[Lifestyle] Bulan suci Ramadhan sudah di hadapan kita insya Allah. Mari kita sambut kedatangan bulan mulia ini dengan sambutan terhangat. Kewajiban puasa di bulan Ramadhan telah diketahui secara pasti sebagai bagian dari agama. Barang siapa mengingkari kewajiban puasa Ramadhan ini maka ia dihukumi kafir, kecuali apa bula ia masih baru masuk Islam atau hidup di daerah pedalaman yang tidak terdapat seorang ulamapun mengajarinya. Adapun orang yang membatalkan puasa atau tidak puasa tanpa alasan yang dibenarkan syari'at, selama ia masih meyakini kewajiban puasa tersebut, ia tidak dihukumi kafir, hanya saja ia telah berdosa dan wajib baginya untuk meng-qadha puasa yang ditinggalkannya dengan segera.
Dengan begitu, puasa itu wajib ya hukumnya. Tapi bukan Islam namanya jika memberatkan ummatnya. Dalam Islam selalu ada pengecualian atau keringanan bagi mereka yang tidak mampu menjalani sebuah kewajiban. Termasuk puasa di bulan Ramadhan.
Pada tanggal 26 April 2019 lalu, bertempat di Double Tree by Hilton yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur, aku berkesempatan untuk mengikuti Talk Show dengan judul "KONTROL GULA DARAH, RAIH BERKAH RAMADHAN" yang diadakan oleh MSD (Merck Sharp & Dohme) Inventing for life.
Hehehe, ini foto gaya-gayaan aja sih, aslinya talk show tanggal 26 april 2019 itu menghadirkan narasumber sebagai berikut:
Jadi ada, Prof. Dr. Dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD yang merupakan Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI); lalu dr. Suria Nataatmadja, yang merupakan Medical Affairs Director Merck Sharp & Dohme (MSD) Indonesia, dan Machroji, yang merupakan penyandang Diabetes Melitus (DM) Tipe 2.
Untuk diketahui, MSD ini, adalah perusahaan biofarmasi global terkemuka yang telah melakukan penemnuan untuk kehidupan dengan menghadirkan obat-obatan dan vaksin untuk berbagai penbyakit paling menantang di dunia, sudah selama lebih dari satu abad. Kini MSD Inventing for life, terus menjadi yang terdepan dalam hal penelitian untuk memajukan pencegahan dan pengobatan penyakit di seluruh dunia, seperti kanker, penyakit kardiovaskular, dan penyakit menular termasuk virus.
Lalu, siapa saja jadinya mereka yang tidak bisa berpuasa sehingga bisa mendapat keringanan dalam menjalankan kewajiban puasa Ramadhan?
Dari berbagai penyakit yang diderita, bisa dikatakan bahwa ada golongan mereka yang dianggap memiliki resiko saat berpuasa Ramadhan. Mereka adalah:
1. DMT tipe 1 kendali buruk selama ramadhan (yaitu mereka yang menderita diabetes tapi tidak pernah mengontrol secara teratur kondisi gula darah dalam tubuhnya)
2. Mereka yang memiliki riwayat hipoglikemia berat dan berulang dalam 3 bulan terakhir sebelum ramadhan.
3. Mereka yang harus menjalani terapi insulin secara rutin setiap waktu-waktu tertentu dan tidak boleh ditinggalkan.
4. Mereka yang menjalani cuci darah.
5. Mereka yang mengalami gagal ginjal.
6. Hamil dengan terapi insulin.
Lebih lengkapnya silahkan lihat tampilang gambar di atas.
Menurut Prof, Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD, selama Ramadhan, terjadi peningkatan insiden hipoglikemia yang signifikan pada pasien DMT2 (Diabetes Melitus Tipe 2). Hal ini dikarenakan pasien DMT2 mengalami kekurangan zat gula dari makanan yang dicerna dan diserap, sehingga kadar gula dalam tubuh menurun secara drastis. Olek karena itu, sebelum menjalani puasa, penting bagi pasien DMT2 melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi manajemen puasa yang tepat dan meminimalisir resiko Hipoglikemia.
Lebih lanjut, Prof Ketut Suastika menjelaskan, "Upaya yand dapat dilakukan pasien DMT2 dalam menghindari hipoglikemia adalah menjalankan pola diet seimbang; aktif beraktivitas fisik; rutin memantau kadar gula darah secara berkala; serta melakukan perubahan pengobatan yang memicu pelepasan insulin secara berlebihan. Hipoglikemia bila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kejang dan hilang kesadaran."
