Tamu Tak Diundang

Catatan Sakit (1) : Tamu Tak Diundang

Ada yang datang tanpa diundang hari ini, tapi bukan jailankung.
Ingin kutendang jauh-jauh tapi dia tidak berbentuk bola sepak.
Sebal.

Aku benci tamu tak diundang yang menguasai rumah yang dia tumpangi sesuka hati.
Aku benci tamu yang bermetamorfosa menjadi penjajah yang menguasai daerah yang dia kuasai dengan kejamnya.
Sebal.




Aku benci tuan rumah yang tidak punya daya untuk mengendalikan tamunya yang kurang ajar.
Aku benci tuan rumah yang tidak punya kekuatan untuk mengusir tamunya agar bersedia segera pergi dari rumahnya.
Kesal.

Sama kesalnya seperti ketika aku menemukan sebuah penyakit bercokol dalam tubuhku kali ini.
“Mas…. Sepertinya, ada benjolan lagi deh di tubuhku.”
“Hah? …apakah… seperti dulu?”
Tahun 1993 dan 1994, aku memang pernah memiliki tumor jinak di payudara dan keduanya sudah diambil lewat operasi. Lalu kehidupan yang mapan dan kebahagiaan yang beruntun dan terus menerus membuatku lupa bahwa aku pernah mengidap penyakit ini.

“Bu. Ibu tahu tidak, ibu baru saja melakukan sebuah kecerobohan yang amat sangat fatal. Dari sekian banyak perempuan, ibu termasuk perempuan yang beresiko tinggi terkena kanker payudara. Pertama, ibu gemuk. Ini sudah tidak ada ampun lagi. Orang yang pernah punya tumor sebelumnya, tidak boleh punya tubuh gemuk. Itu harus. Tidak bisa ditawar lagi.” (glek. Sementara aku hanya bisa mendesiskan kalimat, “Ini juga sudah usaha dok, tapi ngurusin badan nggak semudah membalik telapak tangan.”).
“Kedua, ibu pernah dua kali dihinggapi tumor. Memang tumor jinak, tapi kan bukan berarti persoalan jadi remeh. Orang yang pernah kena satu kali saja, wajib hukumnya untuk memeriksakan diri setiap tiga tahun sekali. Mammografi dan USG, itu wajib. Coba berapa kali ibu pernah memeriksa diri?” (Glek. Lagi-lagi aku hanya bisa mendesiskan kalimat, “Belum pernah sih, paling SADARI saja di rumah.” Lalu dokter kembali berkata dengan kejam, “Orang sering terlena ketika sehat, lupa bahwa dia bisa jatuh sakit suatu waktu. Saya menemukan banyak sekali pasien yang datang dengan kondisi yang sudah terlambat hanya karena satu hal, soalnya nggak sakit dok, jadi untuk apa ke dokter? Heran saya, kok bisa sebegitu cuek ya untuk kesehatan diri sendiri.”)

Ah. Memangnya siapa yang mau sakit?
Lalu, tanpa terasa senja di hari berikutnya berlalu dengan muram.
Warna jingga yang selalu mentakjubkanku tiba-tiba terlihat tidak lagi menarik.
Dan aku juga tidak lagi terkagum-kagum dengan tetes-tetes air hujan yang turun dengan cantik di atas daun pohon kemuning.

“Aku takut mas.”
“Jangan dipikirkan terlalu dalam. Kita periksa saja dulu lengkap. Siapa tahu nggak separah yang disangka.”
Akhirnya hari-hari yang sibuk pun dimulai. Bolak balik ke rumah sakit untuk periksa ini dan itu sementara tawaran untuk mengikuti kegiatan menulis terus berdatangan. Godaan untuk menulis terus menggedor-gedor kepala.
“Istirahat De, jangan terlalu lelah.”

Ah.
Tamu tak diundang yang kali ini datang ke tubuhku benar-benar sudah terasa amat mengganggu kehadirannya. Dan aku sebagai tuan rumah yang ketempatan, kehabisan akal untuk mengusirnya pergi.
Kesal.

----------bersambung.-------
Penulis: Ade Anita, Catatan kenangan di bulan Februari 2011 (dilarang keras sms nanya kabar, baca aja lanjutannya.. lagi malas ngasi kabar soalnya.. hehehehe... peace.).

dan ini tanggapan dari teman-teman facebook yang amat perhatian padaku. Mengharukan, jadi aku simpan disini saja semua komentar dari mereka.

