No More Plastic Bag

[Lifestyle: shopping]: Belanja yuk sis.
hehehe. Ini sapaan khas para online shop deh kayaknya. Nggak tahu kapan dimulainya sapaan seperti ini. Yang pasti, otomatis saja jika kita berbelanja di sebuah online shop maka pemilik online shop itu akan menyapa kita dengan sebutan sis.

Kata "sis" disini diambil dari kata sister, yang berarti kakak perempuan. Mungkin karena kebanyakan yang menjadi pengunjung dan pembeli di situs online shop itu kebanyakan adalah perempuan. Perempuan memang sepertinya adalah pangsa pasar yang menjanjikan untuk dilirik oleh berbagai situs belanja online. Mungkin karena kebiasaan berbelanja yang umumnya dimiliki dan dilakukan oleh para perempuan.
Bagaimana dengan kebiasaan berbelanja konvensional? Seperti pergi ke pasar, mall, atau tempat berbelanja lainnya? Posisi ini tidak murni dikuasai oleh para perempuan saja. Tapi juga oleh kaum lelaki. Aku pernah baca sebuah survey di sebuah majalah terbitan ibukota yang mengatakan  bahwa laki-laki memang kurang begitu suka menelusuri situs belanja online untuk membeli keperluan mereka sehari-hari. Lelaki lebih memiliki keinginan untuk bisa memegang barang, mengeceknya, mencobanya terlebih dahulu daripada harus menelusuri gambar-gambar barang dagangan saja.

Meski demikian, lelaki tetap mengunjungi situs belanja online. Yaitu dengan tujuan untuk membeli barang dengan harga yang lebih murah daripada harga di toko konvensional. Lagi-lagi, ini karena kebiasaan lelaki yang malas jika harus terlibat adegan tawar-menawar dengan pedagang konvensional.

Bicara tentang kebiasaan belanja, kebetulan, keluargaku sedang membudayakan sebuah kebiasaan baru. Yaitu: memutuskan untuk mengurangi penggunaan kantong plastik ketika berbelanja.


NO MORE PLASTIC BAG


Alhamdulillah, sudah nyaris 3 tahun keluargaku menerapkan kebiasaan baru ini.

Jadi, budaya untuk tidak lagi memakai kantong plastik sudah kami adopsi menjadi sebuah gaya hidup keluarga kami.

sudah berusaha tapi tetap saja diberikan oleh orang lain
No More Plastic Bag.

Mengapa?

Ini alasannya:

1. Waktu menyaksikan tayangan salah satu acara di channel Discovery Channel, ada liputan betapa kasihannya para hewan laut yang terjerat oleh sampah plastik yang hanyut ke laut.

Ada seekor anjing laut yang kepalanya terjerat cincin bekas kerat setengah lusin botol susu dan kantong plastik kresek yang melilit hingga cincin bekas kerat setengah lusin botol susu itu terkunci mati di kepalanya
.
Tahu sendiri kan, anjing laut itu kan tangannya mungil banget, jarinya juga berbeda dengan jari manusia atau monyet, jadilah dia tidak bisa mengeluarkan cincin bekas kerat setengah lusin botol susu itu dan kantong plastik kresek dari lehernya. Dengan beban seperti itu, dia berenang kesana kemari. Susah banget itu kan melihat apa yang terjadi di depan matanya?

Penampilannya sudah pasti berbeda dengan anjing laut yang lain. Duh. Aku jadi kasihan  melihatnya Kebayang saja dia jadi ledekan teman-temannya. Bahkan mungkin juga dijauhi karena terlihat berbeda dengan yang lain. Sudah susah melihat ke depan karena terhalang sampah plastik, dijauhi pula, dan diejek.

Ada juga seekor lumba-lumba yang di siripnya tersangkut kantong plastik kresek bertali. Jadi, kantong plastik kresek itu terlilit mengeliling siripnya. Tuh.... gimana cara melepaskannya coba? Kasihan kan?

Belum lagi hewan-hewan laut lain yang kedapatan mati di pinggir pantai dan ketika dibelah, ternyata di dalam leher atau perut mereka terdapat botol minuman, gelas plastik bekas air mineral, dan kantong plastik kresek.

Ah. Menyaksikan tayangan ini, asli bikin kesal dengan kebiasaan buruk manusia yang suka buang sampah sembarangan. Apalagi jika mereka buang sampah sembarangannya ke kali/sungai atau ke pantai. Karena, semua sampah yang dibuang ke kali atau sungai itu, sudah pasti akan terbawa ke laut.

2. Bahaya dari sampah plastik. Ah. Sudah pada tahu kan apa saja bahayanya. Ini aku buat gambar tentang bahaya kantong plastik.


Nah. Itu dulu deh alasan utama mengapa keluargaku mulai membiasakan sebuah lifestyle atau gaya hidup baru dalam melakukan shopping.

Pertanyaannya, jika tidak menggunakan kantong plastik, lalu jika sedang berbelanja memakai apa untuk membawa aneka macam barang yang dibeli?

