a. Sudah akrab dengan gadget sejak kecil
b. Terampil dalam menggunakan komputer atau tablet PC
c. Sudah mengerti aneka fungsi fitur yang ada di gadget atau komputer
d. Bisa mengoperasikan komputer atau gadget sejak usia dini
e. Mengikuti perkembangan teknologi komunikasi via internet
f. Bisa melakukan beberapa pekerjaan dalam satu rangkaian waktu yang nyaris bersamaan
g. Tidak lagi hanya bermain dengan teman sebaya di lingkungan kecil mereka saja, tapi juga dengan lintas usia, agama, suku, dan menerima aneka perbedaan
Jika iya, berarti anak-anak kalian termasuk dalam kategori generasi Z.
Don Tapscott dalam bukunya Grown Up Digital (2008) membagi demografi penduduk kepada beberapa kelompok. Pembagian ini menggambarkan keadaan atau situasi di mana setiap individu mempunyai pengalaman hidup yang tersendiri. Dari pembagian ini, dikenallah teori generasi.
Dalam teori generasi (Generation Theory) hingga saat ini dikenal ada 5 generasi, yaitu:
(1) Generasi Baby Boomer, lahir 1946-1964,
(2) Generasi X, lahir 1965-1980,
(3) Generasi Y, lahir 1981-1994.
(4) Generasi Z, lahir 1995-2010, dan
(5) Generasi Alpha, lahir 2011-2025.
(dalam tulisanku sebelumnya, aku menulis bahwa secara keseluruhan ada 8 generasi. Jadi pembagiannya dimulai sejak jaman nenek kita dulu. Silahkan baca:"Informasi tentang generasi X, Y, Z" atau http://www.adeanita.com/2016/01/informasi-tentang-generasi-x-y-z.html)
Generasi Z(disebut juga iGeneration, Generasi Net, atau Generasi Internet) terlahir dari generasi X dan Generasi Y.
Aku sendiri sudah memiliki 3 orang anak. 1 orang merupakan generasi Y, yaitu putra sulungku karena lahir di kurun waktu 1981 - 1994. 2 anakku yang lain, adalah generasi Z, karena mereka lahir di kurun waktu 1995 - 2010.
Meski aku memiliki 2 orang anak yang merupakan generasi Z, tapi aku dan suami bukanlah pasangan generasi X dan generasi Y. Suamiku terlahir sebagai generasi Baby Boomer (karena terlahir di antara kurun waktu 1946 - 1964). Aku sendiri generasi X (terlahir di antara kurun waktu 1965 - 1980).
Aku dan suami adalah pasangan suami istri yang mengalami perubahan dari era surat-menyurat lewat pos, lalu beralih menjadi surat menyurat lewat email. Kami juga mengalami perubahan dari era komputer desktop yang gendut dan banyak perangkatnya alias komputer & aksesoris (seperti keyboard sendiri, layar monitor sendiri, PC sendiri,mouse, meja komputer yang cukup besar, dll) hingga beralih ke notebook yang kian lama kian tipis dan ringan untuk ditentent kemana-mana. Dan kami juga sudah melalui jaman ketika komputer masih menggunakan sistem operasi DOS (jadi segala perintah yang akan dikerjakan oleh komputer harus ditulis terlebih dahulu kodenya secara manual) hingga sekarang sistem operasi berganti terus semakin canggih dan semakin cepat pengoperasiannya. Terakhir, kami adalah pasangan suami istri yang mengalami masih menyimpan data di dalam disket yang berukuran besar hingga akhirnya sekarang menyimpan data lewat Cloud.
Suamiku memang seorang penggemar teknologi komputer. Dia rela menyisihkan uang sakunya sehari-hari asal bisa membeli notebook atau gadget dengan teknologi terkini. Mencoba dan menikmati perkembangan teknologi komputer terkini. Itu sebabnya yang namanya barang-barang elektronik, komputer/notebook, gadget. tablet, semuanya di rumah tidak pernah ada yang bertahan lebih dari 2 tahun. Karena pasti sudah kami tukarkan dengan model terkini.
Jadi tidak heran, meski aku si generasi X, menikah dengan suamiku si generasi Baby Boomer, tapi kami tetap merasakan melahirkan generasi Y dan Z (pada akhirnya, putra sulungku juga karakternya mirip dengan generasi Z).
Siapakah Generasi Z itu?
