Mengapa Belanja di Minimarket Jadi Pilihan?

[Lifestyle] Beberapa tahun yang lalu, keberadaan sebuah minimarket di sebuah daerah itu ada aturannya. Yaitu, antara satu minimarket dengan minimarket yang lain, dalam satu brand yang sama, minimal punya jarak sejauh 500 meter. Rasanya, Alfamart termasuk minimarket pemelopor dalam hal ini yang berekspansi ke wilayah penduduk (dulu Alfamartku.com belum terlalu dikenal via internet).

Itu sebabnya aku sering harus berjalan cukup jauh untuk mencapai minimarket Alfamart guna membeli sesuatu. Tapi, sekarang peraturan itu sepertinya dibuat lebih fleksibel. Selama jaraknya sudah melebihi 100 meter, maka boleh didirikan minimarket lain dengan brand minimarket yang sama, di dekatnya. Dampaknya memang sih persaingan menjadi semakin ketat.


Harus diakui. Pertumbuhan minimarket di kampung-kampung membawa sebuah perubahan dalam berdagang para warung-warung kecil.

Dulu, ketika jumlah minimarket belum menjamur seperti sekarang, orang-orang menata warung mereka sering bertumpuk-tumpuk barangnya. Jadi, hanya si pemilik warung saja yang tahu pasti mereka menjual apa saja. Pembeli harus bertanya pada pemiliki warung.

"Bu... beli."
"Beli apa?"
"Beli sendal jepit."
"Oh ada.. mau yang kiri apa yang kanan?" (eh... sejak kapan sendal jepit dijual dengan cara seperti ini? Abaikan saja. Namanya juga contoh).

Waktu anakku yang sekarang duduk di bangku SMA kelas 2 masih TK, sempat aku mendengar keluhan seorang pemilik warung rakyat yang mengeluh karena warungnya jadi kurang laku sejak berdiri sebuah minimarket di dekat warungnya.

Setelah dia curhat, dia mengajakku mampir ke warungnya.
Di warungnya itu, aku lihat penataan barang-barang dagangannya memang tidak menarik. Ditumpuk begitu saja. Hanya dia yang tahu ada apa saja dan berapa harganya. Kita sebagai pembeli harus bertanya padanya.

Jadilah aku pun mengajarinya (meski aku tidak punya pengalaman buka warung).

"Daripada ngeluh, mending dirimu ngatur ulang saja barang daganganmu."

"Ah, ribet."

"Ih, bukan masalah ribet. Tapi pembeli kadang pingin nyaman aja belanjanya. Nggak semua calon pembeli datang ke warung itu dalam kondisi udah punya rencana mau beli apa. Kadang, dia nggak ada ide mau beli apa. Makanya datang ke warung dan berharap dapat ide mau beli apa?"

"Emang ada pembeli kayak gitu?"

"Ya ada. Akuhhh. hehehehe.... aku tuh tiap ke warung kadang karena nyari ide aja mau beli apa. Kayak aku datang ke warung sayur. Dari rumah nggak tahu mau beli sayur apa. Terus pas sampai di warung sayur, baru deh dapat ide. Lihat tempe, cabe hijau, tomat, okeh. Kayaknya enak buat tempe bumbu cabe hijau. Terus lihat cuma ada kangkung doang yang sisa di jual, ya sudah, aku tumis kangkung. Nah... kalau ada yang mendadak ulang tahun. Kan harus ngasih kado tuh. Aku nggak ada ide mau ngasih kado apa. Makanya aku datang ke warung. Terus liat-liat apa kira-kira yang bisa dijadiin kado. Ketemu rautan engkol. Jadi deh aku ngadoin rautan engkol."

Jadilah akhirnya aku ikut mengatur suasana baru warung temanku itu. Pembeli sekarang bisa melihat-lihat apa saja barang yang dijual di warung tersebut. Bentuk pintu keluar masuknya menyerupai huruf "U". Jadi, masuk dari pintu kanan, lalu berputar dan keluar lagi pintu kiri. Sepanjang memutari ruangan, pembeli bisa melihat-lihat barang dagangannya.

Alhamdulillah cara pengaturan seperti ini lebih efektif dalam menjaring pembeli. Sehingga warung kecil pun sebenarnya bisa bersaing dengan minimarket. Apalagi karena di warung kecil, kita bisa sambil berbincang-bincang dengan pembeli yang tetangga kita tersebut.

Itu sebabnya, aku sih tidak keberatan dengan keberadaan minimarket di sekitar kita. Karena buatku, pangsa pasar yang disasar antara minimarket dan warung kecil itu memang berbeda. Jadi, sebenarnya tidak perlu sih kecemburuan terjadi antara warung kecil dan minimarket.

Justru, keberadaan minimarket membuat warung kecil menjadi bergeliat. Harus bergeliat guna mengimbangi perubahan yang terjadi di tengah masyarakat.