Aku selalu membawa kantong belanja dari bahan yang bisa dipakai lagi alias tas belanja lipat. Memang sih, hal ini bikin tas tangan yang kita bawa jadi sedikit gemuk dikit, tapi, ini jauh lebih baik daripada kita membebani bumi kita ini dengan sampah dari kantong plastik.

Ayo ah, kita mulai sebuah gerakan gaya hidup dalam berbelanja yang baru: yaitu mengurangi pemakaian kantong plastik.






28 komentar

  1. Belum konsisten Mak..hiks.. Jadi belum jadi bagian dari gaya hidup deh.. Padahal udah punya beberapa totte bag.

    BalasHapus
  2. klo kepasar tradisional susah..mba..
    beli bawang..kasih kresek.. apa-apa klo beli pastinya tempatnya kresek....
    masa..mesti..ditumpahin ke tas..kita... ga mungkinkan...

    BalasHapus
  3. sekarang ini memang banyak banget sampah plastik ya mba.... saya pernah ke pasar tradisional di kota saya, dan saya tersengang melihat banyaknya sampah plastik yang sudah menyatu dgn tanah disitu. sedih banget...

    BalasHapus
  4. Betul sekali, kalau bukan dimulai dari diri sendiri siapa lagi coba untuk menghentikan kebiasaan pemakaian kantung plastik,

    BalasHapus
  5. setuju banget mak hal kecil bisa dilakukan dari diri kita salah satunya dengan tidak menggunakan kantong plastik

    BalasHapus
  6. tetanggaku byk yg daur ulang plastik

    BalasHapus
  7. Pasti susah payah banget melepas tas kreseknya. Hiks
    Ibuku juga kalau ke pasar pakai tas yg oleh2 kondangan, gitu. Atau, bekas gudibeg.

    BalasHapus
  8. Sangat setuju sekali mbak, alhamdulillah kami juga sudah tidak menggunakan kantong plastik jika berbelanja sejak 2004. Kebetulan kami berbelanja sayuran ke pasar tradisional seminggu sekali dengan menggunakan tas anyaman pandan dan berbelanja sembako sebulan sekali dg meminta kardus untuk wadahnya. Jika berbelanja keci-kecil ke warung kami jiga selalu menolak kantong plastik melainkan dg menentengnya saja.

    BalasHapus
  9. Mari terus bersemangat hijau, Mak Ade. :) Bumi kita butuh orang-orang dengan langkah nyata.

    BalasHapus
  10. Wuiiihh.. beratnya sama dengan 108 pesawat boeing 747
    jadi ngeri sendiririii -_-

    BalasHapus
  11. ibuku kalau ke pasar suka bawa tas dari anyaman rotan mbak....

    BalasHapus
  12. Saya suka banget konsep ini, tapi masih susah Mak -_- Mak berani ya, salut

    BalasHapus
  13. Keren. Harusnya semua orang kayak Mak Ade. Jadinya sampah plastik bag gak terus tambah banyak. :(

    BalasHapus
  14. Saya kadang suka lupa bawa tas dari rumah, harusnya abis dipakai belanja, tas diisi lagi tas lain ya :)

    BalasHapus
  15. haaai mak! wah seneng pas tau ternyata ada banyak yang concern untuk no more plastic bag :D

    BalasHapus
  16. Tauk ga mb ade, bis gathering kmaren aku mampir blok m, lalu tanpa terasa tangan kanan n kiri dah bawa kresek banyak buanget huhuhu, pengen deh bw tas yg khusus buat blanja, jadi ga terlalu sering koleksi kresek :)))

    BalasHapus
  17. Udah mulai kurangi bawa tas kresek, tp belum bisa sepenuhnya. Huhuhuhu.. Hiks.

    BalasHapus
  18. mari kurangi kantung plastik dan beralih ke kertas saja atau kardus bu :)

    BalasHapus
  19. Sekarang banyak kantong plastik yg dapat hancur dengan sendirinya

    BalasHapus
  20. kalo plastik mah harus dibakar dlu kak klo sudah dipakai biar hancur

    BalasHapus
  21. mantap dah artikelnya.....kawan salam sukses terus
    http://acemaxs31.com/

    BalasHapus
  22. Aku juga mulai menerapkan pemakaian plastik seminimal mungkin. Alhamdulillah ada temen yg jual kantong belanja, jadi bisa utk bungkus buah atau sayur, baik saat belanja ke pasar maupun supermarket.

    BalasHapus
  23. iya ah aku juga mau mulai bawa tas begini padahal banyak di rumah. Kesel aja kalo banyak plastik di rumah.

    BalasHapus
  24. Upaya yang bagus gan ...
    Kalo blanja ntar bawa tas blanja sendiri lah dari rumah

    BalasHapus
  25. Kalo belum terbiasa susah juga gan ... Tapi harus di coba

    BalasHapus
  26. sip bener banget hal hal yang kaya gini memang harus diterapkan dari sejak dini

    BalasHapus