Kembali ke Pantai Parangtritis

[Keluarga] Kalau dihitung dengan jari, kedatanganku ke kota Yogyakarta bisa dihitung dengan jari loh. Pertama kali liburan ke Yogyakarta itu waktu masih kecil. Yaitu ramai-ramai dengan keluarga besar dari sisi ayahku. Kedua ketika baru menikah dalam rangka bulan madu, ketiga di tahun 2013, dan terakhir tahun lalu ketika sudah punya menantu.

Wow banget nggak sih? Karena setiap kali datang ke Yogyakarta, selalu ada perubahan formasi anggota keluarga yang dibawa serta. Alhamdulillah. Tapi, meski sudah beberapa kali datang ke Yogyakarta, tidak banyak perubahan yang terjadi di kota Yogyakartanya sendiri. Memang sih hotel-hotelnya bertambah, dan ada penambahan daerah wisata baru yang sesuai dengan kebutuhan jaman. Yaitu tempat wisata yang instagramble. Tapi yang lainnya, bisa dibilang tidak banyak berubah.


 Dan kalian tahu tidak, dari sekian banyak kunjungan tersebut, amat jarang aku sekeluarga mampir ke pantai Yogyakarta yang terkenal itu. Apalagi jika bukan pantai Parang Tritis.

Parangtritis ini sudah ngetop sejak jaman sebelum aku kecil alias sudah ngetop lama sekali. Konon, ini termasuk pantai yang memiliki hamparan pasir terluas dengan kontur yang berbukit-bukit sehingga di beberapa bagian dari Pantai Parangtritis ini, selintas mirip gurun pasir. Tidak heran jika banyak sekali film yang menggunakan Parangtritis untuk lokasi pembuatan film mereka, khususnya untuk film Indonesia yang berlatar belakang suasana daerah Timur Tengah seperti drama-drama televisi tentang cerita para Nabi misalnya.

Wikipedia menulis keterangan tentang Pantai Parangtritis sebagai berikut:
Parangtritis is a popular tourist beach and village area on the southern coast of Java in the jalan bima bumi sari natar within the province of the Yogyakarta Special Region. There is a good road to the area which is about 30 km south of the city of Yogyakarta, located just on the border between Bantul and Gunung Kidul regencies.
Quite large crowds of mainly local tourists visit Parangtritis over weekends and at holidays. Larger tourist buses as well as various types of cheaper minibuses ply the route to the beach from Yogyakarta. There are local tourist facilities at Parangtritis including parking arrangements, modest hotels which provide visitors with places to change and shower, and small restaurants. Often small ponies or horse-drawn carts can be hired for rides along the beach. Tourists also visit some of the various caves and springs in the cliffs and hills near Parangtritis, such as the Gua Tapan cave and the Beji spring, which are quite close to the beach,[1]Parangtritis is sometimes said to be a place to meet the legendary Nyai Loro Kidul (also known as Ratu Kidul) or 'Queen of the South'

Entahlah. Waktu kecil dulu, aku sebenarnya tidak begitu ingat mampir ke pantai Parangtritis apa nggak ya? Yang jelas, ketika melakukan perjalanan bulan madu ke Yogyakarta, aku dan suami melewatkan Pantai Parangtritis karena sempitnya waktu yang kami miliki. Maklum, suamiku berasal dari Solo, jadi aku berkunjung ke Yogyakarta itu cuma dalam rangka liburan 1 hari saja. Hari-hari liburan lainnya kami gunakan untuk mengunjungi Solo dengan mengujungi sanak saudara suamiku yang ada di sana. Lengkapnya bisa baca di sini ya, Bulan Madu yang Tak Terlupakan. Cuma, karena waktu itu belum berjilbab jadi tidak ada foto yang bisa dipamerin deh. Hehehe. 

Liburan ke Yogyakarta berikutnya, ternyata karena padatnya tempat wisata yang ingin dikunjungi akibatnya kami tiba di Pantai Parangtritis ketika hari sudah gelap. Hahaha. Dan tidak banyak lampu penerangan di pinggir pantai sehingga pantai Parangtritis terlihat gelap gulita.

Anakku sempat sih membuat istana pasir dengan bantuan lampu dari kamera handphone.
Entahlah. Anakku tuh jika sudah bertemu pantai, rasanya kurang afdol jika tidak membangun istana pasir. Pantai mana saja. Dan bahkan meski jika kami tiba di pantai malam hari. Huff.

Jadilah meski malam hari, tetap saja membangun istana pasir, dan setelah istana pasirnya selesai, kami langsung berangkat pulang kembali ke hotel. Asli ya, cuma buat bikin istana pasir yang bahkan nggak bisa dilihat juga. Tapi ya sudahlah. Namanya juga anak-anak ya. Jadi tetap saja aku dan suami menunggui mereka hingga istana pasirnya selesai dibuat. Dan tahukah kalian, baru beberapa meter kami berjalan menuju kendaraan, istana pasir itu pun dilanda ombak. Hilang deh. Hehehe. Mungkin karena laut mulai pasang kali ya. 

Mungkin. Karena kami tidak bisa melihatnya,. Cuma yang terasa adalah Pantai Parangtritis yang seharusnya luas, sekarang terasa mengecil saja. Jadi baru jalan sebentar eh.. sudah bertemu dengan ombak. Jadi, kami juga tidak berani berlama-lama di tepi pantai karena gelombang pasang cepat sekali naiknya. Buktinya ya itu tadi, bikin istana sebentar, pas pulang sudah dimakan ombak istananya. Tidak sampai 30 menit loh itu. 

Akhirnya, ketika tahun lalu kami sekeluarga berlibur ke Yogyakarta lagi, alhamdulillah bisa juga mampir ke pantai Parangtritis dalam kondisi matahari masih bersinar terang. Jadi, aku bisa menikmati pantainya dalam kondisi cuaca yang cerah dan terang benderang.

Dan seperti yang dikatakan oleh Wikipedia versi English, pantai ini penuh sekali di waktu akhir pekan. Banyak orang yang datang dengan menggunakan bis-bis besar. Tapi Masya Allah senang banget loh bisa liburan ke Pantai Parangtritis ini. 

Di siang hari, pantainya terlihat dan terasa besar sekali. Laut kembali ke tengah sehingga hamparan pasir amat luas. Melebihi tanah lapang deh. Jadi, ada aneka macam hiburan yang bisa dimanfaatkan oleh pengunjung pantai. Mulai dari sewa ATP (mobil-mobil kecil berpenumpang 1 orang (maksimal 2 jika tidak gemuk), sewa perahu kayu, sewa perahu pesiar ukuran mini, sewa motor boat, sewa kuda untuk keliling pantai, hingga sewa .... apa ya namanya. Itu loh mobil jeep yang akan membawa kita naik ke atas layangan super besar yang ada bangku kecil di tengahnya. Nanti jeep akan menarik layangan ini sehingga akhirnya kita bisa terbang deh.

Soal harganya ya lumayan sih, bervariasi.



dasar bocah, tetep ya, nggak afdhol kalau ke pantai tidak bikin istana pasir. 


bukan pasangan  pengantin baru oldies


pasangan pengantin baru yang merasa dunia hanya ada mereka berdua saja (abaikan kehadiran pengunjung yang penuh dan adik serta keponakannya ya, fokus ke mereka aja deh...hahaha)

nah, setelah semua kehadiran orang2 disingkirkan, jadilah seperti ini penampilannya (anggap aja bayangan orang2 di pasir itu adalah bayangan pohon)

Kangen yogyakarta ih lihat foto-foto ini dakuh.
Kangen dengan Pantai Parangtritis lagi.

Jadi ya, meski pantainya tidak sepi, tapi saking luasnya pantai ini jadi kita tuh bisa bebas lari-larian, foto-fotoan, naik kuda, naik ATP, main layangan. Cuma ya memang penuh banget sih. Tapi tetap sih ngangenin.




Tapi, mau liburan ke Yogya saat ini harga tiket pesawat lagi mahal ya yang untuk perjalanan domestik.
Eh... mahal atau murah sebenarnya relatif sih. Masalahnya, aku kan punya anak 4 ya sekarang, berarti jika ingin berlibur harus memikirkan tiket untuk 6 orang. Tepatnya 6 orang dewasa (jadi pakai harga dewasa ya, bukan harga anak-anak lagi).

Alhamdulillah, karena masih sama-sama di Pulau Jawa (aku di Jakarta dan Pantai Parangtritis ada di Yogyakarta), maka kita tidak usah terlalu tergantung pada pesawat terbang sih menurutku. Masih ada moda transportasi alternatif selain pesawat terbang. Bus misalnya.

Sekarang, bus-bus itu tidak melulu dimonopoli oleh bus besar dengan klakson telolet loh.
Hehehe. Masih ingat kan beberapa tahun yang lalu, ngetop banget ini klakson telolet.

"Om telolet om." hahaha. Bunyinya memang nyebelin sih, tapi ternyata jadi hiburan buat orang-orang yang dilewati oleh bis-bis besar ini.

Kelemahan bis-bis besar ini, mereka sering menunggu agar penumpang penuh dulu baru berangkat. Jadi kalau dulu sih suka ngaret ya waktu keberangkatannya.

Sekarang, armada bis antar kota antar propinsi sudah lebih baik sih menurutku. Mungkin karena banyak pilihan ya. Jadi sekarang lebih tepat waktu berangkatnya. Dan kecepatannya juga stabil di perjalanan, tidak ugal-ugalan supirnya. Sehingga meksi perjalanan jauh penumpang bisa tetap nyaman di dalam kendaraan. Salah satunya Cititrans Fatmawati. Cititrans ini merek salah satu armada travel, sedangkan Fatmawati adalah lokasi tempat Cititrans ini menerima penumpang.

Suamiku pernah berlangganan Cititrans ini beberapa waktu lalu ketika beliau jadi dosen terbang di salah satu universitas yang letaknya beda propinsi dengan Jakarta.

Kelebihan Cititrans travel ini adalah, tempat lokasi kumpul penumpang yang akan dijemputnya banyak; dia juga tepat waktu berangkatnya jadi berapapun jumlah penumpang yang ada di mobil, ketika tiba waktunya berangkat ya berangkatlah. Dan pengemudinya juga mengemudi dengan hati-hati. Kendaraannya sendiri tidak selalu berbentuk bis besar sih. Tapi lebih banyak seperti mini bis.

Kalian, bisa mendapatkan tiket kendaraan Cititrans di Traveloka. Pokoknya, nggak usah repot-repot harus ke pangkalan bis deh. Tapi cukup lakukan transaksi pembelian tiket bis dari rumah. Persis kayak kalau kita lagi hunting barang-barang pas lagi melakukan shopping online. Jadi, santai saja, tinggal gerakin jari lalu mulai hunting tiket bis. Nanti lihat jam keberangkatannya, lalu bersiap deh.

Btw, meski sudah memesan tiket, usahakan untuk tidak ngaret ya. Karena sekarang itu, dimana-mana tidak ada lagi armada transportasi yang menunggu penumpang. Mereka tepat waktu banget. Jadi, jika kita terlambat datang bakalan hangus tiket yang sudah dibeli. Jadi perhatikan benar-benar waktu keberangkatan dan berangkatlah minimal 30 menit sebelum berangkat sudah ada di lokasi kumpul penumpang.

Jadi.... ayolah kita liburan. 

2 komentar

  1. Sudah lama ngk ke Pantai. Habis baca blog ini jadi pingin segera mantai hehehhe. Pesan tiket apapun apalagi tiket bus memng lebih praktis via online ya mbak.

    BalasHapus
  2. Aku baru sekali ke parangtritis mbak, waktu masih TK apa SD gitu. Dan hampir kebawa ombak. Haha. Jadi agak horor mau ke sana lagi.

    BalasHapus