Shawm, Puasa Bicara
by Dessy Deh on Saturday, 17 November 2012 at 20:52 ·
Di dalam Al-Quran, ada dua kata untuk puasa: shiyaam dan shawm.
Yang pertama menunjuk kepada puasa syariat, puasa seperti ditetapkan dalam aturan-aturan fiqh.
Kata shiyam disebut delapan kali; tetapi kata shawm hanya disebut satu kali.
Shawm adalah penyempurnaan dari puasa syariat. Shawm, dalam Al-Quran, artinya bukan mengendalikan dan menjaga lidah dari segala kejahatan lidah (afaat al-lisaan), tetapi juga dari semua pembicaraan yang tidak mendatangkan kebaikan.
Segera setelah Allah memberikan anugrah kepada Maryam karena kesalehannya, Allah berfirman:“Makan minumlah dan bergembiralah. Jika kamu melihat seseorang manusia, maka berkatalah: Sesungguhnya aku telah bernazar untuk shawm, aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini” (Maryam 26).
Kemudian, Allah mengisahkan Maryam yang datang kepada kaumnya. Datanglah ujian kepada Maryam untuk membuktikan kepatuhannya kepada Tuhan; yakni, puasa bicara. Melihat ada bayi dalam buaiannya, kaumnya menuduh Maryam dengan tuduhan-tuduhan dusta.
“Maka Maryam membawa anak itu ke tengah-tengah kaumnya dan menggendongnya. Mereka berkata: hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat buruk. Hai saudara Harun, ayahmu sama sekali bukan orang yang jahat dan ibumu sama sekali bukan pezina. Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil dalam buaian. Berkata Isa: Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberiku AlKitab dan Dia menjadikan aku Nabi. Dan Dia menjadikan aku yang diberkati di mana pun aku berada. Dia berwasiat kepadaku untuk melakukan salat dan mengeluarkan zakat selama aku hidup” (Maryam 27-31).
Menurut para sufi, karena Maryam berpuasa bicara, bayi kecil itulah yang berbicara.
Ini isyarat dari Tuhan bahwa jika kita menghentikan pembicaraan kita, suara hati nurani akan terdengar jelas dan keras. Selama ini kita tidak lagi mendengar “suara-suara ilahi” dalam hati kita yang paling dalam, karena kita terlalu banyak bicara. Suara kita gaduh, sehingga telinga batin kita menjadi tuli. Kendalikan pembicaraanmu, sekali-kali berhentilah dari berbicara, termasuk self-talk (bicara sendiri, membatin), supaya kamu bisa mendengar bisikan para malaikat yang mengayomi kamu. Lakukanlah puasa bicaramu dengan konsisten, dan para malaikat akan menyampaikan kepada kamu penghiburan yang membahagiakan kamu.
“Sesungguhnya orang yang mengatakan ‘Tuhan kami Allah’, kemudian mereka istiqamah (konsisten) dalam pendiriannya itu, para malaikat akan turun kepada mereka seraya berkata: Jangan takut dan jangan berduka cita. Bergembiralah dengan surga yang dijanjikan kepada kalian. Kami akan menjadi pelindung kalian di dunia dan di akhirat. Di sana bagi kalian apa yang kalian inginkan dan di sana bagi kalian apa yang kalian minta” (Fushshilat 30-31).
Di hadapan Rasulullah saw, para sahabat menundukkan kepalanya, “seakan-akan burung-burung bertengger di atas kuduknya”. Mereka diam. Mereka bukan hanya mendengarkan sabda Nabi saw yang diucapkan. Mereka juga mendengar sabdanya yang tidak diucapkan.
Mereka berkata: “Ya Rasul Allah, kami takut jatuh pada kemunafikan?”
Rasul Allah saw bertanya: Kenapa kamu takut begitu?
