Waterbom, Untuk Yang Sedang Jatuh Cinta

 [Pernikahan] Usia pernikahanku insya Allah tahun depan memasuki usia 24 tahun. Tidak terasa ya. Rasanya baru beberapa saat saja kami menikah, punya anak lalu pontang-panting membesarkan anak dan mengisi hari-hari yangberjalan.

Nggak tahunya, anak-anak sudah semakin beranjak besar. 
Sampai sekarang, aku masih sering merasa anak-anakku belum pada besar. Jadi, yang ada di kepalaku itu ingatan bahwa aku harus segera pulang ke rumah karena nanti anak-anak gelisah menungguku. Lalu mereka tidak makan karena tidak ada yang memasak di rumah. Lalu mereka lupa shalat karena tidak ada yang mengingatkan. Pokoknya, segala macam pemikiran bahwa anak-anak akan berantakan karena aku tidak ada di sisi mereka. Padahal kenyataannya sih... mereka semua fine-fine aja. Apalagi sekarang mereka sudah pada mandiri alhamdulillah. Dalam arti sudah bisa dilepas dan diberi tanggung jawab.
Sepertinya, waktu kebersamaan mulai dari mengandung, melahirkan, membesarkan, mengasuh, merawat dan mendampingi mereka karena aku full mom lah yang membuat aku menjadi memiliki rasa ketergantungan yang tinggi dan sudah sedemikian besar pada anak-anakku.

Mmm... ketergantungan disini itu maksudnya, aku sering merasa kurang nyaman jika bepergian tidak bersama anak-anak. Aku juga sering merasa keberatan jika bepergian terlalu lama karena kepikiran dengan anak-anakku. Aku merasa tidak lengkap jika tidak ada anak-anak di sisiku. Selalu merasa ada yang kurang jika tidak ada anak-anak di sisiku. Itulah ketergantungan yang aku maksud. 

Mau jalan-jalan, jika melihat sesuatu aku pasti ingatnya ya anak-anakku. Wah, ini barang kesukaannya Arna nih. Oh, ini makanan kesukaan Hawna. Loh, ini mainan Ibam ketika dia masih kecil dulu. Jika pun tidak ada uang pun, aku tetap saja mikirin anak-anak. Hemat-hemat saja deh, biar bisa traktir anak-anak jajanan di rumah nanti. 

Begitu saja terus yang ada di benakku jika ternyata aku harus jalan-jalan tanpa anak-anak. Padahal sih, mungkin anak-anakku juga nggak gitu-gitu amat kali ya mikirin aku ketika mereka sedang jauh dari aku. Padahalnya juga, di samping anak-anak ada suami yang bisa jadi juga merasakan hal yang sama dengan apa yang aku alami tapi dalam bentuk yang berbeda. 

Iya. Seperti halnya kita, suami kita memiliki kenangan, waktu kebersamaan, dan juga kesempatan ketika membesarkan dan mengasuh anak-anak kita. Iya sih suami bekerja keluar rumah. Tapi, ketika dia pulang ke rumah lagi, kita berbagi cerita tentang anak-anak kita dengan suami kita. Mendengar laporan bahwa anak-anaknya nakal atau baik hari ini, mendengar betapa lucunya anak-anak hari ini, mendengar curahan hati istrinya tentang apa yang harus dilaluinya hari itu ketika sedang bersama dengan anak-anak. Lalu suami juga ikut memikirkannya, mencari solusi jika ada masalah, dan mengusahakan jalan keluar yang paling mungkin untuk dilakukan untuk memecahkan masalah anak-anaknya.

Semua waktu dan energi yang tercurah di atas, meski secara fisik suami tidak mendampingi anak-anaknya sepanjang hari, membuat suami kita juga tumbuh dan merasakan tunas ketergantungannya bersama dengan anak-anak. Jadi, bukan cuma kita para istri yang merasakan bahwa tanpa kehadiran anak-anak hidup jadi terasa hampa. Suami juga merasakan hal yang sama. 

Jadi, ketika anak-anak sudah beranjak besar dan sedikit demi sedikit mulai menampakkan kemandiriannya hingga mulai terasa menjauhi kita agar kemandiriannya semakin matang, bisa dibilang ayah dan ibu (atau suami istri) harus sudah mempersiapkan diri memasuki babak baru dalam kehidupannya. Yaitu, babak berdua lagi. Pacaran lagi. 

"Sepertinya, kita memang harus memulai untuk merencanakan bepergian berdua saja deh, De. Karena anak-anak sudah mulai besar." Itu yang suamiku katakan suatu hari padaku.

Sepertinya, ini bakalan jadi babak baru deh dalam kehidupan rumah tanggaku. Bepergian berdua saja dengan suami. Pacaran lagi setelah sekian lama selalu pergi ramai-ramai dan tak terpisahkan dengan anak-anak.

Gimana rasanya pacaran lagi itu?

