gambar diambil dari sini
[Cerita Mini] Peluh sebesar jagung yang merekah karena terkena panas
panggangan muncul di pelipis Ratri. Hatinya tercekat. Matanya diam-diam menatap
lima orang rekan kerjanya yang duduk di meja di depannya. Ruang kantornya
memang tidak ada sekat antara meja satu dengan meja lain. Bahkan peletakan meja
diatur berbentuk lingkaran sehingga setiap orang bisa mengawasi orang yang lain
dalam mengerjakan tugas masing-masing. Kecil kemungkinan untuk melakukan
transaksi atau bahkan kecurangan di tempat yang seterbuka ini.
Ya, inilah
keterbukaan yang diusung oleh kantor auditor independent tempat Ratri bekerja.
Dan saat ini, mereka semua sedang melakukan audit terhadap kantor tempat ayah
Ratri bekerja.
"Bagaimana? Apakah kamu ingin mengerjakan hal lain
terlebih dahulu atau kamu tetap ingin dilibatkan?" Kemarin, Bos Chandra
sudah memanggil dirinya secara khusus ketika tahu bahwa ayah Ratri menjadi
salah satu petinggi di perusahaan yang akan mereka audit keuangannya.
"Sip bos, saya bisa tetap bersikap profesional. Bagi
saya, tidak ada yang namanya urusan pribadi atau keluarga jika berhadapan
dengan tindak korupsi maka muaranya hanya satu: menegakkan kebenaran."
"Yes, I knew I always count on you, girl." Dan
mereka pun bekerja, dan Ratri terlibat dan kini Ratri merasa perutnya melilit
menahan sakit yang luar biasa.
Ratri sudah menghitung seluruh pengeluaran dan pemasukan
berkas-berkas yang ada di hadapannya dan jumlahnya tetap tidak berubah. Masih
sama dengan hitungan sebelumnya dan juga masih tetap sama dengan sembilan kali
hitungannya yang lain.
Fiuh. Papa, kenapa bisa begini, pa? Ratri ingin menjerit
rasanya. Seharusnya dia minta cuti saja kemarin ketika Bos Chandra bertanya.
Tapi sekarang, semua sudah jadi bubur. Jika berhadapan dengan tindak korupsi
maka muaranya hanya satu: menegakkan kebenaran. Bahkan meski itu amat sangat
berat untuk dilakukan.
Ratri kembali melirik kertas nota tanda pembelian jus yang
ada di meja kerjanya. "Maafkan aku papa. Seharusnya, papa gak boleh terlalu
gegabah menggelembungkan uang senilai tiga puluh enam ribu rupiah itu menjadi tiga puluh enam juta rupiah. Tapi aku masih tetap mencintaimu. Hanya saja...." Huff. Ratri tahu besok dia harus minta cuti dari kantornya.
gambar diambil dari sini
============
Penulis: ade anita
Tulisan ini diikut sertakan dalam mengerjakan tantangan menulis Flash Fiction di MOnday Flash Fiction Prompt #11: Nota
"Maafkan aku papa. Seharusnya, papa gak boleh terlalu gegabah menggelembungkan uang senilai tiga puluh enam ribu rupiah itu menjadi tiga puluh enam juta rupiah"
BalasHapusketahuan korupsi nie, ga bisa bayangkan klo harga jus jadi 36 juta
iya maksudnya ini cerita korupsi
Hapusbagus...
BalasHapussukses ya...
tks
Hapuswah si papa gimana toh. pasti dilema bgt nih Ratri :)
BalasHapusdilema banget
Hapuswaduh.. :|
BalasHapusmasih ragu ini bener gak ya FF-nya rini?
HapusKalau menurut saya, selama endingnya dipelintirkan sehingga pembaca tidak akan menduga, udah masuk twist kok mba Ade.. :)
HapusOh iya. Ini Si Ratri memilih untuk cuti adalah keputusan yang bener nih. Daripada kena bias kepentingan ya? Dilema bener nih kalau saya jadi dia.. :D
jusnya dari buah apa sih harganya bisa sampai segitunya? hihi
BalasHapushihihi
HapusJust jus..OMG
BalasHapussemua terpaku ama jusnya, hehe
iya, soalnya jusnya itu
Hapusgimana ceritanya tuh 36 ribu bisa berubah jadi 36 juta? hehe... ceritanya bagus mbak, tapi saya kira ada sedikit penjelasan soal penggelembungan itu, eh.. udah end :D
BalasHapuseh, iya, soalnya aku pikir kalo Flash fiction itu cerita mini dengan akhir yang dibiarkan mengambang tanpa penyelesaian
Hapusphewww, brapa kali lipat tuh :D, jus apa yang harganya segitu? :D *just emassssss :))))
BalasHapusah, gegabah tingkat tinggi. Kenapa notanya ga dibuang dan diganti nota abal-abal... (lha, malah ngajarin korupsi.. )
BalasHapusIni pertanyaannya, mbak.. secara niat korupsi, bukti nota jus rasanya terlalu gegabah dibiarkan saja, tidak dilenyapkan. Kecil, tapi terlalu penting untuk diabaikan
aku suka dengan ceritany..kreatif dan keren..cm agak risih di bagian 36rb jadi 36juta,...kayaknya mark upnya agak berlebih xixixi
BalasHapusDilema cocok juga jadi judul postingan ini ya? #eh
BalasHapusWaduh si papa korupsinya kebanyakan, kalau 360 ribu mungkin nggak bakal ketahuan :)
penggelembungannya kelewatan. koruptor baru ini mesti hehe.. atau jangan-jangan salah ketik ketambahan tiga angka nol?
BalasHapus36.000 jadi 36.000.000, jusnya dapet berapa gentong itu ckckck...:D
BalasHapuskurang pengalaman korupsi nih papanya, sampai bisa ktauan hihihi..
BalasHapusWhaaaaaaaaaaaaaaa... ada Ratri!! *gagal fokus*
BalasHapusMbak usul dan saran dalam membuat fiksi logika nomor satu.. Emang ada jus seharga segitu?
BalasHapusSipp selamat terus menulis
bagus nih FFnya, tapi keknya sudah ketebak sejak awal sih :)
BalasHapusI am truly thankful to the owner of this web page
BalasHapuswho has shared this enormous piece of writing at here.