Nur Rahma Hanifah Mbaaakkk... Aku ndak ditag ya? :( apa aku salah lihat? Tapi gpp deh gak ditag, yang penting masih diizinin baca kan? ;)
11 February at 21:16 · Like

Astrid Septyanti Fuyuharuaki ditunggu kelanjutan kabarnya y mbak. semoga tidak ada sakit yang serius ya dan kembali berkejar-kejaran dengan deadline...
11 February at 21:16 · Like

Meata Radith أَسْتَغفِرُاللهَ الْعَظيِمْ
Lamaaa bgt rasa'y gak dikirimi note tiba2.... *speechless* Smoga smua baik2 aja ya mbaaa.... Aq jg 'sakit' dan sakitku ini bs m'renggut nyawaku kpn sj tp aq tdk mau dikalahkan oleh sakit iniii.... Aq tetap semangattt & hrs semangat bgitu jg dgn mb'Ade *hug* :))
11 February at 21:20 · Like

Tyasti Aryandini Spechless tidak bisa berkata-kata,mau sms penuh doa tapi juga tidak bisa berkata-kata,hanya doa yang bisa kupanjatkan untuk Mbak Ade,semoga semua ini semata karena kasih sayangNya yang tak terhingga pada Mbak Ade,sehingga Allah SWT memilih Mbak Ade sbagai bagian dari rahasiaNya..uhibukki fillah ya ukhti ^_^
11 February at 21:34 · Like

Tyasti Aryandini Speechless tidak bisa berkata-kata,mau sms penuh doa tapi juga tidak bisa berkata-kata,hanya doa yang bisa kupanjatkan untuk Mbak Ade,semoga semua ini semata karena kasih sayangNya yang tak terhingga pada Mbak Ade,sehingga Allah SWT memilih Mbak Ade sbagai bagian dari hambaNya yang mengalami rahasiaNya...syafakillah,uhibukki fillah ya ukhti ^_^
11 February at 21:36 · Like

Rika Risnawati Tetep smgat melawan sakit mba, smoga alloh mmberikn kesembuhn kmbali. Di tunggu klanjutnya.
11 February at 21:45 · Like

Riawani Elyta smoga cepat smbuh en pulih mbak ade...insya Allah, sikap optimis en kekuatan pikiran mbak sangat mendukung proses kesembuhan, kalo ada reaksi negatif kaya' kesal dsb itu sgt wajar, tp kalo bisa dihalau ya baiknya dihalau mbak, jgn biarin mengganggu optimsime dan semangat mbak...keep spirit mbak ade!
11 February at 21:48 · Like

Afifah Ahmad ‎*big hugs* Semoga tamunya berpulang dengan baik-baik ya mbak...
11 February at 23:45 · Like

Cepi Sabre mba ade nomer ha pe nya berapa? saya mau sms, nanyain kabar. hehehe...

seperti hujan yang jatuh di pucuk-pucuk daun kemuning, kabar buruk kadang menyergap begitu dingin. tapi seperti daun kemuning, kita tidak akan rubuh hanya karena hujan.

aduuuhhh ... saya gak bisa menghibur dengan baik. sebel.
12 February at 00:07 · Like

Nurul Asmayani Mba Ade...ingin memeluk,tapi jarak kita terentang sangat jauh.Hiks
Mba...syafakillah.Tetap optimis dan semangat ya Mba. Terkadang, ketika kita sdh pesimis duluan, penyakit yang gak seberapapun akan jadi terasa sangat menyakitkan.Tapi jika tetap optimis,insya Allah segalanya akan berakhir dan berlalu...
*aku gak bisa banyak berkata lagi*
12 February at 07:13 · Like

Diana R Wardhana cpt smbuh n tetap smangat.. smg Alloh sll mnjaga mlindungi kita smua.. d tgg kelanjutan crtnya y bu..
12 February at 07:44 · Like

Sari Viciawati Mbak Ade... *peluk erat*
12 February at 07:46 · Like

Arfianti Dwi Kusuma Tetap berpikir positif n optimis ya de..dan aq yakin..itu kamu bgt,..:)
12 February at 08:44 · Like

