untuk naik haji. Tapi, ternyata untuk wilayah DKI Jakarta saat itu, daftar tunggu untuk ONH reguler mencapai 12 tahun. Glek. 12 tahun itu kan bukan waktu yang sebentar ya. Anything can happen in 12 years. Apalagi akunya sakit-sakitan juga. Eh. Emang sih, banyak yang langsung pada bersuara, "hush. Nggak boleh ngomong gitu. Nanti malaikat lewat diaamiinkan loh." Tapi ya, tetap saja sih. Apapun bisa terjadi dalam masa tunggu 12 tahun itu.
Bayangkan. Jika kita baru melahirkan nih, maka anak bayi itu sudah duduk di bangku SMP.
Jika mencicil rumah, maka cicilan rumah 10 tahun sudah selesai.
Ukuran baju masih tetap ukuran yang sama nggak tuh dalam kurun waktu 12 tahun.
Pendek kata, aku dan suami mikir ulang. Lalu mulai melirik kemungkinan untuk berpindah jadi ONH Plus saja. Setelah tanya sana tanya sini, ternyata, ONH plus itu juga ada waiting listnya. Tapi waiting listnya tidak lama, hanya 3 s.d 5 tahun saja.
Baiklah. Akhirnya, bismillah, aku dan suami pun pindah mendaftar di ONH plus di tahun 2013.
Senang? Banget. Alhamdulillah. Karena selama menunggu tahun keberangkatan itu, aku asli menjaga fisikku banget. Karena pingin banget berangkat dalam kondisi yang sehat dan kuat. Beberapa kali jatuh sakit yang cukup lumayan hingga harus dirawat di rumah sakit, maka kalimat penyemangat untuk diriku sendiri adalah, "Ayo Ade, berusaha untuk sembuh, biar bisa naik haji tahun 2018 nanti.".
Akhirnya, tahun 2018 tiba dan senangnya luar biasa. Alhamdulillah.
Saat itulah sebuah nasehat tiba-tiba disodorkan padaku di tengah kegembiraan dan keriwehan melengkapi semua perlengkapan persiapan keberangkatanku.
"Hal pertama yang harus kamu lakukan. Minta maaflah pada pasanganmu, dan jangan ada rahasia apapun di antara kalian."
Teng
Tong
Entah mengapa nasehat ini malah bikin aku berdilema cukup panjang. Narik nafas panjang. Ugh. Berat. Kenapa sih pakai dikasih tahu nasehat seperti ini? Aku sempat memberontak di dalam hati. Karena sampai saat ini, aku tuh berpegang pada keyakinan, bahwa jika kita tidak tahu maka tidak berdosa jika tidak melakukannya. hehehe. Nah... masalahnya, kok ya malah ada yang sukarela memberitahu. Kan jadi runyam urusannya setelah aku jadi tahu. Jadi ada kewajiban untuk menjalankannya kan? Itu yang berat.
Pernikahanku alhamdulillah sudah berjalan selama 24 tahun lebih. Awal tahun nanti, aku dan suami akan merayakan ulang tahun pernikahan perak insya Allah, yang ke 25 tahun. Pernikahan ini manis sekali rasanya. Aku sih merasa pernikahanku dengan suami insya Allah sudah mendapatkan dan memenuhi syarat untuk dikatakan sakinah, mawaddah dan warahmah. Tapi meski demikian, tetap saja ada beberapa rahasia yang tidak ingin aku bagi dengan suamiku karena banyak pertimbangan.
Nah. Nasehat yang terdengar sederhana itu berubah jadi terasa berat buatku karena rahasia yang aku miliki ini. Gimana cara menyampaikannya pada suami? Bagaimana jika reaksi suami mind blowing? Tak terduga dan malah bikin berantakan segalanya? Bagaimana jika hasil "buka-bukaan" yang aku lakukan malah bikin rencana berangkat haji batal?
Nih. Asal tahu saja ya. Sebenarnya, tahun keberangkatan aku dan suami itu harusnya adalah tahun depan sih, mengingat nomor daftar tungguku baru bisa muncul jika ada 4000 jamaah yang mengundurkan diri di tahun 2018 ini. Aku pernah bertanya pada travel hajiku, biasanya alasan apa jamaah mengundurkan diri selain sakit dan meninggal? Jawaban mereka adalah, karena bercerai. #Celeguk. Duh. Bikin parno banget. Tapi tetap saja, sebelum berangkat "tidak boleh ada rahasia di antara kita" itu tetap berlaku bagi pasangan suami istri yang akan berangkat haji.
"Pergi haji itu, perjalanan jihad. Kita tidak tahu ujian apa yang akan datang pada kita selama disana. Bagaimana jika akhir ujian tersebut, ternyata usia kita cukup sampai disana saja? Masa kamu meninggal dengan membawa sebuah rahasia?"
Ah. Aku benci nasehat ini. Asli. Kenapa di antara banyak nasehat harus diberitahu nasehat ini coba padaku? Kan bisa ngasi nasehat, "hati-hati di jalan."... "kalau jatuh, bangun sendiri." ... "Sebelum kita makan. cuci tanganmu dulu. Jagalah kebersihan, agar sehat badanmu. Banyak-banyak makan jangan ada sisa, mari makan bersama." (eh, yang terakhir ini sih lagu yang sering diajarkan di TK ya?).
Setelah beberapa malam hanya mampu berkata, "Mas... aku mo ngomong ... ngg ... nggak jadi deh."
Berani.
Nggak berani.
Berani.
Nggak berani.
Tapi akhirnya berani juga.
Akhirnya, dengan memberanikan diri, aku pun mulai bercerita terus terang pada suamiku tentang rahasia-rahasia yang aku simpan dengan rapi selama ini. Semuanya.
Fiuh.
Serasa berhasil melewati jembatan goyang yang tali penopangnya sudah putus satu. Tapi setidaknya, aku tidak lagi memegang bola panas di tangan. Tanganku sudah terasa lega dan adem. Juga hatiku. Aku merasa hatiku lapang dan ringan. Tinggal satu hal mendebarkan satu lagi yang harus dihadapi. Reaksi suami. Tanggapan.
Deg
Deg
Deg
Lalu aku menunggu reaksinya.
Siap deh dengan segala kemungkinan terburuk sambil diam-diam berdoa, jangan sampai terjadi kemungkinan terburuk. Aku nggak mau menerima kemungkinan terburuk meski sebenarnya harus siap.
Alhamdulillah, ternyata suami tidak berkurang hormat dan sayangnya padaku setelah mendengar semua rahasia-rahasia yang aku bagi dengannya. Wah. Alhamdulillah banget. Alhamdulillah... alhamdulillah.
Dan karena sudah tidak ada rahasia di antara kami, maka selama menjalankan ibadah haji, hubunganku dengan suami malah jadi terasa manis sekali. Aku senang. Bahagianya bulat, utuh, ukuran super duper jumbo. Bahagia banget. Alhamdulillahiladzi tattimusholihat.
Dan moment terbaikku tahun ini, rasanya adalah moment ketika menjalankan ibadah haji ke tanah suci, Mekah dan Madinah. Sebelum momen ini datang, kerinduan untuk bertemu begitu mendebarkan. Gugup dan bahagia jadi satu. Ini adalah kedatanganku yang pertama ke tanah suci, jadi, tidak dapat bayangan seperti apa kotanya, suasananya, cuacanya, dan sebagainya. Memang sih dapat beberapa cerita dari beberapa teman yang pernah berangkat ke tanah suci tapi kebanyakan dapatnya cerita yang dibalut kisah datangnya hidayah gitu. Atau cerita tentang keajaiban yang kebanyakan seram-seram. Bikin rada takut. Meski demikian, tetap saja bikin penasaran. Dan rasa penasaran itu malah menerbitkan rindu untuk segera bisa bertemu.
Lalu, terjadilah.
Lalu, mengalami secara langsung.
Lalu, menangis terharu karena .... ah. Sulit dikatakan dengan kata-kata.
Ketika pertama kali melihat Ka'bah, dadaku sesak oleh rasa rindu yang rasanya telah memenuhi seluruh pembuluh darah, mengisi sempurna seluruh paru-paru dan jantungku. Kakiku gemetar setiap inci dia melangkah mendekati Ka'bah. Rasa rindu itu sudah memenuhi seluruh rongga di tungkai kakiku. Membuatnya terasa berat untuk melangkah. Gemetar. Dan akhirnya lemas sendiri lalu hanya mampu menangis saking terharu.
Ya Allah. ternyata sedemikian besarnya rasa terharu yang pekat tersebut.
Ternyata, sedemikian berat rasa rindu yang selama ini terpendam dan dipepat agar padat.
Tak tertahankan. Luruh tubuh tak kuasa menahannya.
Selama di tanah suci Mekah dan Madinah, aku menutup akun media sosialku. Hanya tersisa aplikasi whatsapp saja yang aku pertahankan karena biar bagaimanapun juga, aku ingin tetap terhubung kabar dengan anak-anakku. Pada merekalah aku sering mengirimkan swafotoku bersama suami. Juga cerita-cerita kami selama menjalankan ibadah haji.
Sedih, terharu, kaget, gembira, senang, ngantuk, segar, kesal, kecewa, marah, mencoba bersabar, semua moment ini diabadikan dengan foto. Tidak heran jika file foto selama aku berhaji jumlahnya ribuan. Lihat apa saja langsung, cekrek, difoto dengan smartphone.
Dalam hal ini. keberadaan sebuah smartphone yang mumpuni aku rasakan amat perlu. Kita tuh selama disana bawaannya pingin foto-foto saja. Apa saja pingin diabadikan dalam foto. Karena bagiku, foto itu bukan hanya menampilkan fisik kita saja. Tapi juga menyimpan kejadian, mengabadikan kenangan. Terlebih jika kejadian itu belum tentu terulang lagi di waktu dekat. Terlebih jika kejadian itu adalah sesuatu yang memang kehadirannya kita nanti-nantikan. Dan karena seringnya kebutuhan untuk mengabadikan kejadian dan kenangan itu, maka bukan cuma sembarang smartphone saja yang dibutuhkan. Tapi juga smartphone dengan memory yang besar, dan kemampuan performa yang mumpuni. Enak digenggam, dan tidak cepat panas. Tidak licin bodynya (maklum, ibadah haji itu ibadah fisik banget, jadi telapak tangan berkeringat itu sepertinya sering sekali terjadi). Dan tentu saja didukung oleh mesin yang canggih agar bisa mendukung performa smartphone itu sendiri.
Alhamdulillah aku dibekali dengan sebuah handphone yang memenuhi keinginanku dan kebutuhanku. Yaitu Samsung Galaxy Note 8.
Nah. Itulah ceritaku tentang momen yang di tahun 2018 ini merupakan momen yang paling berkesan buatku. Banget. Pokoknya, moment yang paling membahagiakan banget. Aku dan suami alhamdulillah seperti menjadi pengantin baru lagi sepulang dari sana. Rasa sayang tumbuh makin dalam di antara kami, dan nambah poin malah, karena jadi saling mengingatkan bahwa kami harus saling tolong-menolong sebagai sepasang suami istri, sebagai sepasang ayah dan ibu, agar kelak bisa masuk ke dalam surga Allah bersama-sama, sekeluarga. Aamiin.
Kalau kamu sendiri, momen apa yang paling membuatku berkesan di tahun 2018 ini?
------------------------------
Bayangkan. Jika kita baru melahirkan nih, maka anak bayi itu sudah duduk di bangku SMP.
Jika mencicil rumah, maka cicilan rumah 10 tahun sudah selesai.
Ukuran baju masih tetap ukuran yang sama nggak tuh dalam kurun waktu 12 tahun.
Pendek kata, aku dan suami mikir ulang. Lalu mulai melirik kemungkinan untuk berpindah jadi ONH Plus saja. Setelah tanya sana tanya sini, ternyata, ONH plus itu juga ada waiting listnya. Tapi waiting listnya tidak lama, hanya 3 s.d 5 tahun saja.
Baiklah. Akhirnya, bismillah, aku dan suami pun pindah mendaftar di ONH plus di tahun 2013.
Senang? Banget. Alhamdulillah. Karena selama menunggu tahun keberangkatan itu, aku asli menjaga fisikku banget. Karena pingin banget berangkat dalam kondisi yang sehat dan kuat. Beberapa kali jatuh sakit yang cukup lumayan hingga harus dirawat di rumah sakit, maka kalimat penyemangat untuk diriku sendiri adalah, "Ayo Ade, berusaha untuk sembuh, biar bisa naik haji tahun 2018 nanti.".
Akhirnya, tahun 2018 tiba dan senangnya luar biasa. Alhamdulillah.
Saat itulah sebuah nasehat tiba-tiba disodorkan padaku di tengah kegembiraan dan keriwehan melengkapi semua perlengkapan persiapan keberangkatanku.
