Dulu waktu TK, aku pernah pulang dalam keadaan tas yang menggembung karena penuh dengan goodie bag berisi makanan dan minuman. Ibu tentu saja bingung. Lalu dia datang ke sekolah untuk bertanya pada guruku. Dan akhirnya guru pun memberitahu sebabnya.
Jadi, ceritanya ada yang ulang tahun nih. Seperti biasa, jika ada yang berulang tahun maka teman-temannya akan diberikan goodie bag. Demikian juga dengan diriku. Aku pun menerima goodie bag. Setelah menerima goodie bag ulang tahun, ibu guru memerintahkan kami untuk menyimpan goodie bag masing-masing karena akan makan nasi kuning ulang tahun. Aku segera menyimpan goodie bagku di dalam tas. Lalu aku duduk kembali di kursiku. Bersiap untuk menerima nasi kuning.
Sebelum dibagikan nasi kuning, bu guru kembali bertanya pada anak-anak.
"Apakah kalian sudah menerima goodie bag ulang tahun?"
Aku melihat depanku kosong. Di bawah bangku juga kosong. Kemana goodie bagku? Aku pun angkat tangan dan mengatakan bahwa aku belum menerima goodie bag. Maka, bu guru kembali memberiku goodie bag. Karena mejaku penuh, maka aku pun berjalan ke tasku dan memasukkan goodie bagku ke dalam tas. Lalu duduk lagi. Makan nasi kuning.
Tidak tahunya, bu guru sambil menghibur kembali bertanya apakah semua sudah menerima goodie bag. Dan aku lupa bahwa aku sudah menerima. Aku angkat tangan dan mengaku belum menerima. Demikian seterusnya. Setiap kali ibu guru bertanya, aku selalu lupa bahwa aku sudah mendapatkannya. Akibatnya tasku penuh dengan goodie bag.
Inilah awal ibuku dan guru TK ku mulai curiga ada sesuatu dengan diriku. Terlebih aku sering lupa jalan pulang, dan menangis hingga diantar oleh orang ke TK kembali. Lalu bu guru menyuruh orang untuk datang ke rumah agar ada orang rumah yang menjemput.
Masalahku bukan hanya disitu saja. Aku juga ternyata tidak bisa mengingat arah kanan dan kiri sehingga mengalami kesulitan untuk membaca, menulis dan berhitung.
Tapi, bukan berarti aku bodoh dan idiot. Karena terbukti di kelas 5 dan 6, aku berhasil masuk 3 besar di kelasku.
Masa SMP dan SMA
Bagi orang tua yang memiliki anak dengan kesulitan belajar seperti yang aku alami, mungkin ada baiknya untuk mencontoh apa yang dilakukan oleh kedua orang tuaku.Mereka tidak pernah memaksaku agar menjadi pintar dan meraih rangking di sekolah.
Ibu tidak pernah mengatakan aku bodoh, atau kesal karena aku lambat dan pelupa.
Ibu dengan sabar tetap memberiku tugas untuk pergi ke warung guna membeli beberapa barang dan tidak membekaliku dengan catatan di kertas. Semua harus aku ingat.
"Ke warung Mpok Dijeh, beli cabe, bawang merah, bawang putih, tomat, daun salam, wortel."
Aku pergi ke warung. Lalu ikut antri. Ketika tiba waktuku, aku lupa harus beli apa. Lalu balik lagi ke rumah. Ibu tidak marah. Dia kembali memberi perintah yang sama. Dan memintaku untuk mengulang perintah itu beberapa kali. Lalu kembali menyuruhku ke warung. Aku ikut antrian lagi. Lalu ketika tiba waktuku, aku lupa. Dan kembali pulang ke rumah. Dan ibu mengulang lagi perintahnya dengan sabar.
Demikian ibuku. Sabar mengajari anaknya yang punya kekurangan.
Diam-diam, ibu juga membekaliku dengan sebuah cincin emas yang sederhana di jari manis tangan kananku. "Ade, ini nih. Jari yang ada cincinnya, adalah tangan kanan kamu."
Aku senang sekali dengan cincin sederhana ini. Dan memamerkannya pada saudara-saudaraku. Sehingga saudaraku bertanya pada ibu, kenapa hanya aku yang dibelikan cincin. Maka, ibu pun berusaha membeli cincin lain agar semua anaknya mendapat satu - satu. Tanpa harus memberitahu pada saudara-saudaraku mengapa aku diperlakukan istimewa.
Demikian juga dengan ayah. Setiap pulang dari kantor, dia selalu memanggilku. Lalu memintaku untuk menghafal beberapa pelajaran. Termasuk surat Al Quran. Sebenarnya, semua anaknya diminta hal yang sama.
Mungkin, karena aku merasakan betapa besar rasa sayang dan kasih kedua orang tuaku, maka aku pun diam-diam berusaha untuk menjadikan diriku cerdas.
Jika ketika masih duduk di SD aku punya guru les privat, maka setelah SMP aku tidak lagi punya guru les privat. Tapi, ayah memberiku sebuah meja tulis. Dan dalam rangka mewujudkan rasa timbal balik sayangku pada kedua orang tuaku, maka aku mulai belajar untuk menghafal pelajaran sekolah.
Aku mulai membuat sebuah aturan sendiri dalam rangka belajar sendiri tanpa guru les privat.
