Apa itu Temper Tantrum?
Temper Tantrum adalah suatu letupan amarah anak di saat anak menunjukkan kemandirian dengan sikap negatifnya. Atau ekspresi kemarahan pada anak-anak usia prasekolah.
Siapa Saja yang mengalami Temper Tantrum?
Umumnya, Temper Tantrum dialami oleh anak usia prasekolah. Yaitu usia 2 hingga 4 tahun. Yaitu ketika seorang anak sudah tahu apa yang dia inginkan tapi kosakata yang mereka miliki belum banyak. Mereka kesulitan untuk menyampaikan keinginan mereka tersebut pada orang dewasa yang ada di sekitarnya. Padahal mereka ingin agar keinginan mereka segera dipenuhi sesegera mungkin. Akibatnya, mereka pun menjadi frustasi. Kesal. Akhirnya mengekspresikannya dalam bentuk kemarahan.
- Tidak mendapatkan apa yang diinginkan (misalnya perhatian guru/orang tua, permen, mainan, dsb)
- Tidak mampu melakukan sendiri (misalnya dalam berpakaian, membawa mainannya sekaligus, menyeberangi jalan tanpa berpegangan pada orang tua, dsb)
- Menginginkan orang tua/guru melakukan sesuatu yang orang tua/guru tidak bisa atau tidak ingin lakukan (misalnya menemani anak tidur, mengambil makanan kesukaan yang tidak diperbolehkan, dsb)
- Tidak mengetahui apa yang diinginkannya (misalnya apakah sebaiknya ia makan di meja makan atau duduk di sofa atau tidak makan)
- Tidak mampu menjelaskan apa yang diinginkannya (misalnya ingin bermain ayunan lebih tinggi, tapi alat ayunan tidak memungkinkan)
- Tidak mampu mengendalikan segala sesuatu (misalnya ia ingin ibunya tidak pergi ke kantor, tapi ibunya tetap pergi, ia ingin memakai piring warna biru, tetapi dibelikan warna merah, dsb)
- Disalahmengerti (ditertawakan, padahal dia tidak bermaksud melucu)
- Bosan
- Lelah
- Lapar
- Sakit
- Mencontoh tindakan penyaluran marah yang salah dari orang dewasa (ayah, ibu)
- Bingung memutuskan bagaimana harus bersikap (ini biasa terjadi pada orang tua yang tidak konsisten dalam menerapkan sebuah aturan dalam keluarga. Hari ini boleh besok tidak boleh dan anak pun jadi bingung dan kesal)
- Gangguan dalam bermain (tiba-tiba mainannya rusak, atau ditinggal oleh teman bermain tanpa tahu alasannya)
- Memiliki masalah dalam bicara, atau penyakit atau sakit.
- Pertemuan dengan orang asing
- Perpisahan dalam keluarga
- Konflik dalam keluarga (termasuk persaingan dengan kakak/adik, atau pertengkaran orang tua)
- Berada di tempat baru yang tidak mereka kenal/asing
berbagai keinginan yang harus dipenuhi sering membuat anak frustasi dan akhirnya marah |
Cara Mengatasinya:
Dikutip dari Children’s Hospital of Philadelphia, berikut ini adalah petunjuk yang paling tepat dan bermanfaat tentang cara mengatasi temper tantrum (kutipan ini dikutip dari sini):
- Tetap tenang.
- Terus lakukan kegiatan anda. Abaikan anak sampai dia lebih tenang dan tunjukkan aturan yang sudah disepakati bersama.
- Jangan memukul anak Anda. Lebih baik mendekapnya dalam pelukan sampai ia tenang.
- Cobalah untuk menemukan alasan kemarahan anak Anda.
- Jangan menyerah pada kemarahan anak. Ketika orang tua menyerah, anak-anak belajar untuk menggunakan perilaku yang sama ketika mereka menginginkan sesuatu.
- Jangan membujuk anak Anda dengan imbalan yang lain untuk menghentikan kemarahannya. Anak akan belajar untuk mendapatkan imbalan.