Jadi, babak baru setelah 24 tahun menikah bagiku adalah, merasakan lagi rasanya pacaran lagi dengan suamiku.

Baca juga ya tulisanku yang masih terkait dengan hal ini: 100% Romantis

Hahaha. Seru-seru gimana gitu. Karena kami sudah melewati masa unyu-unyu gitu. Juga tidak lagi mementingkan penampilan yang harus serba lucu dan up to date. Tidak ada lagi jaim, juga tidak ada lagi rahasia-rahasian.

Ya gimana? Mau jaga image seperti apa jika selama ini suami tahu apapun tentang aku, luar - dalam, baik - buruk, kelebihan - kekurangan. Mau bergaya seperti remaja, malu sama umur. Mau bergaya seperti orang dewasa, laahhh... memang kami orang dewasa. Mau bergaya seperti orang sudah tua, kami masih merasa muda. 😁😁😁 Serba salah.

Ada deh selama beberapa waktu aku dilanda kegalauan bagaimana harus bersikap mulai sekarang. Hingga suatu hari, putra pertamaku menawarkan tiket masuk ke Waterbom PIK. Kebetulan dia dapat Voucher diskon untuk tiket masuk Waterbom PIK dalam family ghatering kantornya. 

"Yuk bu, kita ke sana sekeluarga. Ibu belum pernah kan ke sana? Asyik loh bu tempatnya."

Wah. Aku langsung dong antusias. Semangat. Jadilah di hari ahad yang cerah, kami sekeluarga pergi ke Waterbom PIK.

ceria di waterbom PIK

bagian dalam waterbom PIK
catatan dariku: Jadi Waterbom Jakarta, atau Waterbom PIK, berlokasi di Pantai Indah Kapuk (PIK). Ini adalah pusat rekreasi/wahana air yang bertaraf international yang memberikan keceriaan di akhir pekan bersama keluarga. Waterbom Jakarta di Pantai Indah Kapuk (PIK) dilengkapi dengan wahana air yang super lengkap, dengan konsep alam yang dilengkapi dengan pohon-pohon tropis yang hijau dan rimbun. Serta penataan taman yang indah dan bikin betah.



ini juga sudut lain dari waterbom PIK

ini kesukaan aku di waterbom PIK, adegan berdiri di bawah pancuran air
 Catatan dariku: jangan lupa ya bawa wadah kedap air untuk handphone kalian agar handphone kalian tidak kena air ketika sedang foto-foto di dalam wahana. Lalu, jangan lupa juga untuk membawa baju renang. Karena, mereka yang tidak mengenakan baju renang tidak diperbolehkan menikmati permainan air yang ada di Waterbom PIK.

bagian depan waterbom PIK

catatan dariku: oh ya, kita dilarang membawa makanan dan minuman ke dalam area waterbom PIK. Karena, makanan dan minuman sudah tersedia di dalam. Lagipula, makanan dan minuman yang dibawa sendiri sering mengotori area permainan air, itu sebabnya makanan dan minuman yang dibawa oleh pengunjung sendiri dilarang untuk dibawa masuk. Tapi jangan takut sih, karena tiket yang kita beli di pintu masuk Waterbom PIK itu, sudah merupakan tiket terusan yang meliputi bisa menikmati semua permainan plus voucher membeli makanan dan minuman yang sudah disediakan di booth-booth rumah makan yang tersedia di dalam area hiburan keluarga waterbom PIK ini. 

pintu masuk waterbom PIK

Sesampai di Waterbom PIK, anak-anak dan menantuku langsung berhamburan masuk dan mulai asyik dengan kegiatan masing-masing. Tinggal aku dan suamiku yang berdua saja. Mau ikut seru-seruan, hmm. Sepertinya harus tahu diri dengan usia kami yang sudah tidak muda lagi. Aku hanya sekali saja merasakan dasyatnya naik semua permainan air yang tersedia di waterbom PIK itu. Itu pun langkahku pelan dan hati-hati. Sementara anak-anakku sudah berlari-larian mengejar antrian agar bisa naik dan merasakan permainan air yang tersedia di waterbom PIK berkali-kali.

Bahkan, ada saat dimana ketika sedang ada di atas; sementara aku masih mempertimbangkan apakah permainan air yang akan aku naiki aman bagi jantungku atau tidak, anak-anakku aku lihat sudah beberapa kali menyapaku dan mendahuluiku meluncur di sliding raksasa yang tersedia di waterbom PIK.

credit foto: bambideal.id

credit foto: bambideal.id
Tengah aku menikmati keceriaan bersama keluarga tersebut, meski tidak selincah dan seagresif gerakan anak-anakku yang masih muda, suami tiba-tiba menggamit tanganku.

"De... kita berteduh saja yuk."
Aku mengikutinya. Kami hanya berdua. Anak-anak entah berada di mana, yang pasti sudah pada asyik sendiri-sendiri.