Siapa saja yang tidak mau berubah dalam rangka melakukan adaptasi lingkungan, maka cepat atau lambat mereka akan tertinggal dan lalu punah. Ini sepertinya sudah hukum alam  ya.

Nah, aku mencatat beberapa hal yang bisa dijadikan pelajaran bagi siapa saja untuk tumbuh dan berkembang dalam sebuah usaha. Kebetulan, aku mengamati ini dari keberadaan minimarket Alfamart.  Berikut pengamatanku:

Mengapa Belanja di Minimarket Alfamart Jadi Pilihan?

1. Susunan penataan barang mereka.

Tidak bisa tidak. Susunan penataan barang dagangan sebuah ritel itu berperan amat penting dalam meningkatkan daya beli seorang calon pembeli.

Susunan permen-permen murah, dan mainan anak-anak yang kecil-murah-meriah di dekat kasir itu, dibuat bukan tanpa tujuan loh. Itu adalah pancingan untuk pembeli agar menambah barang yang mereka beli. Sambil menunggu antrian, mata pembeli akan melihat tumpukan cemilan kecil dan murah tersebut. Lalu karena harganya tidak terlalu mahal, maka tangan pun meraihnya.
Atau sambil menunggu antrian, anaknya melihat mainan kecil-murah-meriah. Si anak pun minta beli.

Nah; strategi penjualan seperti ini yang sebaiknya bisa dipelajari oleh kita.

2. Pengelompokan barang diatur sesuai dengan kegunaan.

Alat rumah tangga itu, meliputi sapu, kain pel, sendal jepit, pengky, ijuk, panci, sumbu kompor, dan sebagainya.
Di warung tradisional, alat rumah tangga sering ditumpuk bersebelahan dengan makanan. Lalu di sebelah makanan, ditumpuk lagi alat-alat kebersihan seperti sabun, odol, karbol, obat nyamuk, dll.

Nah. Ini yang sebenarnya membuat ilfil para pembeli.

Jaman sekarang, pembeli itu sudah cerdas. Mereka tahu bahwa makanan sebaiknya tidak disatukan dengan cairan yang mengandung disinfektan.

Minimarket tahu perkembangan daya kritis calon pembeli mereka. Itu sebabnya mereka selalu mengatur barang dagangan mereka dalam kondisi yang terpisah.


3. Diskon dan Program Khusus Bagi Pembeli Yang Beruntung.

Cara ini kerap dilakukan oleh nyaris semua minimarket.
Tapi, apakah ini sesuatu yang baru?
Tidak juga sih. Sebenarnya, cara pemberian diskon dengan memanfaatkan moment khusus itu sudah ada sejak dulu. Umumnya, warung-warung kecil yang dimiliki oleh engkoh-engkoh China melakukan hal ini.
Aku pribadi, kagum dengan prinsip berdagang orang Cina yang memegang prinsip: "biar sedikit yang penting seperti air yang menetes di ember. Suatu hari airnya akan memenuhi ember tersebut.". Itu sebabnya warung-warung Cina di dekat rumahku lebih ramai dikunjungi oleh pembeli. Karena, warung-warung Cina ini sering memberikan aneka diskon atau tambahan barang gratis bagi pembeli langganan mereka.

"Koh... aku beli pinsilnya ya satu."
"Ya sudah ambil. Nih, aku kasih gratis penghapus."

Nah, minimarket ternyata lebih digemari untuk menjadi pilihan ketika berbelanja karena menerapkan program diskon atau pemberian hadiah langsung pada pembeli mereka. Sekilas sepertinya rugi ya. Padahal sih sebenarnya tidak. Karena yang mereka kejar itu adalah, loyalitas calon pembeli mereka.

Jika seseorang merasa puas dalam membeli pada suatu tempat, maka 80%, orang tersebut akan kembali pada tempat tersebut untuk membeli kembali.


4. Kemudahan pembayaran dan ketersediaan alat bantu bayar

Nah, berikutnya yang menjadi alasan mengapa orang lebih nyaman berbelanja di minimarket dan akhirnnya memilih minimarket sebagai tempat mereka berbelanja adalah; adanya kemudahan pembayaran.


Selalu ada aneka cara untuk membayar barang yang dibeli. Bisa pakai kartu debit, kartu kredit, atau tukar poin belanja. Jadi, jika sudah membeli sekian, kita boleh mendapatkan produk A, B atau C. Karena, harus diakui, jaman sekarang tidak semua orang membawa uang cash kemana-mana dalam dompet mereka. Disamping karena rawan mendapat kejahatan ya... nggak enak juga sih kemana-mana bawa dompet tebal seperti kamus.

5. Keramahan penjualnya.

Nah. ini yang terakhir mengapa orang lebih memilih belanja di minimarket. Karena, penjual yang melayani mereka ramah-ramah.