"Hal pertama yang harus kamu lakukan. Minta maaflah pada pasanganmu, dan jangan ada rahasia apapun di antara kalian."
Teng
Tong
Entah mengapa nasehat ini malah bikin aku berdilema cukup panjang. Narik nafas panjang. Ugh. Berat. Kenapa sih pakai dikasih tahu nasehat seperti ini? Aku sempat memberontak di dalam hati. Karena sampai saat ini, aku tuh berpegang pada keyakinan, bahwa jika kita tidak tahu maka tidak berdosa jika tidak melakukannya. hehehe. Nah... masalahnya, kok ya malah ada yang sukarela memberitahu. Kan jadi runyam urusannya setelah aku jadi tahu. Jadi ada kewajiban untuk menjalankannya kan? Itu yang berat.
Pernikahanku alhamdulillah sudah berjalan selama 24 tahun lebih. Awal tahun nanti, aku dan suami akan merayakan ulang tahun pernikahan perak insya Allah, yang ke 25 tahun. Pernikahan ini manis sekali rasanya. Aku sih merasa pernikahanku dengan suami insya Allah sudah mendapatkan dan memenuhi syarat untuk dikatakan sakinah, mawaddah dan warahmah. Tapi meski demikian, tetap saja ada beberapa rahasia yang tidak ingin aku bagi dengan suamiku karena banyak pertimbangan.
Nah. Nasehat yang terdengar sederhana itu berubah jadi terasa berat buatku karena rahasia yang aku miliki ini. Gimana cara menyampaikannya pada suami? Bagaimana jika reaksi suami mind blowing? Tak terduga dan malah bikin berantakan segalanya? Bagaimana jika hasil "buka-bukaan" yang aku lakukan malah bikin rencana berangkat haji batal?
Nih. Asal tahu saja ya. Sebenarnya, tahun keberangkatan aku dan suami itu harusnya adalah tahun depan sih, mengingat nomor daftar tungguku baru bisa muncul jika ada 4000 jamaah yang mengundurkan diri di tahun 2018 ini. Aku pernah bertanya pada travel hajiku, biasanya alasan apa jamaah mengundurkan diri selain sakit dan meninggal? Jawaban mereka adalah, karena bercerai. #Celeguk. Duh. Bikin parno banget. Tapi tetap saja, sebelum berangkat "tidak boleh ada rahasia di antara kita" itu tetap berlaku bagi pasangan suami istri yang akan berangkat haji.
"Pergi haji itu, perjalanan jihad. Kita tidak tahu ujian apa yang akan datang pada kita selama disana. Bagaimana jika akhir ujian tersebut, ternyata usia kita cukup sampai disana saja? Masa kamu meninggal dengan membawa sebuah rahasia?"
Ah. Aku benci nasehat ini. Asli. Kenapa di antara banyak nasehat harus diberitahu nasehat ini coba padaku? Kan bisa ngasi nasehat, "hati-hati di jalan."... "kalau jatuh, bangun sendiri." ... "Sebelum kita makan. cuci tanganmu dulu. Jagalah kebersihan, agar sehat badanmu. Banyak-banyak makan jangan ada sisa, mari makan bersama." (eh, yang terakhir ini sih lagu yang sering diajarkan di TK ya?).
Setelah beberapa malam hanya mampu berkata, "Mas... aku mo ngomong ... ngg ... nggak jadi deh."
Berani.
Nggak berani.
Berani.
Nggak berani.
Tapi akhirnya berani juga.
Akhirnya, dengan memberanikan diri, aku pun mulai bercerita terus terang pada suamiku tentang rahasia-rahasia yang aku simpan dengan rapi selama ini. Semuanya.
Fiuh.
Serasa berhasil melewati jembatan goyang yang tali penopangnya sudah putus satu. Tapi setidaknya, aku tidak lagi memegang bola panas di tangan. Tanganku sudah terasa lega dan adem. Juga hatiku. Aku merasa hatiku lapang dan ringan. Tinggal satu hal mendebarkan satu lagi yang harus dihadapi. Reaksi suami. Tanggapan.
Deg
Deg
Deg
Lalu aku menunggu reaksinya.
Siap deh dengan segala kemungkinan terburuk sambil diam-diam berdoa, jangan sampai terjadi kemungkinan terburuk. Aku nggak mau menerima kemungkinan terburuk meski sebenarnya harus siap.
