behind the story cerita 25 Januari

behind the story cerita 25 Januari di blog Fiksinya  Ade Anita

Ayahku tercinta meninggal dunia tanggal 28 Februari 2009. Aku amat dekat dengan ayahku. Dekat sekali. Sehingga aku mengklaim diriku sebagai anak ayah. Aku begitu kehilangan ayahku. Dan meski bertahun-tahun rasa kehilangan itu tetap hadir dalam hatiku sehingga nomor telepon handphone ayahku tetap aku simpan di handphoneku. Jika sedang rindu yang teramat sangat, aku sering menelepon nomor itu.
Suara nada panggilnya tidak pernah terjawab tapi aku terus menunggu hingga akhirya suara nada panggil ituberhenti sendiri. Ketika suara nada berhenti itu berhenti, biasanya aku langsung berkata:
"Ayah.. ade kangen sama ayah. Kangennn banget."
Lalu telepon aku tutup.
Sebuah perilaku bodoh memang. Aku tahu. Tapi aku terus melakukan itu berulang kali dan bertahun-tahun hingga di tahun 2012 lalu, ketika aku melakukan hal itu, ternyata ada yang mengangkat teleponku.
Terkejutnya bukan main.
Juga deg-degan luar biasa.
Berdebar-debar. Entah mengapa, aku tiba-tiba amat berharap akan mendengar suara ayahku. Suara yang amat kurindukan dengan amat sangat. Suara tua yang bergetar dan penuh perhatian. Tapi...
"hallo? Mau bicara dengan siapa?"
"Hah? Eh.. ini siapa?"
"Loh? Kamu siapa?"
"Aku....ini.... ini nomor telepon ayahku."
"Hah? Berapa nomornya?"
Aku segera menyebut deret angka nomor handphone ayahku.
"Nomornya benar. Tapi... ini sudah jadi nomorku sekarang."
"Yaaaa...." Air mataku langsung menderas keluar begitu saja. Tiba-tiba saja satu-satunya hubungan komunikasi semu yang kujalin dengan almarhum ayahku terenggut oleh orang lain. Rasanya jantungku melorot lemas hingga ke lutut.
"Ini handphoneku. Memangnya handphone ayahmu hilang?"
Aku terdiam. Sibuk dengan air mata dan rasa sesak di dalam dada.
"Maaf... maaf. Ayahku sudah meninggal dunia."
Lalu telepon aku putus begitu saja.

Ketika aku ceritakan hal ini pada temanku, aku pun diberitahu bahwa nomor yang tidak pernah dipakai lagi, akan dianggap nomor mati dan jika sudah lewat dua tahun bisa dihidupkan lagi. Yaitu ketika ada seseorang yang membeli nomor tersebut.
Ugh!
Menyebalkan. 

2 komentar

  1. Waaah iya bener banget mba Ade, dulu saya punya juga tuh no telp yang sudah lama tidak saya pakai,,, Tapi no itu masih tersimpan di Hp bapak saya, mungkin bapak saya salah pencet nomor, tesambungnya ke Nomor yang tidak saya pakai itu,,, dan betapa terkejutnya bapak saya yang ngangkat suaranya laki2, dikira suami saya, tapi diajak ngomong malah g nyambung bahasannya hahaha...

    Sabar ya mba Ade,,,

    BalasHapus
  2. iy ambak memang begitu nomor yang lama akan bisa diapkai orang lain .

    BalasHapus