"Mas, ada keset yang warna hijau ada totol-totol pink dan tulisan huruf A nggak ya? Namaku kan Ade... " (hehehehe, emang penting ngasih tahu nama kita ke SPB?)

Keramahan dan keikhlasan penjual untuk membantu pembeli hingga menemukan apa yang diinginkannya itu amat mempengaruhi keingiann pembeli untuk datang lagi dan datang lagi ke pada penjual tersebut.
Sebaliknya, jika penjualnya judes, tidak ramah, galak, dan terlihat bete setiap saat; pembeli juga malas buat datang lagi. Malah, begitu sampai, pingin buru-buru pergi dari tempat tersebut mungkin.

Gimana menurut kalian?

22 komentar

  1. Jadi andalan banget ya minimarket apalagi ada yg buka 24 jam

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya bener. Terutama buat beli token PLN kalo tengah malam dia mati... hehehe

      Hapus
  2. saya beli minyak goreng lebih murah di minimarket dibanding tukang sayur langganan ><

    BalasHapus
  3. Kalo bingung mau belanja apa, sama belanjaannya banyak (jadi harus nyari promo) aku lebih seneng ke minimarket. Tapi kalo cuman beli hal-hal kecil yang kehabisan di rumah, aku kadang ke warung biasa. Itung-itung bantu sedikit sedikit, hehehe yang jelas teteup pilih-pilih karena gak mau ke warung yang penjualnya jutek. *mau bantu kok pilih-pilih hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya sama.. aku juga kalo cuma beli kecil2 tetap ke warung kecil yang ada di dekat rumah karena biar bisa sekalian ngobrol ama tetangga yang punya warung itu.

      Hapus
  4. Hihihi aku sampe membayaangkan mbak ade yang nanya sama sales minimarket soal alas kaki ato keset bentol2 warna hijau dengan inisial nama "A"☺☺☺

    BalasHapus
    Balasan
    1. heheehhe.... kan aku dah bilang abaikan saja yang itu

      Hapus
  5. AKu ke minimarket jika ada kebutuhan mendadak, misalnya tepung abis atau telor abis, jalan kaki deh ke minimarket dekat rumah. Lumayanlah sekalian olahraga juga kan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku kadang sekalian ke atm nya sih, biasanya mereka selalu punya atm soalnya

      Hapus
  6. aku jg belanja ke minimarket mbak ade, iyak, alesannya jg gt dah, dan suka ada promo ini itu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. xixixixi.... ngincer promonya ya? sama dong

      Hapus
  7. Ada minimarket itu dekat rumahku berjarak 50 meter.. Hampir tiap hari ke sana nyari roti tawar yang masih fresh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. emangnya nggak ada roti tawar keliling ya di Palembang? wah... aku lebih suka nunggu tukang roti keliling kalo mo beli roti tawar fresh, malas gerak soalnya... hahaha

      Hapus
  8. Sering bgt ke mini market tapi sebenarnya modus ngambil duit di ATM-nya aja, haha

    BalasHapus
  9. Sepanjang jalan dekat rumahku berderet warung2 kelontong, eh di belakang rumah sekarang ada Alfamart juga. Nggak berapa lama kemudian 50 meter dari rumahku berdiri juga In**maret. Jaraknya nggak ada 100 m dari Alfamart. Tapi cukup bantu sih, apalagi sering ada promo2, minyak murah, deterjen, shampo, sabun...hehe

    BalasHapus
  10. Tak lupa mereka menawarkan; "pulsanya sekalian, mbak?" Hihihi

    BalasHapus
  11. Saya paling suka ngajak anak-anak beli apapun di minimarket, pertama-tama ya karena nyaman itu. Mau beli atau nggak, yang penting masuk dulu, liat-liat boleh kok nggak dilarang. Apalagi ada AC-nya, hehehe...

    Tambahan lagi, buat saya yang suka baca dan tengah mendidik anak-anak untuk suka baca, di minimarket dekat rumah selalu ada majalah kesukaan anak=anak, juga beberapa buku. Nggak perlu jauh-jauh ke pusat kota, apalagi beli online.

    BalasHapus
  12. sayangnya di daerahku belum ada alfamart :(
    enaknya belanja di minimarket itu salah satunya karena sering ada promo, hihihi :D

    BalasHapus
  13. Rasa-rasanya, setiap orang suka konsep belanja di Minimarket ya Mbak. Baik Alfamart maupun satunya itu. Masing2 menawarkan konsep menarik dengan keunggulan masing-masing. Tinggal kita yang pandai memilih mana yang terbaik. membaca konsep yang ditulis Mbak Ade, saya jadi tertarik. Menarik sekali.

    BalasHapus
  14. Minimarket enak sih, komplit jualannya dan dekat rumah :)

    BalasHapus
  15. Mbaaak, kalau nemu keset ada huruf A aku juga mau doong, namaku Azaliaaa, eh salah Astin. Seneng ya belanja di Alfamart

    BalasHapus