- Arahkan perhatian anak pada sesuatu yang lain.
- Singkirkan benda-benda yang berpotensi berbahaya dari anak Anda.
- Berikan pujian dan penghargaan perilaku bila tantrum telah selesai.
- Tetap jaga komunikasi terbuka dengan anak Anda.
Sebagai tambahan, berikut ini adalah hal-hal yang juga perlu diperhatikan (dikutip dari sini):
1. Sebelum terjadi amukan pada anak :
- Orang tua/guru harus mengenali emosi-emosi di dalam dirinya masing-masing terlebih dahulu. Semakin kita mahir mengenali emosi ini, semakin tenang menghadapi anak yang sedang emosi.
- Berikanlah contoh yang baik, karena kita akan dijadikan contoh oleh anak.
- Bila kita sedang marah salurkanlah amarah kita secara tepat. Karena anak akan dengan mudah merekam setiap kejadian di sekitarnya, baik yang positif maupun yang negatif.
- Anak akan menyesuaikan perilakunya dengan perilaku kita. Jika kita terpancing ikut mengamuk, amukan anak akan lebih hebat.
- Berikan perhatian yang cukup. Anak membutuhkan orang tua/guru untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan dan pikirkan. Semakin banyak perhatian yang didapat, akan semakin banyak pemahaman akan dirinya. Semakin ia memahami diri, anak akan semakin bahagia.
- Cari penjaga anak, bila kita akan menghadapi kesibukan yang tidak memungkinkan memberikan perhatian sebagaimana biasanya
- Bawa buku cerita yang bergambar dan menarik, boneka, makanan kecil yang bergizi, dll., jika akan bepergian dengannya
- Bernegosiasi dan berkompromi. Bicarakan apa yang akan dilakukan orang tua/guru, libatkan atau ajak dia untuk membantu, diskusikan satu solusi yang menyenangkan bagi anak dan orang tua/guru.
2. Pada saat anak mengamuk:
- Jangan memberinya perhatian
- Berdiam diri (tenang, berjalan menjauhinya, tidak memberikan perhatian, memandangnya tanpa emosi) sampai anak siap untuk diajak bicara
- Memegangi dengan kuat tanpa mencederai agar ia merasa aman
- Bersikap tegas tetapi lembut, dewasa, peduli, dan positif
- Mengalihkan perhatian anak, misalnya dengan menciptakan suasana humor atau melibatkan anak ke dalam aktivitas lain
- Kalahkan amukan anak dengan suara tegas yang dapat mengejutkannya
- Jangan memukul atau memakinya
3. Setelah badai berlalu:
- Setelah badai berlalu, yang harus dilakukan adalah memeluknya.
- Jelaskan apa yang telah terjadi
- Berikan pemahaman kenapa hal itu sampai terjadi
- Katakan perilaku apa yang kita inginkan lain kali
- Sadarkan anak bahwa amukan adalah cara komunikasi yang tidak dapat diterima. Ada cara lain untuk memberitahukan apa yang dia inginkan kepada orang tua/guru. Kita harus yakin bahwa pada waktunya nanti ia akan mempelajari cara-cara lain tersebut.
- Ajari anak berlatih menguasai dan mengendalikan emosinya, yaitu dengan cara mengajaknya bermain musik, melukis, bermain bola, atau permainan lainnya. Lewat permainan, anak akan belajar menerima kekalahan, belajar untuk tidak sombong jika menang, bersikap sportif, bersaing secara sehat. Jangan sekali-kali diajarkan untuk bermain curang.
- Ajarkan perbedaan antara kebutuhan dengan keinginan. Anak berhak mendapatkan semua kebutuhannya (kasih sayang, kehangatan, dll) tetapi tidak semua keinginan yang dapat diperolehnya.
- Tetapkan batas secara jelas dan tegas. Batas mana yang boleh dan harus dilakukannya, dan mana yang tidak. Anak membutuhkan orang tua/guru untuk membatasi perilakunya.