Alhamdulillah, ternyata suami tidak berkurang hormat dan sayangnya padaku setelah mendengar semua rahasia-rahasia yang aku bagi dengannya. Wah. Alhamdulillah banget. Alhamdulillah... alhamdulillah.
Dan karena sudah tidak ada rahasia di antara kami, maka selama menjalankan ibadah haji, hubunganku dengan suami malah jadi terasa manis sekali. Aku senang. Bahagianya bulat, utuh, ukuran super duper jumbo. Bahagia banget. Alhamdulillahiladzi tattimusholihat.
wajah bahagia ketika mendapat pengarahan bagaimana berhaji di tanah suci nanti, setelah dipastikan berangkat tahun ini |
Dan moment terbaikku tahun ini, rasanya adalah moment ketika menjalankan ibadah haji ke tanah suci, Mekah dan Madinah. Sebelum momen ini datang, kerinduan untuk bertemu begitu mendebarkan. Gugup dan bahagia jadi satu. Ini adalah kedatanganku yang pertama ke tanah suci, jadi, tidak dapat bayangan seperti apa kotanya, suasananya, cuacanya, dan sebagainya. Memang sih dapat beberapa cerita dari beberapa teman yang pernah berangkat ke tanah suci tapi kebanyakan dapatnya cerita yang dibalut kisah datangnya hidayah gitu. Atau cerita tentang keajaiban yang kebanyakan seram-seram. Bikin rada takut. Meski demikian, tetap saja bikin penasaran. Dan rasa penasaran itu malah menerbitkan rindu untuk segera bisa bertemu.
Lalu, terjadilah.
Lalu, mengalami secara langsung.
Lalu, menangis terharu karena .... ah. Sulit dikatakan dengan kata-kata.
pesan yang kukirim ke whatsapp keluarga intiku |
Ketika pertama kali melihat Ka'bah, dadaku sesak oleh rasa rindu yang rasanya telah memenuhi seluruh pembuluh darah, mengisi sempurna seluruh paru-paru dan jantungku. Kakiku gemetar setiap inci dia melangkah mendekati Ka'bah. Rasa rindu itu sudah memenuhi seluruh rongga di tungkai kakiku. Membuatnya terasa berat untuk melangkah. Gemetar. Dan akhirnya lemas sendiri lalu hanya mampu menangis saking terharu.
Ya Allah. ternyata sedemikian besarnya rasa terharu yang pekat tersebut.
Ternyata, sedemikian berat rasa rindu yang selama ini terpendam dan dipepat agar padat.
Tak tertahankan. Luruh tubuh tak kuasa menahannya.
Selama di tanah suci Mekah dan Madinah, aku menutup akun media sosialku. Hanya tersisa aplikasi whatsapp saja yang aku pertahankan karena biar bagaimanapun juga, aku ingin tetap terhubung kabar dengan anak-anakku. Pada merekalah aku sering mengirimkan swafotoku bersama suami. Juga cerita-cerita kami selama menjalankan ibadah haji.
Sedih, terharu, kaget, gembira, senang, ngantuk, segar, kesal, kecewa, marah, mencoba bersabar, semua moment ini diabadikan dengan foto. Tidak heran jika file foto selama aku berhaji jumlahnya ribuan. Lihat apa saja langsung, cekrek, difoto dengan smartphone.
Dalam hal ini. keberadaan sebuah smartphone yang mumpuni aku rasakan amat perlu. Kita tuh selama disana bawaannya pingin foto-foto saja. Apa saja pingin diabadikan dalam foto. Karena bagiku, foto itu bukan hanya menampilkan fisik kita saja. Tapi juga menyimpan kejadian, mengabadikan kenangan. Terlebih jika kejadian itu belum tentu terulang lagi di waktu dekat. Terlebih jika kejadian itu adalah sesuatu yang memang kehadirannya kita nanti-nantikan. Dan karena seringnya kebutuhan untuk mengabadikan kejadian dan kenangan itu, maka bukan cuma sembarang smartphone saja yang dibutuhkan. Tapi juga smartphone dengan memory yang besar, dan kemampuan performa yang mumpuni. Enak digenggam, dan tidak cepat panas. Tidak licin bodynya (maklum, ibadah haji itu ibadah fisik banget, jadi telapak tangan berkeringat itu sepertinya sering sekali terjadi). Dan tentu saja didukung oleh mesin yang canggih agar bisa mendukung performa smartphone itu sendiri.
