Medan Selayang Pandang

[Parenting] Yang tak terduga 2 tahun lalu adalah, ketika anak sulungku datang menghadap aku dan suamiku karena satu keinginannya, dia ingin menikah.

Waktu itu, siang-siang dan kami sedang menikmati brunch sambil berbincang di meja makan. Anakku tuh bicaranya santai banget. Dia bersandar dengan wajah menatap layar televisi dan tangannya sibuk dengan cemilan di tangan. Kausnya lusuh, dua kakinya terulur panjang meski dia sedang duduk di atas kursi. Punggungnya bersandar melorot ke bawah hingga tengkuknya bisa bersandar di sandaran kursi makan. Aku pikir dia sedang berkhayal ketika berkata, "Ibu, ayah, aku boleh nggak nikah muda?"



Tuh. Nggak ada ada sama sekali roman wajah serius. Santai asli. Jadi aku pikir aku pasti salah dengar atau setidaknya tanpa sengaja mendengar gumaman khayalan dia. Hehehe.

Tapi ternyata anakku ini serius. Serius banget malah. Tapi, aku dan suamiku nggak ngeh kalau dia serius. Dan karena pertanyaan dia hanya seperti itu, maka kami dengan ringan menjawabnya sebagai berikut:

"Ya bolehlah. Alhamdulillah malah. Lebih baik nikah muda dan terhindar dari pacaran yang bisa berbahaya sih kalau ibu. Emangnya kamu mau nikah muda, nak?" Waktu itu, usia anakku baru 21 tahun dan dia seorang anak laki-laki. Memang sudah bekerja sih. Lebih tepatnya baru saja bekerja, belum setahun bekerja di perusahaan IBM. Kuliahnya sudah selesai, dan baru setahun yang lalu bahkan sejak dia diwisuda.

"Iya. Pinginlah. Insya Allah kayaknya aku mau nikah muda."
Oke. Ini berarti serius ya.
Tapi asal tahu saja ya, anakku ini kalau ngomong tuh sedikit-sedikit gitu modelnya. Jadi bukan tipe bleber tumpah ruah semuanya dalam satu waktu. Pembicaraan yang menyentak aku dan suamiku ini terkatung-katung di hari itu. Lalu besok-besoknya (nggak tepat besoknya, tapi beberapa hari kemudian gitu), anakku kembali bertanya.

"Bu. Kalau aku mau nikah, ada syarat khusus nggak sih untuk calon istri yang sebaiknya aku pilih?"
Hehehe.

Ini catatan banget deh buat kalian yang punya anak jika usia mereka sudah lebih dari 20 tahun.

Tips Mengetahui Jika Anak Sudah Siap Untuk Menikah:

1. Dia mulai serius bekerja atau mencari nafkah.

2. Dia mulai sering mengajak kita bertukar pikiran tentang lawan jenis. 

"Bu... ada kriteria khusus nggak sih bu buat calon istri aku?"

"Kenapa emangnya?"

"Ya nggak papah sih. Cuma aku pikir, daripada aku sudah terlanjur suka tapi ternyata ibu nggak suka, mending dari awal aku tahu dulu, ada nggak kriteria spesifik yang harus ada. Buat gambaran aja sih, patokan aku kalau mau serius ama orang."

"Nggak ada sih. Ibu cuma pingin, menantu ibu sayang sama adik-adik kamu aja. Sayang dan akrab."

"Ke adik-adik doang? Nggak ke ibu?"

"Ya otomatis sih insya Allah kalau itu. Tapi ibu pikir, ibu dah sakit-sakitan, kayaknya ibu meninggal cepat. Nah, ibu pingin kalian kakak beradik tetap akur dan damai dan saling sayang serta saling jaga satu sama lain meski ibu dah nggak ada nanti. Itu sebabnya kalau bisa, usahakan agar dia cewek penyayang yang bisa menyayangi adik-adik kamu. Ya,  pingin juga sih, dia sayang sama ibu sama kayak sayang ke kamu. Selebihnya, terserah kamu. Ibu nanti yang nyesuain diri insya Allah. Ibu kayaknya termasuk orang yang mudah menyayangi orang yang disayang sama orang yang ibu sayangi. Syarat lain standard lah ya, kayak harus beragama Islam, dan seterusnya."

3. Dia mulai sering membicarakan rencana masa depannya.

4. Dia mulai sering mencari tahu apa ekspektasi kita terhadap calon menantu.

Yang terakhir ini lebih agar dia bisa menyamakan frekuensi ketika memutuskan untuk meneruskan hubungan yang lebih serius dengan seorang lawan jenis. Jadi, meski anak kita bertanya sekelebat seakan sambil lalu, jangan jawab asal-asalan ya para orang tua. Karena bisa jadi, pertanyaan sambil lalunya itu adalah pertanyaan yang amat serius.

