Etika Menjadi Seorang Blogger Profesional

[Lifestyle]  Dulu, ketika memutuskan untuk menjadi seorang blogger, aku pikir aku tidak akan pernah melakukan tugas offline. Bayanganku seorang blogger itu hanya melulu bertemu dengan notebook atau komputer dan internet saja. Jadi kita hanya duduk di depan komputer lalu berselancar dengan internet dan aktif meng-update blog yang kita kelola.

Tapi, ternyata tidak demikian tugas seorang blogger yang ingin profesional. Karena, dalam perkembangannya, ternyata seorang blogger itu tidak hanya menulis tentang kegiatan sehari-harinya saja di blog yang dia kelola. Tidak juga melulu menulis tentang hal-hal yang dia alami dari jarak jauh saja di blognya. Seorang blogger itu ternyata sekarang sudah dipandang bisa mewakili perpanjangan tangan penyampai pesan dari pemerintah atau perusahaan tertentu atau juga brand-brand dan aneka lembaga yang menginginkan agar pesan yang ingin mereka sampaikan bisa tersebar luas di masyarakat lewat jaringan internet.



Baca tulisanku yang terkait dengan hal ini: Ngeblog Itu Gampang 

Ya. Internet.
Siapa coba yang menyangka bahwa jaringan tidak terlihat yang menyebar di angkasa raya ini bisa menghubungkan banyak orang tanpa harus dibatasi oleh ruang dan waktu dan juga jarak. Dan jangkauan keterhubungan ini menggambarkan satu potensi besar: bahwa blogger bisa diberi tugas sebagai penyampai pesan bagi masyarakat.

Inilah awal, kian waktu, kian banyak lembaga yang menghubungi para blogger agar mau diajak kerjasama untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu.
Ada pesan kemanusiaan, ada pesan sosial, ada pesan dalam rangka sosialisasi sebuah program, ada juga juga pesan komersial Bahkan ada juga pesan politik.

Baca tulisanku yang terkait dengan hal ini: Dari Hobi Menjadi Profesi? Bisa!

Pada akhirnya, semua berpulang pada blogger itu sendiri, bagaimana mereka bermain cantik dalam kondisi berdiri di dua tempat seperti ini: sebagai blogger yang punya pembaca blog dengan ekspektasi ingin membaca ulasan yang bersifat personal; dan sebagai profesional yang harus menulis pesan dari titipan pihak ketiga.

Itu sebabnya, sekarang blogger itu bukan hanya bergerak secara online saja. Tapi juga secara offline. Yaitu mereka mulai sering diundang untuk berbagai acara peliputan atau seminar atau peluncuran sebuah program atau produk. Bahkan, beberapa diundang untuk menghadiri sebuah acara sosialisasi.

Mengapa harus offline?

Jawabannya, karena tidak semua keterangan yang beredar di mbah gugel alias olah data hasil surfing internet itu, mengandung kebenaran.

Terkadang, ada kondisi yang sudah berubah atau sudah berkembang. Dan perubahan atau perkembangan itu, tidak langsung disiarkan lewat internet. Tapi baru beredar di kalangan tertentu saja. Nah... untuk keperluan mensosialisasikan hal-hal yang baru beredar di kalangan tertentu dan terbatas inilah maka undangan untuk para blogger dikirim.

Karena pekerjaan seorang blogger sudah dipandang sebagai pekerjaan profesional, maka hendaknya seorang blogger pun harus tampil bak seorang profesional.

Itu harus.

Bagaimana caranya?

Ini versiku, bagaimana etika menjadi seorang blogger profesional.

1. Tolak dengan baik, jika memang tidak mau menerima sebuah permintaan. 

Tapi jangan diceritakan pada orang banyak alasan penolakan tersebut. Karena, ketika kita menceritakan alasan penolakan tersebut, cepat atau lambat, pasti kita akan terdorong untuk menjelekkan pihak yang ingin memberikan permintaan tersebut.
Tidak etis menurutku jika kita menjelek-jelekkan sebuah lembaga yang kita tolak penawaran kerjasamanya karena sebuah alasan.

2. Kerjakan segera pekerjaan yang sudah disepakati.

Jika sudah sepakat untuk melakukan kerjasama dengan pihak ketiga dalam rangka menjalani tugas sebagai penyampai pesan, maka kerjakanlah segera tugas penulisannya. Jangan ditunda terlalu lama.

Karenanya, selalu terima pekerjaan sesuai dengan kemampuan. Jika tidak sanggup, tolak dari awal. Karena penulisan sebuah pesan itu, terkadang diberikan dalam rangka memanfaatkan moment tertentu yang sudah ada di agenda pihak ketiga. Jika kita telat menayangkan tulisan kerjasama yang sudah disepakati, maka moment itu pun terlewati. Tentu saja pihak ketiga akan menderita kerugian karenanya.

Baca tulisan terkait hal ini di: Beberapa Tips Ketika Mereview sebuah produk.