- Ajarkan anak memilih di dalam batasan (Kamu ingin makan telur atau sosis? Kamu ingin main air atau mandi?).
- Berusaha konsisten. Konsisten artinya selalu bersikap sama. Sekali kita menerapkan aturan tertentu pada anak, aturan tsb tetap berlaku sama setiap saat, di semua tempat, dan bagi siapapun.
- Melatih anak untuk tidak mendapatkan perhatian penuh kita, sedikit demi sedikit. Misalnya dengan memulai perjalanan singkat lalu menambah waktunya secara bertahap
Ingat ya. Tantrum itu tidak perlu dikhawatirkan. Justru gejala ini merupakan indikasi bahwa ada sesuatu yang harus diperhatikan dan orang tua hendaknya menaruh perhatian khusus untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Semoga tulisan ini bermanfaat.
-----------------
Referensi:
- https://keluargasehat.wordpress.com/2008/04/02/apakah-temper-tantrum/
- http://www.psikologizone.com/pengertian-sebab-dan-cara-mengatasi-temper-tantrum/065113939
- obrolan bersama group embak ceria di group whats app.
loved....makasih mba
BalasHapusAnak bukan orang dewasa dalam ukuran mini. Anak-anak ya tetap anak-anak dengan segala kebawelan dan kelucuannya.
BalasHapusYang penting kita jangan terpancing emosi sehingga menyikapi anak dengan cara yang semakin membuat suasana menjadi hingar bingar.
Tip yang cakep
Salam hangat dari Surabaya
anak kecil belum sekolah yang depan rumahku juga kalo menginginkan sesuatu suka jejeritan sampe membentak-bentak mamanya. dan keliatannya mamanya sih its oke, sayanya yang sebel sendiri.
BalasHapuswah penting nih bun..
BalasHapus2 ponakanku di Semarang juga tantrum, mungkin salah satunya seperti yang dipaparkan bunda cantik ini, mereka pada car-per, lantaran orangtuanya semua pada bekerja full time :(
BalasHapusAisyah juga udah masuk fase tantrum tp blm parah :D
BalasHapusanak keduaku sejak usia 1 th dan selalu tantrum
BalasHapusArtikel ini memberikan wawasan terbaru buat saya, wacana pembahasan ini sangat bermanfaat. Terimakasih mba :)
BalasHapusAku suka bingung lihat anak tantrum tp aku tebelin telinga aja. Kalau ngomong apa2 takut ortunya tersinggung. Tp wejangan ortuku sih sama anak nggak boleh nilap (white lie). Misalnya bilang pergi sebentar ya harus benar2 sebentar. Kalau mau pergi lama ya harus bilang berapa jam/hari agar anak tau bagaimana hrs berharap.Soal ortu yg sama2 kerja full time mestinya gpp. Tp gak tau juga ding, nggak ngalami sendiri.
BalasHapusjangan lupa peluk si anak kalau sudah reda tantrumnya ya mbak
BalasHapusHarus pinter2nya orang tua mengalihkan perhatian...biar anak lupa sama tantrumnya ^_^
BalasHapusartikel bermanfaat nih, salam kenal mbak
BalasHapusharus banyak perhatian nih sama anak
BalasHapusTernyata dibiarkan dulu dan jangan dikasih perhatian, ya.
BalasHapusIni pelajaran baru banget buat saya, Bu. Makasih udah share, ya.
Setuju. Harus buat aturan dan dikomunikasikan dengan anak aturan yang dibuat
BalasHapusAnak yang tantrum itu normal ya, mba. Kalo dimarahi malah tambah biasanya. Makasih tipsnya, mba Ade.
BalasHapusmakasih tipsnya mba:)
BalasHapusTerimakasih mba tipsnya, angat membantu
BalasHapusGara2 obrolan soal tantrum di grup... jadi ada postingan bergizi nih dari Mbak Ade yg sangat berguna bagi ibu2 khususnya yg punya anak2 kecil
BalasHapus