Generasi Z adalah generasi teknologi. Mereka telah mengenal internet dan web seiring dengan usia mereka sejak mereka masih berusia dini. Tanpa sadar, ibu dan ayah generasi Z telah memperkenalkan dan membimbing anak-anak mereka untuk mengenal dunia teknologi dan internet sejak anak-anak mereka masih kecil. Dengan kata lain, generasi Z adalah generasi dimana sejak masih usia kanak-kanak mereka telah terhubung dengan dengan teknologi dan internet.Jadi tidak heran jika generasi Z menganggap bahwa teknologi dan internet adalah bagian dari kehidupan mereka dimana mereka bisa melakukan berbagai macam hal, termasuk berkomunikasi, membina relasi hubungan dengan sekitar, menyelesaikan masalah keseharian, dan sekaligus mengikuti perkembangan yang terjadi di luar rumah mereka.
Dalam hal ini, teknologi dan internet memang tidak seluruhnya dipandang sebagai sesuatu yang buruk. Dan orang tua (ayah - ibu) juga tidak salah karena sudah mengubah pola asuh dalam membesarkan anak-anak mereka dengan bantuan teknologi dan internet.
Satu hal yang harus diingat. Berbeda dengan generasi sebelumnya, generasi X dan Y, memandang bahwa kebutuhan untuk beraktualisasi adalah sesuatu yang penting untuk dikerjakan. Dan aktualisasi diri disini, bukan hanya berarti pembagian tugas orang tua secara sederhana seperti yang terjadi pada generasi sebelumnya: "bapak pergi ke kantor, ibu pergi ke pasar" saja. Atau "urusan ayah di luar rumah, mencari uang - menaikkan derajat lewat pangkat dan jabatan di pekerjaan; sementara urusan ibu di dalam rumah, sumur-dapur-kasur.".
Tidak. Pada generasi X dan Y, urusan pembagian pekerjaan rumah tangga sudah mengalami perubahan. Ada pembagian pekerjaan yang lebih seimbang dan pengertian, ada tuntutan untuk melakukan bidang pekerjaan dalam rangka untuk aktualisasi diri baik pada ayah maupun pada ibu.
Perkembangan pola asuh anak dari generasi X dan Y inilah yang menghasilkan generasi Z.
Apa Karakteristik Generasi Z
Generasi Z memiliki karakteristik perilaku dan kepribadian yang berbeda dengan generasi sebelumnya.
Beberapa karakteristik umum dari Generasi Z diantaranya adalah:
Fasih Teknologi.
Mereka adalah “generasi digital” yang mahir dan gandrung akan teknologi informasi dan berbagai aplikasi komputer. Mereka dapat mengakses berbagai informasi yang mereka butuhkan secara mudah dan cepat, baik untuk kepentingan pendidikan maupun kepentingan hidup kesehariannya.
Sosial.
Mereka sangat intens berkomunikasi dan berinteraksi dengan semua kalangan, khususnya dengan teman sebaya melalui berbagai situs jejaring, seperti: FaceBook, twitter, atau melalui SMS. Melalui media ini, mereka bisa mengekspresikan apa yang dirasakan dan dipikirkannya secara spontan. Mereka juga cenderung toleran dengan perbedaan kultur dan sangat peduli dengan lingkungan.
Multitasking.
Mereka terbiasa dengan berbagai aktivitas dalam satu waktu yang bersamaan. Mereka bisa membaca, berbicara, menonton, atau mendengarkan musik dalam waktu yang bersamaan. Mereka menginginkan segala sesuatunya dapat dilakukan dan berjalan serba cepat. Mereka tidak menginginkan hal-hal yang bertele-tele dan berbelit-belit.
Meski demikian, bukan berarti bahwa generasi Z tidak memiliki kelemahan. Mereka membutuhkan alat bantu untuk memahami sesuatu. Dan mereka juga sulit untuk diajarkan dengan metode duduk, diam mendengarkan, dan membuat PR. Karena mereka butuh komunikasi yang interaktif dan dilibatkan dalam percobaan secara langsung. Jika tidak dihadapi dengan bijaksana, maka mereka bisa asyik dengan komputer, gadget dan internet karena merasa benda-benda ini bisa lebih memberikan jawaban daripada bertanya pada orang secara langsung.
Untuk itulah, maka dalam mendidik anak-anak kita, mempertahankan waktu yang berkualitas tetap diperlukan.
Jadi... ayo siapkan diri dalam mendidik generasi Z. Karena generasi Z inilah calon pemimpin masa depan. Insya Allah.