"Mas.... akhirnya kita cuma berdua saja." Suamiku tersenyum. Lalu perlahan mengajakku berjalan mencari ban besar untuk menyusuri kolam arus yang mengalir perlahan.

ini ban besar yang bisa dinaiki di kolam arus yang arusnya lambat.

Jadi, ada 2 pilihan ban besar di kolam arus tenang. Yaitu, ban besar untuk sendirian, dan ban besar untuk berdua.

 Aku dan suami meraih ban besar untuk kolam arus tenang yang untuk berdua. Aku duduk di belakang, dan suami duduk depan. Lalu... tiba-tiba saja aku dan suami merasa seperti sedang jatuh cinta. Mungkin karena didukung oleh suasana sekitar kolam yang ditumbuhi pepohonan rimbun, kolam arus yang tenang, dan hanya ada kami berdua saja. Tanpa diganggu oleh anak-anak dan pekerjaan.

Terkesan sekali aku dengan kejadian ini, kejadian aku merasa jatuh cinta lagi hingga aku meuliskannya di status facebookku.





Jadi, menurutku sih, bepergian sekeluarga itu penting banget untuk mempererat hubungan dengan seluruh anggota keluarga, sekaligus untuk memperbaharui kembali jalinan cinta antara kita dan pasangan kita. Karena, pasti deh ada satu waktu dimana anak-anak akan sibuk dengan keasyikan masing-masing hingga tinggal kita saja dan pasangan kita. Tanpa memikirkan pekerjaan rumah tangga, tanpa memusingkan pekerjaan. Hingga waktu yang tersedia, benar-benar untuk jatuh cinta kembali.

Buat kalian yang ingin merasakan kehangatan seperti yang alami, atau buat yang sedang jatuh cinta, mungkin bisa datang ke tempat rekreasi seperti yang aku lakukan beberapa waktu yang lalu. Kabar gembiranya nih, di Bambideal.id, sekarang sudah menyediakan voucher diskon untuk pembelian tiket masuk ke banyak tempat, yaitu Voucher BambiDeal, Diskon Tiket Masuk. Dengan menggunakan voucher diskon ini, otomatis kita dapat diskon ketika membeli tiket masuk ke area permainan ini (fyi: harga aslinya tanpa diskon itu lumayan sih, apalagi jika sekeluarga lebih dari 1 anak). Jadi, ayo yuk manfaatin kesempatan untuk membeli voucher diskon tiket masuk dari Bambideal.id ini.





7 komentar

  1. Aku adalah anak gadis yang sebentar lagi hidup bersama 'orang lain' pilihanku. Aku sebagai anak gadis matang memang secara alami mengikuti naluri ingin belajar menjadi sosok Ibu. Ingin belajar mandiri dan persiapkan mental dan berpikir untuk masa depan.
    Perlahan belajar untuk tidak bergantung dengan orang tua. Beruntung aku dapat kerja, dari segi finansial bisa belajar disiplin menjadi 'calon manager keuangan negara'.

    Dan keresahan Mbak Ade memang benar, anak-anak Mbak Ade mungkin sudah ada yang berani punya bahtera keluarga di usia sangat muda.
    Dan kini adik2nya sedang di masa ingin bisa sendiri, eksplorasi sendiri, dan ingin mencari jati diri, "aku sukanya apasih?"

    Mbak Ade hanya perlu memantau saja, seperti yang dilakukan Mama Papaku. Beri kepercayaan, niscaya anak yang baik tidak pernah sedikitpun ingin mengoyak kepercayaan orang tua. Justru ingin selalu menjaga nama baik keluarga dengan segala prestasi dan pembawaan diri di lingkungan sosial...
    :)

    BalasHapus
  2. Liburan atau melakukan aktivitas bersama keluarga akan lain rasanya saat sendiri aja. Enakan bareng2 hehhehe

    BalasHapus
  3. Anak2ku masih kecil dan masih ngintilin aku mbak. Tapi bisa kebayang dr cerita mbak Ade kalau anak2 besar tuh ibu tetap khawatir akan segala sesuatunya ya :D

    Ooo baru tau bisa makai voucher bambideal buat tiket berennag ke waterboom :D
    TFS infonya :D

    BalasHapus
  4. Belajar dari yg sudah berpengalaman kayak bunda ade.. makasih bun.. sharing2nya.. :)

    BalasHapus
  5. Mba Ade sama denganku, serasa ada yang kurang kalo bepergian tanpa anak-anak, kepikiran mereka terus. Buatku paling asyik itu jika liburan bersama suami dan anak-anak. Ya mungkin aku juga harus mulai belajar melepas kekhawatiran diri sendiri, 'membiarkan' anak-anak menunjukkan kemandiriannya.

    BalasHapus
  6. renangnya seruuu
    pasti menyenangkan sekali ya tante

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah sudah 24 tahun. Wilujeng ya, Teh. Semoga langgeng terusss

    BalasHapus