Tadi pagi, aku datang ke pengajian rutin tiap hari jumat di Masjid Nurul Huda, Tebet. Ada berita duka cita, ternyata ustad yang biasa mengisi acara tausiyah meninggal dunia dua hari yang lalu. Aku belum pernah bertemu dengan beliau karena ketika aku mulai aktif di pengajian ini, beliau sudah sakit-sakitan sehingga sudah mulai jarang dipanggil oleh panitia karena panitia kasihan melihat dia ketika memberi tausiyah. Tangannya sudah tremor, orangnya juga sudah sepuh. Tapi, meski sudah tua dan sakit-sakitan, pak Ustad ini terus semangat memberi tausiyah dimana-mana. Dia punya sebuah cita-cita:
"Saya ingin meninggal dunia dalam keadaan sedang berdakwah."
Akhirnya, Allah menjawab permintaan terakhir beliau tersebut. Ketika sedang memberikan ceramah, dia tersungkur, lalu menghembuskan napasnya yang terakhir. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.
Saya terenyuh mendengar berita kematian pak ustad almarhum ini, meski belum pernah sekalipun bertemu dengannya. Entahlah. Ada rasa sayang dan haru. Mungkin karena kegigihan beliau itu ya? Atau .. entahlah.
Tapi, rupanya ketua pengajian belum selesai menyampaikan berita duka ini. Masih ada berita lainnya.
"Ibu-ibu... kemarin, saya dan suami ke rumahnya untuk takziah. Sebelumnya, saya ingin bercerita dulu. Sudah satu bulan ini saya sebenarnya ingin mengontak Pak Ustad agar berceramah di pengajian kita ini. Tapi beliau susah sekali dihubungi. Di sms tidak dibalas, di telepon tidak diangkat. RUpanya, selama ini, karna Pak Ustad sakit, maka istrinyalah yang mengatur semua jadwal ceramah suaminya, juga menyiapkan segala keperluan suaminya, termasuk membalas sms, telepon dan materi ceramah. Tapi... satu bulan yang lalu, ketika si suami sedang sakit, si istri juga wara wiri ngurus suaminya... nah.. rupanya, karena repot dan sudah tua juga, dia terjatuh dan patah kakinya. Sehingga tidak bisa lagi berjalan dan beraktifitas. Padahal, di rumah itu, di samping harus merawat suaminya yang sakit, ada juga nih, adik suaminya yang juga sakit.. ginjalnya bocor kalo nggak salah.. jadi, si istri ini sibuk ngerawat dua orang sakit. Nah, karena dia patah kakinya sementara anak-anaknya jauh di luar kota, akhirnya.... ya... kondisinya amat mengenaskan."
Duh... hati saya rasanya seperti teriris-iris mendengar kisah ini. Kasihan sekali. Nggak kebayang pengorbanannya.
"Kenapa anak-anaknya nggak dpanggil aja ya bu untuk nemenin."
"Si ibu nggak mau ngerepotin anak-anaknya."
hmm... asli spechless deh.
Sebelumnya.. saya juga ngobrol dengan seoran saudara saya. Dia bercerita tentang permintaan terakhir ayahnya sebelum meninggal dunia.
"Nanti, aku ingin meninggal dalam kondisi masih ada wudhu dan shalat ya."
Nah... jadi, pas dia masih sakit, tiba-tiba sakit, dia berusaha untuk wudhu. Karena merasa sakit, dia berusaha keras juga untuk shalat sambil berbaring. Setelah salam, dia lalu melihat ke anak-anaknya dan berkata:
"Tolong luruskan kaki saya, lalu sedekapkan kedua tangan saya di atas dada."
Anaknya meski bingung, menuruti permintaan ortunya ini.
"Tolong, miringkan badan saya ke sebelah kanan, menghadap kiblat."
Anaknya kembali menuruti permintaan terakhir ini. Lalu, tidak lama kemudian terdengar suara takbir dan.... ayahnya itu pun menutup matanya untuk selamanya... Innalillahi wa inna lillahi rajiun.
Kematian... apa semua orang diberi tahu ya ketika kematian akan datang menghampirinya?? Entahlah. Karena kematian sendiri adalah takdir yang hanya diketahui oleh Allah SWT. Tapi... apakah permintaan terakhir tiap-tiap orang itu akan dikabulkan ya??
Allahu'alam.
Jadi... permintaan terakhirmu apa?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar