Perempuan oh Perempuan
by Ade Anita on Tuesday, 14 June 2011 at 09:38 (posting on my facebook)
(tulisan iseng untuk melepas kangen)
Akhirnya, alhamdulillah berat badanku turun 4 (baca: empat) kilogram dalam kurun waktu 3 (baca: tiga) pekan. Senangnya.
Loh? Bingung kan kok tumben-tumbennya menulis curhat gini. Hehehe. Yup, benar. Aku memang termasuk perempuan yang bisa dikatakan (sebenarnya kata yang tepat adalah 'seharusnya dimasukkan') dalam kategori kelebihan berat badan. Semula, aku tenang-tenang saja karena setiap kali bertemu teman-teman yang tidak tahu masa laluku (yang bertubuh langsing dan semampai.. huaaaaa..huhuhu; hiks.. tinggal kenangan), tidak ada yang menanyakan apakah aku gemuk atau kurus. Asyik-asyik saja.
"Hai.. apa kabar?".
Tapi coba jika bertemu dengan teman lama, pasti komentar pertama yang keluar dari mulut mereka adalah:
" Hai, Ade, apa kabar? Waduh, kok gemuk banget sekarang?"... Begh. Terasa ada satu tinju yang menimpa dadaku.
Tapi, ada lagi satu pertanyaan yang menurutku paling sadis yang dilontarkan oleh seseorang, yaitu jika dia dengan tanpa dosa bertanya:
"Hai, Ade. Eh... kamu... kamu sekarang lagi hamil ya? Isi lagi ya?" Huaaaaaaaaaaaa..... hiks..hiks.. hiks.. ini kan penghinaan super duper besar-besaran banget. Karena orang hamil itu, yang besar dan melebar itu bukan cuma perutnya saja, tapi juga betisnya, telapak kakinya, pinggulnya, dadanya, lengannya tapi tidak pernah isi dompetnya.
Paling sebel jika bertemu seseorang dan dia langsung nembak, "Hamil lagi ya?". Percaya deh, rasanya seperti sedang berada di atas ring dan terasa ada puluhan tinju yang dilontarkan pada wajah dan dada kita. Yang kita harapkan kemudian hanya satu, wasit berkata, time out.. time out.
(jadi ingat sodara-sodara, jika bertemu dengan seorang perempuan (baca: ade anita) jangan pernah bertanya seperti ini kecuali jika kamu masih mengenakan helm di kepalamu.. karena mungkin aku akan menjotos hidungmu. hehehehehe)
Oke... back on track.
Kesadaranku bahwa aku harus berubah menjadi lebih sehat (baca: langsing) adalah ketika kakiku sakit ketika dipakai untuk berjalan. Setelah diperiksa ke dokter, ternyata ada ketidak seimbangan antara bentuk kaki dan bentuk badan (baca: tidak kompak antara size kaki dan size body). Kakiku tidak kuat menyanggah berat badan dan berat beban yang disandang di pundak (oh ya, aku punya anak kecil balita; jadi kemana-mana selalu menenteng tas besar yang komplete banget isinya. Mulai dari persiapan jika si kecil mendadak sakit seperti hansplast, obat merah, obat tetes mata, obat penurun panas, termometer; lalu perlengkapan jika ada kejadian yang tidak diinginkan oleh si kecil seperti baju dan celana ganti, jaket, pampers, bedak, minyak kayu putih; juga perlengkapan jika jalanan macet dan terjebak di tengah jalan seperti makanan kecil, minuman, mainan, buku tulis plus alat tulis, gunting kecil, novel, al quran kecil, serta perlengkapan yang tidak boleh ditinggal karena memang penting yaitu payung, dompet, hp, perlengkapan shalat. Semua barang-barang ini aku bawa semua, dipacking kecil-kecil dan diselipkan rapi di dalam tas. Jadi, dari luar sepertinya tas sederhana, tapi isinya mirip kantong Doraemon. Kenapa dibawa semua dalam tas? Karena aku tidak punya kendaraan pribadi; jadi kemana-mana semua barang-barang ini harus diikut sertakan). Semula, dokter juga heran ketika aku kembali dengan keluhan yang sama, "Kakiku sakit dok."... Lalu dia menimbang tas yang aku sandang, ternyata beratnya lebih berat dari beras 5 kg. hahahahaha.
Ya sudah. Akhirnya, solusi pertama diambil. Beban tasku dibagi. Sebagian dibawa oleh anakku yang sudah besar. Lumayan ringan meski tetap berat.
Lalu keluhan kaki sakit belum juga berkurang. Hingga akhirnya, "Mungkin kamu harus diet deh."
"Hah? Diet?" (mendengar permintaan dokterku ini, yang terbayang adalah suasana perpisahan dengan hobby wisata kulinerku).
Lalu, ini susunan diet yang disarankan oleh dokter keluargaku (baca: susunan penyiksaan yang harus dijalankan):
Pagi:
pilihan pertama: susu kedelai boleh (tapi tanpa gula, madu). Lalu havermut (juga tanpa madu atau garam atau gula. Beri kacang-kacangan saja).
pilihan kedua: nasi 5 sendok makan plus lauk satu atau dua potong.
Siang: kembali: nasi 5 sendok makan plus lauk maksimal dua potong plus sayur mayur dibanyakin.
Malam: hanya boleh 1 butir apel saja.
Cemilan: teh herbal atau buah-buahan saja (ini yang berat).
Akhirnya, aku praktekin.
Hasilnya?
Hari pertama, tengah malam perutku keroncongan.
Hari kedua, aku mengerti sepenuhnya apa itu rasanya kelaparan. Astaga, aku bisa mendengar suara gemerucuk di perutku sendiri, luar biasa kan?
Hari ketiga, hmm.. mohon maaf untuk semua roommate karena perut ibu banyak gasnya karena ruang kosongnya tidak ada lagi penghuninya.
Hari keempat, sudah mulai terbiasa (baik tubuh ini maupun seluruh roommates).
Hari kelima, ini weekend. Saatnya untuk memanjakan diri dengan makan di luar dan it's amazing... selera makanku tiba-tiba tidak lagi tinggi.
Hari keenam, merasa bersalah ketika harus menghabiskan dua piring nasi padang (uh, ini gara-gara ayam gulainya yang nikmatnya hingga ke dalam tulangnya). Untungnya, si apel yang dimakan di waktu malam bekerja dengan baik menguras isi perut di pagi hari.
Lalu, tiga pekan kemudian, tiba-tiba celana panjang dan rokku kedodoran semua. Aduh.. deg degan... ada apa ini? Lalu.. perlahan menghampiri satu benda yang amat sangat aku hindari selama ini (sempat sebal dengan penemu benda ini sebenarnya).... : timbangan.
Dan... Waaaahhh.. beratku turun 4 kg!!
HOREEE
HOREEE
Senangnya rasa hati. Akhirnya, aku langsung pergi ke tukang kebab dan merayakannya dengan membeli kebab (ukuran small). Semua roommates ditraktir. Semua gembira.. semua senang... hingga ada satu komentar dari anak sulungku:
"Ini kita merayakan apa bu?"
"Berat badan ibu turun 4 kg?"
"Lah? Kebabnya?"
Ups... (cengar-cengir salah tingkah).
"Tenang nak, nanti kalau berat ibu dah kembali ke 60, kita akan merayakannya di Pizzahuts."
"Bagus bu, teruskan, aku dukung, meski ini salah banget sebenarnya." (kembali cengar cengir).
Tapi sebenarnya selain susunan diet di atas, ada juga daftar olahraga yang harus dijalankan (jalan dengan langkah aerobik dan kegiatan naik turun tangga penyeberangan di atas jalan tol dekat rumah adalah salah satunya).
Semalam, ngobrol dengan beberapa orang teman. Salah satu dari mereka prihatin, kenapa harus perempuan yang repot dengan urusan beginian, padahal perempuan itu sudah mendapat banyak tugas seperti melahirkan, menyusui, dan sebagainya. Aku sih ringan-ringan saja menanggapinya. "Karena yang ingin tampil cantik itu memang perempuan."
Aku punya teman, seorang pria. Jika saja dia hadir saat ini, mungkin dia akan dimasukkan ke dalam golongan pria metroseksual. Kenapa? Karena dia amat sangat memperhatikan kemolekan penampilannya. Pakai lipglos, pelembab wajah, minyak wangi, facial saban weekend, creambath, luluran adalah hal-hal yang rutin dia kerjakan. Hasilnya? Uh... merepotkan sangat. Ketika aku ajak dia pergi ke suatu tempat yang bernama "turun lapangan" komentarnya satu, "aduh, panas banget, nanti kulitku kebakar deh. Aku nggak bawa suncream." Terbayang jika dia jadi pasanganku, bisa-bisa anggaran untuk memanjakan diri mungkin lebih banyak ketimbang untuk kebutuhan sehari-hari.
Nah, kalau sudah begini? Pilih mana, lelaki yang juga ikut merepotkan kemolekan fisik mereka atau cukup perempuan saja yang direpotkan dengan urusan kecantikan ini? Aku sih pilih cukup perempuan saja (hehehe, ini masalahnya bukan persamaan hak, tapi mempertahankan hak. Sebal juga kalau hak kita untuk memanjakan diri harus disaingi seperti ini. Coba kalau ternyata pasangan kita yang berhasil dalam menjaga kemolekan tubuhnya ketimbang kita? Nah loh? Bisa berabe kan?).
Jadi.. ya sudahlah...yang penting ikhlas melaksanakannya karena hati yang ikhlaslah yang akan membawa kebahagiaan.
Btw, Sudah berapa lama anda membaca tulisanku ini? Lima menit? Coba tambahkan dengan keseluruhan aktifitas di depan facebook sebelumnya? Sudah lebih dari lima belas menitkah? Jika sudah, itu artinya tulisan ini harus berakhir dan sebaiknya kalian yang sedang membaca bangun dari kursi dan ambil gerakan berdiri lalu berjalan memutari ruangan sejenak saja. Ini penting untuk melemaskan otot yang kaku dan mencegah terjadinya pengapuran pada tulang atau osteoporosis.
Terima kasih!
---------------
Penulis: Ade Anita (hehehe, maaf ya cuma tulisan iseng untuk melemaskan jemari lagi setelah vakum menulis selama beberapa bulan karenba berbagai kesibukan).
Jakarta, 14 Juni 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar