Di Balik Pembuatan Sebuah Foto Video

[Lifestyle] Dulu, aku sering kagum pada sebuah foto yang dipamerkan oleh seorang photografer. Cantik dan begitu enak dilihat.
Lalu aku juga sering kagum dengan tayangan sebuah film pendek yang ditampilkan di iklan-iklan televisi atau di You Tube. Kalian tahu, waktu aku duduk di bangku sekolah dahulu, bahkan kegemaranku adalah menonton acara 'Mana Suka Siaran Niaga". Ini adalah sebuah tayaangan acara dimana televisi melakukan  blocking time dua jam full dengan menayangkan hanya iklan semua. Tidak ada jeda berita, atau acara lain. Dan aku selalu menyisihkan waktu untuk duduk manis menunggu tayangan acara iklan tersebut.



Ketika aku tinggal di Sydney- Australia, aku bahkan punya acara kegemaran: yaitu mengikuti acara the best commercial television. Yaitu sebuah acara yang menayangkan iklan-iklan di seluruh dunia yang tampil di layar televisi dan masuk kategori the best. Terbaik alias bagus banget.

The best karena ada misi dalam iklan yang disampaikan.
The best karena ada sisi hiburannya yang benar-benar menghibur.
The best karena bisa menyampaikan sesuatu yang langsung akan diingat oleh penonton.

Tahu sendiri kan, jatah iklan di televisi itu cuma maksimal 2 menit. Umumnya sih 1 menit. Itu pun harganya sudah mahal banget. Temanku yang bekerja di televisi bercerita bahwa tayangan iklan di televisi itu bayar sewanya dihitung perdetik. Jadi, sekian detik dikali jutaan rupiah. Jadi, kebayang saja ya jika ada iklan yang muncul agak lama berarti berapa kocek yang sudah dirogoh oleh pemilik produk yang diiklankan tersebut.

Sekarang, sudah jaman digital. Yang namanya media massa digital sudah banyak banget dan  mulai terjadi pergeseran dalam masyarakat penikmat informasi.
Mereka mulai berkurang menonton televisi dan media cetak. Beralih menjadi semakin banyak mengikuti berita di media online. Dan lebih dari itu, sumber informasi tidak lagi dimonopoli oleh kantor berita saja. Tapi sudah tersebar diberikan oleh masyarakat. Ada yang lewat blog, atau akun media sosial.

Jaman sekarang, amat sedikit sebenarnya yang tidak memiliki akun media sosial. Rata-rata semua orang punya akun media sosial. (sebenarnya aku mau bilang "semua orang pada punya akun media sosial" tapi lalu aku ingat suamiku yang memutuskan untuk tidak ingin memiliki akun media sosial. hehehe. Iya, suamiku memang tidak ingin waktunya habis karena terseret kegaduhan hingar bingar media sosial.).

Nah. Sehubungan dengan akun media sosial nih, kalian tentu tahu yang namanya Instagram kan?
Awalnya, media sosial Instagram itu hanya menyediakan untuk tayangan foto-foto saja. Dulu, ketika pertama hadir, tayangan foto di Instagram hanya bisa satu (1) foto saja setiap kali upload. Jadi, pilih 1 foto terbaik jika ingin dishare.

Tapi, kemudian merambah bisa juga dipakai untuk menayangkan video. Tapi, durasi penayangan video di Instagram itu hanya maksimal 1 menit saja. (eh, katanya sih sekarang durasinya mulai ditambah. Aku belium pernah mencobanya sih berapa lama).

Jujur saja, untuk bisa menghasilkan video yang bercerita, sepertinya aku belum bisa. Masih tergagap-gagap mengikuti perkembangan trend vlog yang beredar. Baru belajar cara mengambil gambar maksimal 10 detik untuk beberapa adegan, eh, sekarang sudah beredar trend vlog yang berbeda lagi. Duh. Ngibarin bendera putih deh eyke. ⚐⚐⚐

Tapi, tergagap-gagap bukan berarti menyurutkan semangat untuk belajar. Kebetulan, aku punya sahabat blogger yang selalu memanggilku dengan panggilan "mahmer" (kependekan dari mamah mertua...😁😜 namanya Pungky Prayitno (blognya bernama Galaksi Pungky). Dia ini jago banget untuk urusan photografy. Kalau kalian mampir ke blognya, maka bertaburan yang namanya tutorial cara menghasilkan foto yang kece. Tidak heran jika Instagram dia enak dipandang mata karena foto-foto yang dishare itu bagus-bagus. Beberapa kali Pungku memberikan tips cara memotret yang baik dan beberapa sudah aku praktekkan ceritanya.

Ternyata ya, untuk menghasilkan foto yang kece itu, tidak hanya sekali jepret langsung OKE. Salah banget jika berharap sekali take langsung oke. Karena, untuk menghasilkan satu biji foto yang oke dan akhirnya terpilih untuk dishare ke publik itu, harus melewati jungkir balik pengambilan foto yang beberapa kali terlebih dahulu.

Kadang harus diatur dulu penampakannya mau seperti apa. Untuk itu, memang kita harus memiliki konsep dulu apa yang akan kita sajikan.

Jadi, langkah-langkah sebelum pembuatan sebuah foto video adalah:

1. Pikirkan terlebih dahulu konsep yang akan diterapkan.

Apakah nanti hitam putih atau berwarna temanya? Apakah hanya produk fisiknya saja atau ingin kita sebagai pemilik foto juga terlihat di foto tersebut? Apakah kita sebagai pemilik barang akan terlihat secara keseluruhan atau hanya salah satu bagian dari tubuh kita saja yang terlihat di foto tersebut, tangannya saja misalnya. Atau hidungnya saja barangkali. hehehe.Pokoknya harus ada konsep yang akan diterapkan.

2. Siapkan Property yang mendukung konsep yang akan diterapkan tersebut.

Nah, ini yang tak kalah serunya. Mempersiapkan property yang akan menyertai produk yang akan difoto agar bisa mendukung konsep yang akan diterapkan.

MIsalnya latar belakang atau alas produk tersebut, mau berwarna putih saja, atau hitam saja, atau kotak-kotak, atau apa. Selain alas tempat peletakan benda produk, juga dipikirkan apa benda kecil yang akan menemani si produk tersebut agar tidak terlihat sendirian. Apakah bunga kecil, mutiara boongan, figurine mungil, atau kerikil. Pokoknya dia tidak mendominasi tapi nantinya bikin benda yang akan ditampilkan tidak terlihat sepi.

3. Siapkan lampu atau cahaya untuk pencahayaannya.

Iya, Ini beneran penting banget. Jika tidak punya blitz yang mahal dan canggil segera pikirkan apa penggantinya yang tersedia di rumah. Mungkin lampu belajar yang diberi karton sekeliling agar cahayanya bisa terfokus. Atau mungkin lembaran aluminium foil yang disorot dengan senter agar bisa memberi efek cahaya yang natural di malam hari.

Ingat ya, usahakan untuk tidak menggunakan lampu blitz yang tertanam di dalam kamera handphone (jika kalian memotret dengan menggunakan kamera handphone). Karena itu akan membuat produk terlihat tidak menonjol warna-warna dasarnya. Nanti malah nggak bagus hasil fotonya.

Nah, sekarang mari kita mulai mengambil gambar (sebenarnya, ini rangkaian foto yang dibuang sayang yang aku lakukan tahun lalu. Perjuangan untuk mendapatkan foto2 ini bukan main deh buat pemula seperti aku. Kita harus mengambil foto ketika wadahnya bersih tidak terisi. Lalu mengisinya dengan sayuran. Lalu berusaha agar tangan bisa ikut diambil seakan sedang menyendok sayuran. Dan itu aku lakukan seorang diri hanya dengan bantuan tripod dan kamera dari Samsung Note Edge-ku. Beberapa foto yang aku merasa tidak bagus, lansung aku delete agar memory tidak penuh dan mata juga nggak juling memilih mana foto terbaik di antara foto yang ada. Jadi, jangan pernah menyimpan hasil foto kualitas jelek di memory handphone... hehehe).



Dan ini hasil dari puluhan jepretan foto yang dibuat hingga menghasilkan foto video ber durasi kurang dari 1 menit:

Sejak anak-anakku masih kecil, mereka jarang jajan di luar rumah. Seringnya dibawain bekal dari rumah. Jika pulang sekolahnya lebih cepat, bekalnya ringan seperti roti atau sushi. Tapi jika pulang sekolahnya normal (yang artinya sampai pukul 15.00 maka berarti harus bawa nasi dan lauk pauknya. Di sekolah ada sih jasa katering dan kantin sekolah. Tapi karena terbiasa aku beri bekal #lunchbox mereka malah merasa "masakan ibu lebih enak." meski ibunya nggak jago2 amat masaknya. Mungkin karena selalu ada cinta yang ditabur di atas makanannya. hehehe. . Membawakan anak bekal makanan ke sekolah itu lebih sehat dan juga lebih hemat. Kita tahu kualitas makanan yang kita sajikan tersebut. Juga tahu ukuran perut dan selera lidah anak kita. Terpenting lagi, kita bisa mengikuti dan memantau kebutuhan gizi anak kita. Karena kita tahu apa isi kotak makanannya. Seperti nasi merah yang memiliki kadar gula rendah dan berserat tinggi, lauk yang dibuat sendiri tanpa tambahan MSG dan garam atau gula yang berlebihan (kali ini ada udang tepung, tahu isi, telur rebus, pangsit goreng isi udang cincang), serta kebutuhan serat lewat sayur (kali ini ada jagung rebus, Daun singkong rebus, dan balado terong). Nanti di rumah, pulang sekolah mereka bisa makan aneka buah. . Agar makanan tidak mudah rusak, hal yang juga penting diperhatikan tentu saja kotak untuk menaruh bekal makanannya. Rapat tapi mudah dibuka oleh jemari anak2 yang mungil dan tidak sabaran, cukup kedap udara hingga makanan tidak cepat rusak, serta ukuran yang bervariasi untuk penempatannya. Lunch box tersebut bisa didapatkan dengan membeli Rice Cooker Philips berstiker khusus #BekalSehatKita #philipsHealthyTips
A post shared by Ade Anita (@adeanita4) on

Fiuh. Lelah tapi puas. Lalu mulai ketagihan pingin melakukannya lagi.

4 komentar

  1. Bagus banget, Buk...
    Itu background hitamnya pakai apa? Kain kah?

    BalasHapus
  2. Maih belum pro nih kalau masalah epret jepretan, ehehe.

    BalasHapus