[Parenting] Pengantar: Ini adalah tulisan yang membahas tentang mengapa sebagian besar anak laki-laki tidak bisa diam. Dibandingkan dengan anak perempuan yang lebih bisa diatur, banyak anak laki-laki yang lebih "blasak" alias bergerak kesana kemari. Kebetulan, di facebook face yayasan kita dan buah hati, aku menemukan tulisan yang ditulis oleh Psikologi Hilman Al Madani, M. Si, Psi. Dia kebetulan seorang psikolog dan trainer dari Yayasan Kitda dan Buah Hati. Rupanya, aku menyimpan tulisan yang dia tulis kira-kira 2 tahun lalu di facebookku. Hari ini tulisan ini muncul di memory status facebookku sehingga membuatku ingin menyimpannya di blogku ini. Selamat membaca. Insya Allah tulisan ini berguna bagi kalian.
Hilman Al Madani, M.Si, Psi
Psikolog dan Trainer Yayasan Kita dan Buah Hati
Dear Ayah Bunda...
Seringkali kita terheran-heran melihat perbedaan antara anak laki-laki dengan anak perempuan kita. Banyak yang bilang:
"Ini kok yang perempuan bisa tenang tapi yang laki kaya cacing kepanasan yah?"
"Kenapa anak laki-laki saya maunya grasak-grusuk terus sih?"
"Anak perempuan si anu sudah bisa baca, ko anak laki-laki saya yang sepantaran belum bisa?"
Dan mungkin berbagai ujaran keheranan lainnya tentang anak laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
Belum lagi, seringkali prestasi akademis anak-anak perempuan lebih baik dari pada anak laki-laki. Kenapa yah? Ada masalah apa? Apa anak laki-laki memang di takdirkan tidak pintar-pintar amat?
Tentu saja tidak! Laki-laki punya berat otak 1400 gram, sedangkan wanita hanya 1250 gram meskipun kerapatan sel otak perempuan melebihi otak laki-laki. Artinya, anak laki-laki tidak bisa dikatakan peluang prestasi akademisnya lebih rendah dari pada perempuan. Meskipun, potensi otak tidak hanya di ukur dari beratnya saja. Jadi, apa yang salah dong?
Hal utama yang harus dipahami oleh ayah dan bunda dan bahkan para guru adalah, bahwa laki-laki dan perempuan memang beda (ya iyalah.. semua juga tau kali ya..). Maksudnya, bukan hanya fisik dan psikologis. Tapi fakta otak memang menunjukkan bahwa anak laki-laki dan perempuan memiliki otak yang beda, kecenderungan yang berbeda, dan tentu saja kebutuhan yang berbeda pula.
Fakta otak memang menunjukkan perbedaan antara keduanya. Michael Gurian dalam bukunya, “Boys and Girls Learn Differently!” menuturkan perbedaannya.
Pertama, area korteks anak laki-laki lebih banyak dimanfaatkan sebagai fungsi spasial mekanis. Hal ini menyebabkan anak laki-laki akan lebih suka bergerak, atau bahkan menggerakkan sesuatu. Contohnya, anak laki-laki lebih suka main bola, berlari dan melompat, atau paling tidak menggerak-gerakkan tangan dan kakinya sendiri. Jadi, jangan aneh, dan kurangi menyuruh mereka untuk diam duduk manis. Kenapa? Itu kebutuhannya! Satu hal lagi, kadar testosteron yang 20 kali lipat daripada perempuan membuat mereka lebih agresif dan lebih mudah fokus pada satu tujuan.
Kedua, anak laki-laki memiliki kadar serotonin (zat kimia di otak yang berkaitan dengan ketenangan) dan oxytocin (berkaitan dengan ikatan) yang lebih sedikit. Hal ini tentu saja menyebabkan anak laki-laki kebanyakan akan lebih bersikap impulsif (mudah terdorong atau terstimulasi) dibandingkan wanita. Jadi, jangan aneh kalau anak laki-laki kita mudah terlibat masalah karena sifatnya yang impulsif, jadi gampang atau cepat bosan, agak sulit menjadi pendengar yang baik, dan kurang mampu untuk berlama-lama menekuni tugas perintil-perintilan secara telaten.
Ketiga, lebih familiar dalam hal mengenali simbol, bentuk-bentuk abstraksi, diagram, gambar, dan obyek bergerak ketimbang kata-kata yang monoton. Hal ini membuat mereka akan lebih unggul dalam pelajaran Matematika dan Fisika, lebih tertarik pada permainan-permainan (games), daripada diminta menjadi pendengar yang baik atau belajar secara verbal.
Waspadalah! Dengan testosteron yang berlipat serta lebih suka gambar dan visual, anak laki-laki kita rentan terkena paparan pornografi dan games! Hmm.. saya jadi tahu alasannya kenapa para produsen porno banyak menyasar anak laki-laki kita dan memasukkannya lewat games. Ternyata mereka mempelajari ini juga untuk menyasar anak laki-laki kita. Lalu kenapa kita ngga belajar juga?
Sampai baris ini, please stop dulu perlakuan menyama-nyamakan antar anak laki-laki dan perempuan. Bukan bermaksud membeda-bedakan, tapi anak laki-laki dan perempuan kita memang diciptakan berbeda! Bahkan Allah saja memberi tugas kepada laki-laki dan perempuan dengan tugas yang berbeda-beda.
Dalam dunia pendidikan, beberapa sekolah di luar sana sudah menerapkan “Segregation” atau pemisahan antara kelas laki-laki dengan kelas perempuan. Bukan hanya soal muhrim atau non muhrim (sebagaimana aturan dalam islam), tapi soal otak yang memang Allah jadikan berbeda dan tentu saja membutuhkan perlakuan, penanganan, pendidikan, dan pengasuhan yang berbeda pula.
Pertama, pahami dulu dan terima bahwa kita memiliki anak laki-laki, dan jangan banding-bandingkan dengan anak perempuan. Perlakukan anak laki-laki kita sebagaimana fitrahnya laki-laki. Jangan memperlakukan mereka sebagaimana memperlakukan anak perempuan. Gimana kalo mereka nanti malah jadi keperempuan-perempuanan? Repot lagi kan? Jangan-jangan maraknya LGBT salah satunya karena kita mendidik anak laki-laki dengan cara perempuan. Allahu a'lam..
Terlepas dari semua itu, laki-laki itu imam. Persilahkan mereka belajar menjadi pemimpin, belajar mengatur dan mengambil keputusan, belajar menghadapi dan memaknai kegagalan dan bangkit lagi, karena mereka nantinya akan menjadi pemimpin, paling tidak dalam lingkup keluarganya sendiri. Jadi butuh kecakapan untuk memimpin, mengatur, mengontrol, dan mengambil keputusan. Dan, kita butuh sosok laki-laki ‘tangguh’ (Ayah Hebat) untuk membina anak-laki-laki kita menjadi tangguh!.
Kedua, dalam pembelajaran, mungkin ada baiknya kita merubah pola kegiatan dan pembelajaran untuk anak laki-laki menjadi lebih banyak gerakan dan variasi. Lebih banyak kolaborasi, banyak permainan dan tantangan (belajar dari kesukaan mereka terhadap games karena kadar adrenalin dan testosteron mereka yang tinggi).
Dengan otak yang cenderung mekanik-kinestetik dan energi yang berlebih rasanya mereka memang butuh banyak bergerak. Sepertinya pembelajaran kontekstual (sesuai konteks) dan eksperiential (mengalami langsung) adalah beberapa model yang cocok untuk pembelajaran anak laki-laki.
Ketiga, ngomong jangan kebanyakan! Anak laki-laki kita bukan makhluk spesialis verbal. Dia hanya butuh mengeluarkan 7 ribu kata dalam sehari. Bandingkan dengan anak perempuan yang membutuhkan 20 ribu kata dalam sehari. Ngga sebanding kan? Jadi jangan berpanjang-panjang kata dalam memberikan arahan. Fokus pada inti persoalan. Maksimal 17 kata per kalimat. Tunggu dulu responnya, baru lanjutkan. Buat para bunda yang biasa ngasih instruksi berpanjang-panjang kata, pasti ribet kan ya? Bisa latihan kok.. dan bisa kerja sama juga dengan para ayah...
Ok.. Sekian dulu sharing untuk kali ini. Selamat membesarkan anak laki-laki kita menjadi pemimpin yang tangguh dan hebat!
Salam,
Hilman Al Madani
#YayasanKitadanBuahHati
#EllyRismanParentingInstitute
#ParentingEraDigital
ANAK LAKI-LAKI KOK BEDA YAH?
Hilman Al Madani, M.Si, Psi
Psikolog dan Trainer Yayasan Kita dan Buah Hati
Dear Ayah Bunda...
Seringkali kita terheran-heran melihat perbedaan antara anak laki-laki dengan anak perempuan kita. Banyak yang bilang:
"Ini kok yang perempuan bisa tenang tapi yang laki kaya cacing kepanasan yah?"
"Kenapa anak laki-laki saya maunya grasak-grusuk terus sih?"
"Anak perempuan si anu sudah bisa baca, ko anak laki-laki saya yang sepantaran belum bisa?"
Dan mungkin berbagai ujaran keheranan lainnya tentang anak laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
Belum lagi, seringkali prestasi akademis anak-anak perempuan lebih baik dari pada anak laki-laki. Kenapa yah? Ada masalah apa? Apa anak laki-laki memang di takdirkan tidak pintar-pintar amat?
Tentu saja tidak! Laki-laki punya berat otak 1400 gram, sedangkan wanita hanya 1250 gram meskipun kerapatan sel otak perempuan melebihi otak laki-laki. Artinya, anak laki-laki tidak bisa dikatakan peluang prestasi akademisnya lebih rendah dari pada perempuan. Meskipun, potensi otak tidak hanya di ukur dari beratnya saja. Jadi, apa yang salah dong?
Hal utama yang harus dipahami oleh ayah dan bunda dan bahkan para guru adalah, bahwa laki-laki dan perempuan memang beda (ya iyalah.. semua juga tau kali ya..). Maksudnya, bukan hanya fisik dan psikologis. Tapi fakta otak memang menunjukkan bahwa anak laki-laki dan perempuan memiliki otak yang beda, kecenderungan yang berbeda, dan tentu saja kebutuhan yang berbeda pula.
Fakta otak memang menunjukkan perbedaan antara keduanya. Michael Gurian dalam bukunya, “Boys and Girls Learn Differently!” menuturkan perbedaannya.
Pertama, area korteks anak laki-laki lebih banyak dimanfaatkan sebagai fungsi spasial mekanis. Hal ini menyebabkan anak laki-laki akan lebih suka bergerak, atau bahkan menggerakkan sesuatu. Contohnya, anak laki-laki lebih suka main bola, berlari dan melompat, atau paling tidak menggerak-gerakkan tangan dan kakinya sendiri. Jadi, jangan aneh, dan kurangi menyuruh mereka untuk diam duduk manis. Kenapa? Itu kebutuhannya! Satu hal lagi, kadar testosteron yang 20 kali lipat daripada perempuan membuat mereka lebih agresif dan lebih mudah fokus pada satu tujuan.
Kedua, anak laki-laki memiliki kadar serotonin (zat kimia di otak yang berkaitan dengan ketenangan) dan oxytocin (berkaitan dengan ikatan) yang lebih sedikit. Hal ini tentu saja menyebabkan anak laki-laki kebanyakan akan lebih bersikap impulsif (mudah terdorong atau terstimulasi) dibandingkan wanita. Jadi, jangan aneh kalau anak laki-laki kita mudah terlibat masalah karena sifatnya yang impulsif, jadi gampang atau cepat bosan, agak sulit menjadi pendengar yang baik, dan kurang mampu untuk berlama-lama menekuni tugas perintil-perintilan secara telaten.
Ketiga, lebih familiar dalam hal mengenali simbol, bentuk-bentuk abstraksi, diagram, gambar, dan obyek bergerak ketimbang kata-kata yang monoton. Hal ini membuat mereka akan lebih unggul dalam pelajaran Matematika dan Fisika, lebih tertarik pada permainan-permainan (games), daripada diminta menjadi pendengar yang baik atau belajar secara verbal.
Waspadalah! Dengan testosteron yang berlipat serta lebih suka gambar dan visual, anak laki-laki kita rentan terkena paparan pornografi dan games! Hmm.. saya jadi tahu alasannya kenapa para produsen porno banyak menyasar anak laki-laki kita dan memasukkannya lewat games. Ternyata mereka mempelajari ini juga untuk menyasar anak laki-laki kita. Lalu kenapa kita ngga belajar juga?
Sampai baris ini, please stop dulu perlakuan menyama-nyamakan antar anak laki-laki dan perempuan. Bukan bermaksud membeda-bedakan, tapi anak laki-laki dan perempuan kita memang diciptakan berbeda! Bahkan Allah saja memberi tugas kepada laki-laki dan perempuan dengan tugas yang berbeda-beda.
Dalam dunia pendidikan, beberapa sekolah di luar sana sudah menerapkan “Segregation” atau pemisahan antara kelas laki-laki dengan kelas perempuan. Bukan hanya soal muhrim atau non muhrim (sebagaimana aturan dalam islam), tapi soal otak yang memang Allah jadikan berbeda dan tentu saja membutuhkan perlakuan, penanganan, pendidikan, dan pengasuhan yang berbeda pula.
JADI GIMANA DONG?
Pertama, pahami dulu dan terima bahwa kita memiliki anak laki-laki, dan jangan banding-bandingkan dengan anak perempuan. Perlakukan anak laki-laki kita sebagaimana fitrahnya laki-laki. Jangan memperlakukan mereka sebagaimana memperlakukan anak perempuan. Gimana kalo mereka nanti malah jadi keperempuan-perempuanan? Repot lagi kan? Jangan-jangan maraknya LGBT salah satunya karena kita mendidik anak laki-laki dengan cara perempuan. Allahu a'lam..
Terlepas dari semua itu, laki-laki itu imam. Persilahkan mereka belajar menjadi pemimpin, belajar mengatur dan mengambil keputusan, belajar menghadapi dan memaknai kegagalan dan bangkit lagi, karena mereka nantinya akan menjadi pemimpin, paling tidak dalam lingkup keluarganya sendiri. Jadi butuh kecakapan untuk memimpin, mengatur, mengontrol, dan mengambil keputusan. Dan, kita butuh sosok laki-laki ‘tangguh’ (Ayah Hebat) untuk membina anak-laki-laki kita menjadi tangguh!.
Kedua, dalam pembelajaran, mungkin ada baiknya kita merubah pola kegiatan dan pembelajaran untuk anak laki-laki menjadi lebih banyak gerakan dan variasi. Lebih banyak kolaborasi, banyak permainan dan tantangan (belajar dari kesukaan mereka terhadap games karena kadar adrenalin dan testosteron mereka yang tinggi).
Dengan otak yang cenderung mekanik-kinestetik dan energi yang berlebih rasanya mereka memang butuh banyak bergerak. Sepertinya pembelajaran kontekstual (sesuai konteks) dan eksperiential (mengalami langsung) adalah beberapa model yang cocok untuk pembelajaran anak laki-laki.
Ketiga, ngomong jangan kebanyakan! Anak laki-laki kita bukan makhluk spesialis verbal. Dia hanya butuh mengeluarkan 7 ribu kata dalam sehari. Bandingkan dengan anak perempuan yang membutuhkan 20 ribu kata dalam sehari. Ngga sebanding kan? Jadi jangan berpanjang-panjang kata dalam memberikan arahan. Fokus pada inti persoalan. Maksimal 17 kata per kalimat. Tunggu dulu responnya, baru lanjutkan. Buat para bunda yang biasa ngasih instruksi berpanjang-panjang kata, pasti ribet kan ya? Bisa latihan kok.. dan bisa kerja sama juga dengan para ayah...
Ok.. Sekian dulu sharing untuk kali ini. Selamat membesarkan anak laki-laki kita menjadi pemimpin yang tangguh dan hebat!
Salam,
Hilman Al Madani
#YayasanKitadanBuahHati
#EllyRismanParentingInstitute
#ParentingEraDigital
Tidak ada komentar