Evatya Luna Banyak orang yg sakit, tp tak bnyk yg mau berbagi cerita.
Ada yg mau berbagi cerita, tp sebagiannya tdk bisa.
Ada yg bisa, tapi gak indah dan penuh airmata.
Salut dan hormat buat mbak Ade yg mau dan bisa bercerita dengan indah ke kita ttg ini :)
Hebaaaaat....!!
Yakin banget mbak Ade pasti bisa ngusir tamu tak diundang itu secepatnya ^^
*sorry ikutan ngintip cerita hebatnya meski gak di tag. Keren dan inspiring bgt soalnya ;)*
12 February at 09:18 · Like

Qonita Musa saya bisa merasakannya, Mbak, sebab sekitar tahun 2006 juga ada benjolan di indung telur saya berdiameter 5cm, suruh operasi pemotongan, kebayang sedihnya.... saya ngotot nggak mau dan ternyata itu endometriosis (kista cokelat) yang setelah punya anak tahun 2008 hilang sendiri.

saya juga punya saudara, sehat wal afiat, pas mau ke australia untuk thesis melakukan general check up, dari situ malah ketahuan kalau ada kanker di rahimnya. masyaAllah nggak nyangka, nggak pernah sakit....

tapi selalu saya yakin, Mbak Ade insyaAllah adalah pribadi yang tangguh. Allah nggak akan memberi cobaan apa yang nggak kita mampu. MUngkin akan mengejutkan, membuat banyak bertanya2, menangis, tapi Mbak Ade sungguh orang yang kuat. MBak Ade punya keluarga yang begitu peduli dan menyayangi :)
12 February at 09:34 · Like

Ilham Q Moehiddin Aduh...aku baru membacanya pagi ini.
Membaca "kesedihan" ini aku ingat ibuku lagi. Beliau juga punya kista di sekitar organ hati. Tapi, aku selalu sadar, kalian bukanlah perempuan biasa. Kalian punya cara2 tersendiri "menyimpan rasa sakit", bahkan yang lebih hebat dari sakit itu sendiri.

Ade, bersabarlah dengan "tamu" ini. Allah tidak mendatangkan "tamu" bagi kita, tanpa menyediakan "suguhan" yang tepat untuk membuatnya tenang.
Aku setiap waktu berdoa atas nama Ibuku meminta pada Allah demi kesehatan beliau...mulai sekarang aku akan menyebutkan namamu juga dalam doa bersama ibuku.
Bersabarlah...InsyaAllah kesembuhan diberikan Allah. Amin
12 February at 09:49 · Like

Dewi Irianti operasinya jadi mbak?Semoga diberi kesembuhan ya , amiin..harus tetap semangat ya, mbak.
12 February at 10:55 · Like

Nazla Luthfiah Mbak...semoga bisa cepat ditangani ya...*hugs*
12 February at 16:58 · Like

Aisyah Dian Hugz mbak ade...Semoga Allah memberikan kesembuhan pada mbak Ade dan memberi kekuatan untuk mengusir tamu yang tak diundang itu mbak. teruslah menulis mbak, tapi jangan dipaksa. ada kalanya kita memang harus istirahat untuk memberikan hak tubuh kita. meski jujur, beberapa minggu ini aku kehilangan-mu mbak ade. ketika sesekali online aku mencoba ngintip note mbak ade dan nggak ada, jadi agak kecewa. duh maaf mbak, nggak tahu kalau keadaan mbak ade tengah melawan sakit.
13 February at 02:32 · Like

KembaRa Gelungan Hitam aah semalam aku membaca dari ponsel saja, sebel sebab kehendakku memberi komen doadoa, meski dengan ketikan crustor yang rapat dikejar tengat,

pada nopemu aku hanya ingatkan bunyi getarnya jika rasa sebal itu datang jadi rintangan, sebab tamu sebagai penanda bahwa waktu demikian sayang kepadamu

aah sebelnya aku, kenapa bukan aku yang demikian darimu
13 February at 17:53 · Like

Hairi Yanti Peluk mbak Ade...
Semoga diberikan kesembuhan dan kekuatan mbak... doa yang sama untuk semua saudara qta yang punya tamu tak diundang itu. Termasuk mama yanti..
13 February at 20:12 · Like

Tyas Amalia Yahya Mbakkkkkkk.. Maap baru baca dan baru tau juga. Aku gak nanya kabar deh. Semangat ya :D
14 February at 20:45 · Like

Tidak ada komentar