================
Sumber bacaan:
- http://docs.jpa.gov.my/docs/pelbagai/Artikel/2015/Generasi_Z.pdf
- https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2012/10/05/generasi-z-dan-implikasinya-terhadap-pendidikan/
Meski demikian, bukan berarti bahwa generasi Z tidak memiliki kelemahan. Mereka membutuhkan alat bantu untuk memahami sesuatu. Dan mereka juga sulit untuk diajarkan dengan metode duduk, diam mendengarkan, dan membuat PR. Karena mereka butuh komunikasi yang interaktif dan dilibatkan dalam percobaan secara langsung. Jika tidak dihadapi dengan bijaksana, maka mereka bisa asyik dengan komputer, gadget dan internet karena merasa benda-benda ini bisa lebih memberikan jawaban daripada bertanya pada orang secara langsung.
Untuk itulah, maka dalam mendidik anak-anak kita, mempertahankan waktu yang berkualitas tetap diperlukan.
Beberapa pola asuh yang bisa diterapkan dalam menghadapi dan membesarkan generasi Z adalah:
- Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya. Rasanya ini adalah nasehat yang tepat dalam menerapkan pola asuh.
- Kita tidak menghendaki generasi yang gagap teknologi dan kita juga tidak mengharapkan teknologi dipegang oleh “orang-orang yang salah”. Oleh karena itu, orang tua, guru, konselor dan para pendidik lainnya seyogyanya dapat membimbing dan memfasilitasi agar anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan jamannya dan dapat memanfaatkan kehadiran teknologi secara tepat dan benar. Bukan melarang mereka untuk menjadi generasinya, tetapi yang paling penting adalah upaya membelajarkan mereka untuk dapat hidup secara well adjusment.
- Dalam belajar, anak Generasi Z cenderung menyukai hal-hal yang bersifat aplikatif dan menyenangkan. Artinya, sudah bukan jamannya lagi kita hanya memberi perintah saja. Tapi, harus kreatif memikirkan cara untuk menyampaikan sebuah pelajaran. Disamping itu, kita juga harus kreatif agar kemampuan anak tidak terpendam begitu saja dalam diri anak.
- Untuk mengakomodir kecenderungan anak Generasi Z dalam bermedia-sosial online, maka bijaklah dalam memandang teknologi komputer dan internet. Tidak semua teknologi dan internet itu berpengaruh buruk. Di tangan yang bijak dan kreatif, teknologi dan internet bisa menjadi sebuah alat bantu untuk melejitkan kemampuan sekaligus memudahkan pekerjaan.
Jadi... ayo siapkan diri dalam mendidik generasi Z. Karena generasi Z inilah calon pemimpin masa depan. Insya Allah.
================
Sumber bacaan:
- http://docs.jpa.gov.my/docs/pelbagai/Artikel/2015/Generasi_Z.pdf
- https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2012/10/05/generasi-z-dan-implikasinya-terhadap-pendidikan/
Mba Ade, arus informasi di era generasi z ini yang luar biasa deras dan kuat y, mba. Keterbukaan informasi dan komunikasi antara anak dan orangtua bisa mejadi pagar kuat agar menjaga diri. Makasih infonya, mba
BalasHapusSerem generasi belakangan ini, anak2 cpt dewasa
BalasHapusnice info
BalasHapusBaca postingan ini jadi belajar lagi. makasih, Mbak Ade.
BalasHapushaduuhh miris ya Mak...
BalasHapuskalo kita dulu masuknya generasi apa ya? hihiii
Siip Mbak Ade ilmunya, tapi sy termasuk yg belum ngasih anak gadget meski untuk anak usia di bawahnya, pada sdh fasih pegang tablet. Kelas 1 SD skrg, tipe visual dia, jngnkn diksh gadget dikasih nonton tv aja hafal bget sm acara tv, suka nonton sinetron. :). Kpn2 boleh dong Mbak Ade share kebutuhan gadget untuk tiap tipe anak, (visual, auditori, kinestetik).
BalasHapusSiip Mbak Ade ilmunya, tapi sy termasuk yg belum ngasih anak gadget meski untuk anak usia di bawahnya, pada sdh fasih pegang tablet. Kelas 1 SD skrg, tipe visual dia, jngnkn diksh gadget dikasih nonton tv aja hafal bget sm acara tv, suka nonton sinetron. :). Kpn2 boleh dong Mbak Ade share kebutuhan gadget untuk tiap tipe anak, (visual, auditori, kinestetik).
BalasHapusAnakku masuk dalam generasi A nih Makkk. Tak tunggu ulasannya buat generasi ini. ^^
BalasHapuskeren bangat dan snagat bermanfaat
BalasHapus