Alhamdulillah aku dibekali dengan sebuah handphone yang memenuhi keinginanku dan kebutuhanku. Yaitu Samsung Galaxy Note 8.
ini spek dari samsung galaxy note 8 |
Kelebihan Samsung Galaxy Note 8
1. Kameranya luar biasa.
Nah, di bawah ini adalah contoh dari foto yang aku ambil menggunakan kamera handphoneku, Samsung Galaxy Note 8. Foto yang diambil dalam suasana amat sangat crowded alias penuh sesak. Handphone Samsung Galaxy Note 8 ini ringan banget, tidak licin di tangan dan bisa mengambil gambar dengan cepat. Kameranya asli smart banget, jadi kita tinggal klin tompol power yang ada di sebelah kanan, lalu ada tautan cepat kamera (ini posisi kamera masih tidur dan terkunci padahal), lalu cekrek! Bisa langsung mengabadikan gambar apa saja. Video juga bisa. Hasilnya tetap luar biasa.
Mengapa mengabadikan momen kehidupan itu menjadi penting buatku? Karena, tidak semua orang bisa melihat dan mengalami langsung. Karena berbagai kejadian yang muncul itu sering merupakan kejadian yang tidak dapat diduga sebelumnya dan yang namanya moment itu tidak bisa diulang kedua kalinya. Spontan. BLEB. Muncul begitu saja menggoreskan kenangan. Itu sebabnya, keberadaan momen kehidupan yang terekam dalam foto atau video menjadi begitu penting.
Bahkan, ketajaman kamera Samsung Galaxy Note 8 ini nih, bisa dilakukan dalam kondisi malam hari yang minim cahaya. Dia tetap tajam alhamdulillah. Mana lagi baterenya tahan lama lagi. Nih, aku tuh wukuf selama 2 hari nggak ketemu colokan loh. Tapi handphoneku tetap bertahan untuk mengabadikan kenangan. Handphone lain biasanya suka menjerit dan menyerah tidak bisa lagi mengabadikan gambar jika batere kurang dari 10 %. Nah, 10% sisa batere Samsung Galaxy Note 8 itu, berarti masih bisa dipakai hingga 5 jam dengan posisi bukan dipakai untuk berbicara. Jadi. lumayan masih bisa dipakai buat baca Al Quran.
Aku termasuk orang yang tidak begitu suka mengedit foto atau menggunakan beauty camera secara berlebihan. Karena, kenyataannya. memang kita tidak mungkin akan bisa terlihat sempurna sepanjang waktu. Kadang, ada wajah lusuhnya karena memang saat itu sedang lelah. Kadang, ada wajah yang suntuk, karena sebagai manusia biasa pastilah menemui sesuatu yang tidak berkenan di hati. Jadi, wajar banget kan jika terekam sedang tidak sempurna? Justru, semua kenangan itu akan menimbulkan kehangatan dalam ingatan ketika mengenangnya di waktu yang akan datang.
Seperti foto-foto swafoto di bawah ini, yang memperlihatkan kondisi asliku pada saat itu.
Aku termasuk orang yang tidak begitu suka mengedit foto atau menggunakan beauty camera secara berlebihan. Karena, kenyataannya. memang kita tidak mungkin akan bisa terlihat sempurna sepanjang waktu. Kadang, ada wajah lusuhnya karena memang saat itu sedang lelah. Kadang, ada wajah yang suntuk, karena sebagai manusia biasa pastilah menemui sesuatu yang tidak berkenan di hati. Jadi, wajar banget kan jika terekam sedang tidak sempurna? Justru, semua kenangan itu akan menimbulkan kehangatan dalam ingatan ketika mengenangnya di waktu yang akan datang.
Seperti foto-foto swafoto di bawah ini, yang memperlihatkan kondisi asliku pada saat itu.
