Bayangkan. Putri bungsuku, yang pulang sekolah langsung tidur siang, lalu bangun tidur langsung nonton televisi sambil menekuni semua peliharaannya di game-game andeois sama sekali lupa bahwa dia punya pekerjaan rumah dari sekolah.
Setelah makan malam dan "selesai monton mahabarata" yaitu pukul 21.30 barulah dengan santai putriku bertanya:
"Bu... punya kain perca gak?"
"Kain perca? Buat apa?"
"Aku ada tugas bikin prakarya dari kain perca."
"Kain perca?"
"Iya.. kain perca."
"Bikinnya kayak gimana?"
Tanpa berkata apa-apa, putriku langsung membuka tas sekolahnya dan mengeluarkan sebuah kertas yang berisi bahan-bahan yang diperlukan untuk kerajinan dari kain perca.
1. Kertas karton.
2. Lem UHU.
3. Kain perca.
4. Gunting.
"Hah? Kenapa baru bilang sekarang kamu ada PR ini?" Mulai panik. Lalu mulai mengumpulkan semua bahan yang diperlukan tersebut.
"Ibu ada semua nih bahannya kecuali kain perca. Kain perca kayak gimana sih nak?Seberapa banyak?"
Anakku kembali mengeluarkan tas sekolahnya dan mengeluarkan contoh kerajinan tangan bunga yang sudah dibuatnya di sekolah. Aku bengong. Lalu menatap curiga ke arah tas sekolahnya. Kenapa anakku mengatakan segala sesuatunya satu demi satu sih? Harusnya dia sekalian saja mengeluarkan semuanya. Sepertinya, anakku mengerti arti tatapan mataku.. jadi dia hanya nyengir dan santai mengatakan:
"Udah kok bu... udah gak ada lagi PR ku.. itu yang terakhir."
Aku segera meraih bunga mirip teratai yang belum selesai. Dibuat dari kain perca. Duh... kain perca apa yang aku miliki malam ini... lalu melirik jam... HAH? Sudah pukul 22.00!!
"Hmm... Apa ya nak, kain buat bikin bunga.... hmm.... " Mulai berpikir keras. Anak bungsuku ini berusaha untuk memberikan jalan keluar yang brilian.
"Emangnya ibu nggak punya baju yang udah kekecilan gitu? Siapa tahu baju pas ibu masih kurus.... itu aja dipake."
(ih, serius. Ini mau dibantu apa nggak sih nih anak? Ih, untung anak sendiri, kalau anak orang pasti dah dijedotin deh kepalanya. Lalu aku berusaha mengabaikan solusi yang Hawna tawarkan tersebut. Sambil terus berpikir.... berpikir... berpikir....)
TRING!
"Eh... ibu inget ibu punya kain perca di dapur."
"Di dapur? Emang ada?"
"Ada dong... udah tenang aja."
Lalu aku berjalan menuju kompor. Di kaki kompor, ada lap dari daster butek dan lecek dan uhh.. rada bau dikit. Inilah kain perca yang aku maksud. hehehe.. iya sih, dulu emang kain perca ini punya tugas sebagai lap untuk bersih-bersih kompor, atau bersih-bersih lantai yang kecipratan minyak pas lagi goreng. Tapi.. itu kan masa lalu si kain perca ya. Buat apa diingat-ingat lagi. Justru ini aku lagi mau mengangkat derajat si kain perca....
Lalu aku memotong polanya dan mengajarkan anakku cara membuat bunga teratai.... selanjutnya mengawasi anakku hingga selesailah kerajinan bunga teratai dari kain perca.
VOILA!
"Bu... punya kain perca gak?"
"Kain perca? Buat apa?"
"Aku ada tugas bikin prakarya dari kain perca."
"Kain perca?"
"Iya.. kain perca."
"Bikinnya kayak gimana?"
Tanpa berkata apa-apa, putriku langsung membuka tas sekolahnya dan mengeluarkan sebuah kertas yang berisi bahan-bahan yang diperlukan untuk kerajinan dari kain perca.
1. Kertas karton.
2. Lem UHU.
3. Kain perca.
4. Gunting.
"Hah? Kenapa baru bilang sekarang kamu ada PR ini?" Mulai panik. Lalu mulai mengumpulkan semua bahan yang diperlukan tersebut.
"Ibu ada semua nih bahannya kecuali kain perca. Kain perca kayak gimana sih nak?Seberapa banyak?"
Anakku kembali mengeluarkan tas sekolahnya dan mengeluarkan contoh kerajinan tangan bunga yang sudah dibuatnya di sekolah. Aku bengong. Lalu menatap curiga ke arah tas sekolahnya. Kenapa anakku mengatakan segala sesuatunya satu demi satu sih? Harusnya dia sekalian saja mengeluarkan semuanya. Sepertinya, anakku mengerti arti tatapan mataku.. jadi dia hanya nyengir dan santai mengatakan:
"Udah kok bu... udah gak ada lagi PR ku.. itu yang terakhir."
Aku segera meraih bunga mirip teratai yang belum selesai. Dibuat dari kain perca. Duh... kain perca apa yang aku miliki malam ini... lalu melirik jam... HAH? Sudah pukul 22.00!!
"Hmm... Apa ya nak, kain buat bikin bunga.... hmm.... " Mulai berpikir keras. Anak bungsuku ini berusaha untuk memberikan jalan keluar yang brilian.
"Emangnya ibu nggak punya baju yang udah kekecilan gitu? Siapa tahu baju pas ibu masih kurus.... itu aja dipake."
(ih, serius. Ini mau dibantu apa nggak sih nih anak? Ih, untung anak sendiri, kalau anak orang pasti dah dijedotin deh kepalanya. Lalu aku berusaha mengabaikan solusi yang Hawna tawarkan tersebut. Sambil terus berpikir.... berpikir... berpikir....)
TRING!
"Eh... ibu inget ibu punya kain perca di dapur."
"Di dapur? Emang ada?"
"Ada dong... udah tenang aja."
Lalu aku berjalan menuju kompor. Di kaki kompor, ada lap dari daster butek dan lecek dan uhh.. rada bau dikit. Inilah kain perca yang aku maksud. hehehe.. iya sih, dulu emang kain perca ini punya tugas sebagai lap untuk bersih-bersih kompor, atau bersih-bersih lantai yang kecipratan minyak pas lagi goreng. Tapi.. itu kan masa lalu si kain perca ya. Buat apa diingat-ingat lagi. Justru ini aku lagi mau mengangkat derajat si kain perca....
Lalu aku memotong polanya dan mengajarkan anakku cara membuat bunga teratai.... selanjutnya mengawasi anakku hingga selesailah kerajinan bunga teratai dari kain perca.
VOILA!
Waahh kreatif.Bisa menyulap kain perca gak berguna jd barang bagus
BalasHapushawnaaa kreatiiff :*
BalasHapushahaha ..terangkat sudah derajat si gombal. sip!
BalasHapusDan Hawna berhasil buat emaknya panik untuk beberapa waktu :p
BalasHapusinfonya sangat menarik thanks.
BalasHapusnice infonya, thanks blognya
BalasHapusterima kasih blognya sangat bermanfaat
BalasHapuskeren bangat infonya thanks
BalasHapus