Aku menyusun jadwal belajar, menyusun cara belajar sendiri.
Bagaimana caranya proses kreatif belajar ketika SMP dan SMA yang aku jalani?
1. Aku selalu memiliki sebuah kalender di hadapanku ketika sedang duduk di atas meja tulisku.
Kalender ini bukan untuk melihat tanggal atau bulan. Tapi untuk menghafal perkalian dan pembagian.Jika aku melihat angka 2, maka secara otomatis aku akan melihat pola urutan di kalender yang terhubung dengan perkalian 2. Lalu berusaha untuk menghitung.
2. Buat alarm sendiri.
Aku sadar sekali bahwa aku sulit untuk mengingat. Apa yang aku coba ingat hari ini, belum tentu besok masih teringat.Padahal, pelajaran di SMP dan SMA itu ada banyak sekali ragamnya dan tidak mau menunggu jika kita lambat mengingat.
Maka, aku pun membuat sebuah alarm tersendiri.
Yaitu dengan cara:
Sebelum tidur di malam hari, aku selalu membuat sebuah soal-soal pertanyaan dari materi pelajaran yang aku pelajari hari ini.
Lalu, aku menyetel sebuah alarm agar bisa bangun di pagi hari sebelum shubuh tiba.
Begitu alarmku berbunyi, maka yang aku kerjakan dahulu adalah mengerjakan soal-soal pertanyaan yang aku buat sendiri. Lalu mengecek apakah jawabannya benar apa tidak.
Kata orang, ingatan kita yang masih jernih bisa mudah membuat kita ingat sesuatu. Dan ingatan yang masih jernih itu adanya di pagi hari setelah bangun tidur. Itu sebabnya aku membuat jadwal alarm dan kewajiban tersendiri seperti ini.
3. Selalu ada buku untuk meng-copy pelajaran.
Agar aku bisa ingat, aku juga selalu menyalin ulang semua pelajaran yang aku terima di sekolah dalam sebuah buku tulis. Aku pergi ke sekolah biasanya membawa buku gado-gado. Yaitu catatan yang berisi campuran aneka pelajaran. Nanti, sepulang dari sekolah aku selalu mencatat ulang semua catatan yang sudah aku tulis di buku gado-gadoku untuk dipindah ke buku tulis yang lain.Kegiatan menulis ulang itu amat efektif untuk membantu kita mengingat ulang sesuatu. Kenapa? Karena ketika kita menulis ulang, maka kita otomatis membacanya, lalu ketika menulisnya kita mengejanya dalam bacaan dalam hati lagi. Dengan begitu, otomatis kita sudah membacanya 2-4 kali tulisan tersebut. Setelah selesai mencatat ulang, barulah aku membuat soal-soal pertanyaan dari tema yang aku tulis ulang tersebut. (lihat poin 2 di atas).
4. Aku selalu menggambar mindmap apa yang aku pelajari dan menempelnya di dinding samping tempat tidur.
Ketika masih kecil, tempat tidurku bertingkat. Adikku tidur di atas dan aku tidur di bawah. Dinding di sampingku aku tempeli dengan mindmap apa yang sudah aku pelajari. Jadi, sebelum tidur aku bisa membacanya. Dan demikian juga dengan kayu-kayu yang melintang di atas tempat tidurku yang menjadi alas dipan di atas dari tempat tidur bertingkat. Penuh aku tempeli rumus-rumus yang harus aku hafal, juga nama-nama yang harus aku hafal. Seperti istilah biologi, nama penemu, dan nama-nama lain. Semua itu aku hafal dengan cara membuat mindmap nya.
Jadi kemana pun aku menghadapkan wajahku menjelang dan setelah bangun tidur, aku akan melihat pemandangan Mind Map ini. Dengan begitu perlahan semua itu bisa masuk ke dalam memory otakku.
Ini aku dapat dari google contoh mindmap yang pernah dibuat orang. Kurang lebih , mindmap seperti inilah yang selalu aku buat untuk memudahkan aku mengingat sesuatu.
credit foto: http://sapari89.blogspot.co.id/2015/03/lembaga-sosial.html |
5. Buat klipping.
Cara paling efektif mengingat sesuatu itu adalah, dengan membaca sebuah cerita atau berita tentangnya. Itu sebabnya aku ketika kecil sudah senang membaca koran. Dan membuat klipping.Terkadang, jika tidak ada berita yang menarik, aku menggunting kata-kata yang menarik dan membuat buku dengan cara menggabung-gabungkan aneka tulisan di koran lalu menempelnya satu demi satu di buku hingga membentuk sebuah cerita. Aku menyebutnya "koran ade". Lalu aku berikan pada ayahku. Ayah biasanya akan menunjukkan wajah gembira dan antusias untuk mendengar ceritaku. Hingga akhirnya kami terlibat pembicaraan dan ngobrol asyik berdua.
Huff.
Aku jadi kangen dengan ayahku.
Jika dipikir-pikir sekarang; betapa sabarnya dia menghadapi semua kelakuanku yang merepotkan dan mungkin bikin bete tingkat dewa. Tapi meski demikian, dia tetap bangga dengan apapun yang aku hadiahkan padanya. Meski itu hanya berupa "koran ade".
Kangen ayah.
Sudah ah. Selesai sampai sini saja ceritaku.
Tidak ada komentar