"Hehehe... emangnya ibu sukanya cewek kayak apa sih yang menurut ibu bisa jadi istri idaman versi ibu?" anakku bertanya sambil mencomot tahu goreng, lalu buka hape buat main game. Nah. Jangan jawab asal-asalan. Ini dia bertanya serius loh, dan jawaban kita bakalan mengendap di ingatan dia.

"Hah? Masa sih artis ini cakep? Kayaknya biasa-biasa aja deh. Emang menurut ibu cakep itu kayak apa sih?" anakku bertanya sambil di perutnya ada notebook yang menyala dan tangannya sibuk memencet mouse dengan pandangan mata yang tak lepas dari game DOTA di notebooknya. Nah, sekali lagi, jangan jawab asal-asalan meski dia bertanya dengan gaya seperti ini. Ini dia nanya serius loh.

Intinya, kadang anak kita terlalu merasa malu jika harus menghadap dengan serius. Jadi, dia berusaha menyampaikan pesan serius dia dalam kondisi yang paling nyaman buat dia.

5. Dia mulai menyukai sesuatu yang selama ini amat jarang dia lakukan.

Hehehe. Jadi, sebenarnya aku bingung kenapa tiba-tiba anakku ini jadi mulai belajar makan pedas. Biasanya ya, perutnya tuh sensitif. Dia nggak kuat makan pedas. Tapi, tiba-tiba dia mengatakan pada semua orang bahwa dia, "Eh... sorii ya, aku sih kuat sudah kuat makan pedas sekarang." Lalu dia mengambil sesendok sambal dan ditaruh di nasinya. Membuatku bengong.


Akhirnya, alhamdulillah anakku pun menikah di tanggal 17 Agustus 2017.

Setelah menikah, dia berencana untuk mengunjungi keluarga besar istrinya yang berasal dari Kisaran, Sumatra Utara. Tapi, karena saudara dari keluarga besar istrinya tersebar di banyak tempat di Sumatra Utara, jadi anakku ini spesial berencana untuk melakukan perjalanan keliling Sumatra Utara dengan tujuan utama ke Kisaran. Di Kisaran ini, kedua orang tua istrinya bertempat tinggal.

Jadi, menclok di suatu tempat sebentar di sana sebentar di sini. Tapi yang terlama adalah berkeliling di kota Medan.

Lewat chat whatsapp, aku mengurai kenangan masa kecilku yang pernah berlibur ke Medan. Hahaha.

"Wah... ibu pernah liburan ke Medan cuma berdua dengan wak Rista aja. Waktu ulang tahun ibu ke 15 tahun. Berangkatnya bahkan naik pesawat Hercules waktu itu. Masih tahun 1985 soalnya. Sudah banyak perubahan belum ya kota Medan?" tulisku di chat whatsapp keluarga intiku.

Danti, menantuku, membalas dengan memberi komentar berupa icon orang tertawa.
"Sudah banyak berubah buuu.... Medan sekarang sudah banyak berkembang."



Aku bersemangat dan membalas.
"Oh ya? Wah. Dulu, di tahun 1985 itu, hiburan satu-satunya di Medan cuma Taman Ria dekat balai kota. Terus, hotel di Medan yang besar cuma satu, yaitu Hotel Pardede saja. Mungkin jaman dulu Hotel Pardede ini termasuk hotel Bintang 4 nya kota Medan kali ya. Sedangkan hotel resort adanya kepunyaan Patra Jasa yang ada di pinggir danau Toba. Bagus banget hotelnya. Mungkin ini hotel bintang 5 nya kali ya kalau tempo dulu. Ada sih tersebar hotel murah lainnya. Tapi dulu ibu nginep di semacam hotel bintang 3 sih. Hehehe. Murah meriah karena Anang waktu itu lagi dinas ke kota Medan. Jadi sambil kerja Anangnya."

(Anang ini adalah panggilan yang berarti Kakek. Ini diambil dari bahasa Sumatra Selatan).

"Sekarang hotel di Medan sudah banyak bu. Macam-macam, nggak cuma Hotel Pardede aja. Harga hotel juga bervariasi." balas menantuku.