3. Sebarkan. Jangan ditenggelamkan begitu saja tulisan hasil kesepakatan kita itu.


Setelah ditulis, jangan lupa untuk dishare di berbagai akun media sosial yang kita miliki. Kenapa harus? Karena, sejak awal mereka memilih kita sebagai penyampai pesan tentunya karena perhitungan bahwa kita punya cukup banyak pembaca yang terhubungkan lewat jaringan kerja (networking) kita di dunia media sosial. Jadi, hendaknya tulisan kita itu disebar. Jangan didiamkan begitu saja di blog.

Baca tulisanku yang terkait hal ini di: Tips Membuat Sebuah Konten Marketing dalam Sebuah Blogpost

4. Jangan nyinyir di media sosial


Ini nasehat untukku yang selalu aku katakan berulang kali pada diriku sendiri. Karena manusia dekat dengan salah dan khilaf dan aku selalu khawatir akan menjadi orang yang nyinyir.

Beberapa waktu lalu, di facebook aku membaca status seorang blogger. Ceritanya, dulu dibuka pendaftaran lowongan untuk menjadi seorang penyampai pesan dengan menulis ulasan sebuah produk. Untuk itu, kelak mereka yang mendaftar akan diseleksi lagi oleh perusahaan pemilik produk tersebut. Blogger yang terpilih harus menulis ulasan tentang produk tersebut, sekaligus mensosialisasikannya di masyarakat karena produk itu memang masih tergolong baru. Kompensasinya, perusahaan akan mengirim barang produk tersebut ke alamat si blogger terpilih.

Aku tidak ikut mendaftar. Karena, pertimbangan itu produk kecantikan dan aku tidak cocok menggunakan sembarang produk karena kulitku sensitif.  Tapi, ada banyak blogger yang ikut mendaftar.

Setelah beberapa waktu, maka tenggat waktu penayangan yang sudah disepakati pun tiba. Dan tampaknya ada beberapa blogger yang sudah terlanjur menerima barang mulai merasa keteteran untuk menulis produk tersebut. Hingga tiba-tiba, muncul status di facebook.

Status itu menulis tentang kepayahan mengikuti aturan penulisan. Sekaligus mengeluh, karena ternyata penulisannya berat padahal barang produk yang diterima harganya tidak terlalu mahal.

Jujur saja, menurutku ini kurang etis ya. Toh, para blogger itu yang mendaftar dan berharap agar diterima. Lalu, kenapa jelang habis tenggat waktu kesepakatan malah mengeluh? Bukan hanya mengeluh bahkan. Karena curhat status mereka jadi terbaca nyinyir di media sosial.
Menurutku sih itu, kurang profesional ya.

Sekarang, bagaimana dengan etika profesional seorang blogger yang diundang ke acara offline?

Etika profesional seorang blogger yang diundang ke acara offline menurutku adalah:


1. Jangan terlihat seperti orang kelaparan di tempat acara.
Bahkan meski perut memang amat lapar karena makanan yang terlambat dihidangkan oleh panitia sekalipun.

Ambil secukupnya, dan makan dengan etika makan yang sewajarnya.

2. Jangan terlambat datang ke sebuah acara.
Jika pun memang sudah menduga akan terlambat, maka kita bisa meminta ijin terlebih dahulu bahwa kita kemungkinan akan terlambat datang karena sebuah sebab.

3. Jangan membuat kegaduhan yang mengganggu peserta atau undangan lain.
Ini juga perlu dicatat. Karena bisa jadi peserta lain ketika itu diam karena memang etika untuk tidak saling menjelekkan sesama peserta di hadapan pengundang atau pemilik acara. Tapi, tetap saja, peserta lain merasa terganggu dan dalam hati mungkin berteriak sebal.

4. Jangan menyebarkan cerita keburukan yang terjadi di ruang tertutup acara tersebut di media sosial yang diseting untuk publik.

Karena semua yang tertulis akan terekam di internet selamanya.

5. Jangan memancing pertengkaran dengan orang lain atau peserta lain. Berkompromilah!

6. Berpakaian yang baik dan santun.

7. Jangan melakukan segala sesuatu yang bisa membuat malu diri sendiri atau komunitas yang diwakilinya.

Itulah etika menjadi seorang blogger profesional versi ade anita.



4 komentar

  1. Setuju sekali sama tulisan ini neh mba. Sebagai blogger juga harus menjaga etika dan perilaku.

    BalasHapus
  2. Jangan buat gaduh ya mbak :)

    BalasHapus
  3. Meskipun saya bukanlah (atau belumlah?) seorang blogger yang profesional, tapi tipsnya bagus mbak Ade. Penting untuk berkompromi dengan orang lain meskipun kita nggak sejalan ya? Dan saya juga masih ragu untuk share tulisan ke FB atau twitter karena merasa kontennya belum bagus, hehehe *jadi curcol nih :)

    BalasHapus
  4. Nice tips, mba Ade.. Saya belum memutuskan jadi blogger profesional, baru mau mulai menapaki. Makasih share nya yaa..

    BalasHapus