Mereka berkata, “Kalau kami berada di hadapanmu, engkau ingatkan kami, sehingga bergetar hati kami, berguncang dada kami. Kami lupa pada dunia. Kami tidak suka lagi (zuhud) padanya. Seakan-akan kami saksikan akhirat, surga, dan neraka. Tetapi begitu kami kembali kepada rumah-rumah kami, menciumi anak-anak kami, menyaksikan anggota-anggota keluarga dan membincangkan kekayaan, kami berubah dari keadaan kami di dekatmu, sekan-akan itu tidak pernah terjadi pada kami. Tidakkah engkau takutkan kami jatuh pada kemunafikan? “
Rasulullah saw bersabda: Tidak. Ini semua hanya langkah-langkah setan. Untuk menggemarkan kamu pada dunia. Demi Allah, sekiranya kamu terus-menerus seperti ketika kamu berada besertaku seperti yang kalian jelaskan, para malaikat akan bersalaman dengan kamu dan kalian akan bisa berjalan di atas air…” (Biharul Anwar 70:56).
Para sahabat puasa bicara di depan Nabi saw. Sekiranya mereka melanjutkan puasa bicaranya itu dalam kehidupan sehari-hari, mereka akan mendengar suara para malaikat yang menyertai mereka di alam malakut. Suara-suara suci itu akan menentramkan dan membahagiakan mereka
(NB: Inilah yang membedakan suara gaib dari para malaikat dengan suara gaib dari gangguan jiwa. Jika suara gaib datang kepada Anda, dan Anda merasa resah, gelisah, dan terganggu, itu pasti bukan dari para malaikat).
Apa makna puasa bicara?
Puasa bicara bukan berarti tidak berbicara sama sekali. Puasa bicara juga bukan berarti menghindari kejahatan-kejahatan lidah, karena kita memang diperintahkan untuk menjauhi pembicaraan yang diharamkan. Hari ini, ketika Anda berpuasa, Anda tentu saja bukan hanya meninggalkan makanan dan minuman yang haram, karena di luar bulan puasa pun Anda harus menghindarinya. Pada bulan ini, Anda juga harus meninggalkan makanan dan minuman yang halal sekalipun karena mematuhi perintah Allah. Pada tingkatnya yang elementer, menurut Al-Quran, puasa bicara ialah mengharamkan berbicara apa pun, kecuali … Jadi Anda hanya berbicara jika pembicaraan Anda mengandung apa yang dikecualikan itu.
“Tidak ada kebaikan apa pun dalam semua obrolan mereka, kecuali kalau ia memerintahkan untuk bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau memperbaiki hubungan di antara manusia. Barangsiapa yang melakukan seperti itu, karena mencari rido Allah, maka Kami akan memberi kepadanya pahala yang besar” (Al-Nisa 114)
Jadi, sekarang setiap kali Anda mau berbicara –dalam keadaan tatap muka atau melalui media seperti telpon, sms, internet dan sebagainya- pikirkanlah apakah dalam pembicaraan Anda ada perintah untuk bersedekah, atau berbuat baik, atau yang mendatangkan kemaslahatan. Jika tidak, Anda lebih baik memilih diam. Anda akan memperoleh pahala yang besar. Di antara pahala itu, ialah mendengar suara para malaikat melalui jendela hati nuranimu. Kalau Anda tetap saja berbicara, tirai antara Anda dengan Tuhanmu akan menjadi lebih tebal. Kegelapan hatimu akan makin pekat. Puasa yang seharusnya mendekatkan kamu kepada Tuhanmu, akan melemparkan kamu dari hadiratNya.
Mulai hari ini, ketika kamu meletakkan jemarimu di atas keyboard komputermu, pikirkan apakah yang akan kamu tuliskan itu mengandung perintah sedekah, kebaikan, atau kemaslahatan, atau hanya sekedar memenuhi hawa nafsumu – mencari popularitas, pujian, kasih sayang, atau menghabiskan waktu dalam ucapan-ucapan yang tidak bermanfaat (laghw)? Jika kamu memilih yang pertama, kamu akan memperkuat sayapmu untuk terbang ke langit ruhani yang bening.
Jika kamu memilih yang kedua, kamu mematahkan sayapmu dan kamu terjerumus dalam lubang bumi yang gulita!
(JR 3 Ramadhan 1430)
Tidak ada komentar