Desainnya yang Keren
Sudah tidak diragukan lagi kali ya, model-model handphone Samsung memang selalu cantik. Nah, Samsung Galaxy Note 8 ini pun sama cantiknya.Stylusnya Sukaaaaa
Iya, stylusnya itu bikin aku bisa menunjuk sesuatu yang kecil mungil di layar sentuh handphoneku. Terus, jika stylusnya diambil nih, akan muncul pilihan smart kita mau ngapain dengan stylus itu. Mau sekedar nulis tangan, gambar, menulis pesan hidup, bahkan kita bisa melakukan crop foto dan video yang muncul live di layar handphone kita untuk kita share atau simpan di handphone kita. Dan stylus ini enak banget dipegang tangan. Nggak kekecilan, nggak licin, dan kita juga nggak perlu ngambang gitu tangannya ketika sedang mencoret di atas layar handphone kita. Jadi, nempel aja biasa kayak lagi nulis di atas kertas biasa.ini salah satu hasil coretanku yang merupakan kenangan ketika berhaji di tahun 2018 ini, kenangan ketika sedang berjalan berdua dengan suamiku. Bekerjasama meraih cinta Ilahi |
Nah. Itulah ceritaku tentang momen yang di tahun 2018 ini merupakan momen yang paling berkesan buatku. Banget. Pokoknya, moment yang paling membahagiakan banget. Aku dan suami alhamdulillah seperti menjadi pengantin baru lagi sepulang dari sana. Rasa sayang tumbuh makin dalam di antara kami, dan nambah poin malah, karena jadi saling mengingatkan bahwa kami harus saling tolong-menolong sebagai sepasang suami istri, sebagai sepasang ayah dan ibu, agar kelak bisa masuk ke dalam surga Allah bersama-sama, sekeluarga. Aamiin.
Kalau kamu sendiri, momen apa yang paling membuatku berkesan di tahun 2018 ini?
------------------------------
Masya Allah...barakallah fikum. Semoga mabrur ya, mbak. Btw, di tahun 2018 yg membuat saya berkesan tak ada yg khusus banget, sih. Tapi ada satu yaitu bisa merasa makin baik dan tenang menjalani peran semuanya. Doakan ya mbak. Oya, semoga menang, ya. Huawai nova 3i nya emang bikin mupeng 😂😁
BalasHapusCeritanya sangat menginspirasi mba Ade, sunggu perjalanan spiritual yang penuh kesan, alhamdulillah ya suami bisa menerima segala rahasia, sehingga perjalanan haji lebih khusyuk dan tenang
BalasHapusMasya Allah... Terharu banget bacanya mbak. Nikmatnya beribadah di tanah suci bersama pasangan hidup.
BalasHapusSemoga Allah kembali mengundangku ke sana dengan suami. Aamiiin
Allhamdulillah kalau sudah gak ada rahasia lagi ya mbak, rasanya pasti plong dan pergi haji pun lancar
BalasHapusAlhamdulillah Mbakde, salah satu hal yang membuat tenang, ringan dan bahagia, bisa jadi tidak ada beban rahasia ya. Saya belajar untuk tidak memendam rahasia deh, hehehe. Moment paling membahagiakanku di tahun 2018? Nemenin Fira sekolah PAUD, hahaha receh ya? ya akhirnya satu per satu anak anak sekolah dan saya Alhamdulillah dapat mendampingi. Sehat selalu untuk kita semua ya Mbakde
BalasHapusMomen paling berkesanku tahun ini apa ya mba Ade. ah gk tau deh. Suasana hatiku msh terpengaruh ceritamu. Merinding baca cerita soal hajii, ikut bahagiaaaa
BalasHapusMasyaALLAH saya selalu terharu membaca cerita tentang pengalaman orang ke Baitullah. semoga tercapai ya mba dapetin hp idamannya.. itu juga hp idaman saya lho hehe
BalasHapusKamera depannya bikin bahagia banget ya mbak, bisa selfie dengan paripurna. Semoga bisa dapetin HP impiannya ini yaa mba :)
BalasHapusAlhamdulillah, bahagia syekali aku baca ceritanya. Menabung buat ONH Plus emang harus dipersiapkan sejak sekarang ya mba, aku jadi terinspirasi dan ingin segera memulai
BalasHapusIkut bahagia melihat foto-foto Mba Ade dan suami di tanah suci. Melihat foto-fotonya, diam-diam terlantun doa di dalam hati, semoga kelak saya dan suami juga bisa menginjakkan kaki ke sana, amiiin
BalasHapusMasya Allah, ikut terharu dan bahagia, Mak Ade.
BalasHapusSempat ngikik di bagian ini:
Ukuran baju masih tetap ukuran yang sama nggak tuh dalam kurun waktu 12 tahun. :D hahaha
Oya, bagus juga ya akhirnya menjalankan nasihat orang itu. Jadinya benar2 plong dan bahagianya luar biasa.
alhamdulillaaaah ya mba Adeee...aku mau jadi tamu-Nya jugaaaa. Doakan yaaa. Dan udah mau 25 tahun ya mbaaa. Selamat ya!