Iya juga sih. Jika kita membuka aplikasi Pegipegi.com maka lalu masukkan di kolom pencari hotelnya kota Medan, maka akan muncul daftar 200 lebih nama hotel yang tersebar di kota Medan dan sekitarnya. Kita tinggal pilih tuh. Mau hotel bintang 5, atau hotel bintang 4, atau hotel bintang 3 atau hotel murah lainnya. Semua sudah lengkap dengan informasi spesifik dan terinci. Bukan hanya harga hotel saja, tapi juga fasilitas yang ditawarkan. Apakah mau smoking room atau tidak. Apakah breakfast termasuk atau tidak. Mau ada kolam renangnya atau tidak. Tinggal pilih saja. Lengkap.

Wow banget kan, sudah ada 218 hotel di Medan yang bergabung dengan pegipegi.com sehingga variasi pilihan kita banyak banget

Lihat deh, jadi selain nama hotel dan harga hotel, kita juga bisa melihat fasilitas yang tersedia apa saja, dan ulasan yang dibuat orang di trip advisor. Jadi insya Allah memesan hotel via pegipegi.com itu tidak seperti beli kucing dalam karung saking transparannya informasi yang diberikan

"Oh.... dulu ada kampung yang isinya orang India berkulit hitam. Jadi disebut kampung Keling. Nah, di Kampung Keling itu, dulu ada rumah makan Padang Medan, dan gulai kepala ikannya tuh terkenal banget. Sampai antri-antri orang yang belinya."

Danti membalas komentarku, "Sekarang sudah banyak bu gerai yang menawarkan makanan. Lah, dulu Medan oleh-olehnya cuma Bika Ambon saja, sekarang oleh-olehnya sudah ada Bolu Meranti, Terus, ada lagi bu, yang ini sampai antri-antri banget. Yaitu mie balap Medan."

mie balap Medan. Anakku waktu itu bikin story di Instagram tentang mie balap Medan ini. Eh... ternyata sekarang cara pembuatan Mie Balap Medan ini viral banget ya di media sosial


Kami akhirnya ramai ngobrol di chat whatsapp. Aku bernostalgia pengalaman masa kecilku, sedangkan anakku dan menantuku berceloteh tentang pengalaman dia di masa sekarang ketika mengunjungi kota Medan.

"Ibam, Danti, bikin foto di istana Maimon kayaknya harus deh. Ke Kota Medan tanpa bukti mampir ke istana Maimon serasa hoax."

Lalu dibalas oleh anakku, "maksud ibu kayak gini...."

foto-foto di Istana Maimon

OMG. Sekarang, resmi... aku yang julid lihat foto-foto anak dan menantuku ketika berkeliling Sumatra Utara dan spesial keliling Kota Medan.

Ah. Jaman dulu mana ada deh foto dengan pakaian adat seperti itu. Huhuhu. Cantik ih. Jadi serasa raja dan ratu ya. Bikin kepingin liburan ke kota Medan rasanya. Ayo ah... buka aplikasi pegipegi.com buat lihat-lihat perkiraan harga, lalu menabung buat liburan.

Karena nostalgia masa lalu hanya sebuah kebahagiaan semu. Dan kehadiran tanpa foto yang menunjukkan kehadiran kita di sana, adalah kebahagiaan yang patut dipertanyakan. Hehehe.
Yang benar itu: datang, hadir, abadikan momen dengan foto, lalu torehkan kenangan itu di dinding akun media sosial kita. Untuk masalah teknis pesan tiket atau booking hotel, tinggal pakai pegipegi.com. Iya apa iya?



3 komentar

  1. Ah mba Ade, sedih bacanya pas bilang harus sayang sama adik2 krn mba udah tua jadi harus akur duh lgsg berkaca-kaca bacanya..terkadang ada adik juga yg malah iri sama iparnya bingung juga padahal iparnya baik hati *ini curhat terselubung wkwkwk

    btw aku pas ke Medan juga ragam oleh2 banyak banget mba Ade apalagi yg aroma durian sampe eneg banget baunya :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya... aku ingetnya, bocahku 2 cewek2 semua dan masih pada piyik. Jadi, istri anak tertuaku otomatis bakalan dijadiin pengganti aku kalo aku meninggal lebih dulu. Itu sebabnya aku maunya calon menantuku adl wanita yg sayang sama adik2 suaminya, alias adik2 anak sulungku.

      Perkara si adik cemburu, malas, ngeyelan, keras kepala, dan sebagainya, aku pikir jika dasarnya dia sudah sayang maka dia akan tetap sayang. Dan kasih sayang itu bisa meluruhkan karakter buruk agar jadi baik.

      Hapus
  2. Ya Allah Mbk Ade, baca ini banyak pelajaran hidup loh Mbk Ade. Begini ya rasanya kalau ada anak nanya soal pernikahan. Aku catat deh, makasih Mbk Ade

    BalasHapus