BalasHapuswah bahagianyaaa. Semoga sukses dengan huaweynya yah mba
BalasHapusMbak Ade, aku bacanya ikutan terharu jugak,
BalasHapusMomen berkesan di tahun 2018 ini, apa yah, ada 2 tapi salahsatunya momen berkesan sederhana jga bisa pakai baju sarimbitan sama emak heee
Langgeng sampai Jannah-Nya ya Mbak Ade
Ikutan bahagia lihat keharmonisan mbak ade dan suami
inspiratif anet heee
Alhamdulillah mba bisa memotong jadwal tunggu dengan ONH Plus ya mba. Bahagianya tak terkira. Oh ya memang juga dibilangin sebelumnya harus minta maap ke oramgtua dan pasangan. Btw, senang skali jika punya hp baru. Ehehhehe
BalasHapusAku gak kepikiran orang gagal berangkat haji karena cerai. Memang ya kudu niatnya benar2 bersih. Ibadah pun gak ninggalin moment berharga
BalasHapusJadi terharu mba', Semoga berkah ya.. Huawei nya bikin baper, spesifikasinya itu lho, apa lagi 4 camera AI nya :)
BalasHapusYa Allah, Mbak Ade.... Ransel yang hilang itu ternyata isinya uang? Iya sih emang ya, shock banget pastinya. Tapi alhamdulillah Mbak Ade berhasil untuk mengikhlaskannya. InsyaAllah hajnya mabrur. :)
BalasHapusBegitu udah selesai cerita dan kekhawatiran kekhawatiran itu tidak yerbukti, rasanya lega banget ya mbak...
BalasHapuscouple favo aku mba Ade n suami ini lihat fotonya romantis bangets pastilah ini moment terindah apalagi di Mekah y mba
BalasHapusWaduh, ceritanya bikin terharu. Ada lika-likunya juga ternyata ya. Banyak ikhlas, banyak syukur, banyak doa. Insya Allah haji yang mabrur. :)
BalasHapusMasyaa Allah mba ceritanyaa jadi pengen haji jugaaa.. semoga kita bisa semua jodoh yah kesana.. Aminnn
BalasHapusBarakallahu fiikum, mba..
BalasHapusSenang baca kisahnya.
Wah baru tau. Jadi kalo mau naik haji tuh gak boleh ada rahasia di antara pasangan suami istri ya
BalasHapusAku pengen banget naik haji ya Allah semoga dimudahkan
BalasHapusAku langsung teringat pengalamanku sendiri, pas di bagian ini:
BalasHapus"...Ketika pertama kali melihat Ka'bah, dadaku sesak oleh rasa rindu yang rasanya telah memenuhi seluruh pembuluh darah, mengisi sempurna seluruh paru-paru dan jantungku. Kakiku gemetar setiap inci saat melangkah mendekati Ka'bah. Rasa rindu itu sudah memenuhi seluruh rongga di tungkai kakiku. Membuatnya terasa berat untuk melangkah. Gemetar. Dan akhirnya lemas sendiri lalu hanya mampu menangis saking terharu."
Begitu juga pengalamanku, mba, waktu umroh lalu
Agustus bulan lalu, perkawinanku memasuki tahun ke 25, mba.
Kurleb sama kita ya.
Semoga aku juga bisa menunaikan haji berdua babang suami, kelak.
Insya Allah, Insya Allah.
Alhamdulillah mbak Ade, seneng banget bacanya, barakallah sudah menunaikan ibadah haji dengan suami tercinta. Saya masih menunggu dua tahun lagi, insyaAllah, doakan sehat selalu ya. Seperti kata mbak Ade, anything can happen saat menunggu kita gak tau apa yg terjadi nanti.
BalasHapusMba Ade sama suami wajahnya mirip ya. Alhamdulillah ibadahnya lancar, pulang juga dalam keadaan sehat.
BalasHapusAku lihat ini jadi kayak nostalgia. Bener sih kalo mau berangkat haji mesti gak ada ganjalan di antara suami-istri. Maksudnya agar selama di tanah suci, hubungan suami istri makin erat dan mesra.
Ibadah yang indah dan romantis. Semoga saya juga bisa ke Tanah Suci suatu hari nanti.
BalasHapus