Lebih lanjut, dr Suria Nataatmadja menambahkan, bahwa tidak sedikti pasien DMT2 yang antusias menyambut ramadhan dan bertekad untuk menunaaikan ibadah puasa. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh MSD, 73% dokter setuju bahwa faktor budaya seperti puasa mempengaruhi kendali gula darah pasien DMT2. Melihat hal ini, MSD berkomitmen mendukung kelancaran ibadah puasa para pasien DMT2 dengan melakukan serangkaian kegiatan edukasi melalui media dan blogger. Kegiatan edukasi ini bertujuan unutk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap resiko hipoglikemia dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya.
Dalam acara talkshow kemarin, ada seorang narasumber lain yang merupakan penyandang DMT2, namanya Machroji.
Machroji bercerita bahwa asal muasal dia diketahui menderita Diabetes Melitus Tipe 2 itu, adalah di tahun 2015. Ketika itu dia sering mengalami rasa sakit di lututnya ketika sedang naik turun tangga, atau ketika sedang berjalan. Makin lama rasa sakit di lututnya ini makin mengganggu, seiring dengan rasa pusing, gemetaran, mood swing, jantung berdebar.
Seorang teman akhirnya menyarankan pada Machroji agar memeriksakan diri secara lengkap. Jadi, diapun melakukan test lab dan hasilnya membuat dia kaget karena ternyata kadar gula darahnya adalah 500 ml/dL.
Dari sini dia langsung berobat ke dokter dan melalui rangkaian pengobatankarena dia dinyatakan positif terkena DMT2. Sejak itu dia pun menjadi lebih waspada akan penyakit DMT2 yang diidapnya.
Dengan begitu, puasa itu wajib ya hukumnya. Tapi bukan Islam namanya jika memberatkan ummatnya. Dalam Islam selalu ada pengecualian atau keringanan bagi mereka yang tidak mampu menjalani sebuah kewajiban. Termasuk puasa di bulan Ramadhan.
Siapa saja mereka yang tidak bisa berpuasa sehingga bisa mendapat keringanan dalam menjalankan kewajiban puasa Ramadhan?
Pada tanggal 26 April 2019 lalu, bertempat di Double Tree by Hilton yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur, aku berkesempatan untuk mengikuti Talk Show dengan judul "KONTROL GULA DARAH, RAIH BERKAH RAMADHAN" yang diadakan oleh MSD (Merck Sharp & Dohme) Inventing for life.
Hehehe, ini foto gaya-gayaan aja sih, aslinya talk show tanggal 26 april 2019 itu menghadirkan narasumber sebagai berikut:
Jadi ada, Prof. Dr. Dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD yang merupakan Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI); lalu dr. Suria Nataatmadja, yang merupakan Medical Affairs Director Merck Sharp & Dohme (MSD) Indonesia, dan Machroji, yang merupakan penyandang Diabetes Melitus (DM) Tipe 2.
Untuk diketahui, MSD ini, adalah perusahaan biofarmasi global terkemuka yang telah melakukan penemnuan untuk kehidupan dengan menghadirkan obat-obatan dan vaksin untuk berbagai penbyakit paling menantang di dunia, sudah selama lebih dari satu abad. Kini MSD Inventing for life, terus menjadi yang terdepan dalam hal penelitian untuk memajukan pencegahan dan pengobatan penyakit di seluruh dunia, seperti kanker, penyakit kardiovaskular, dan penyakit menular termasuk virus.
Lalu, siapa saja jadinya mereka yang tidak bisa berpuasa sehingga bisa mendapat keringanan dalam menjalankan kewajiban puasa Ramadhan?
Dari berbagai penyakit yang diderita, bisa dikatakan bahwa ada golongan mereka yang dianggap memiliki resiko saat berpuasa Ramadhan. Mereka adalah:
1. DMT tipe 1 kendali buruk selama ramadhan (yaitu mereka yang menderita diabetes tapi tidak pernah mengontrol secara teratur kondisi gula darah dalam tubuhnya)
2. Mereka yang memiliki riwayat hipoglikemia berat dan berulang dalam 3 bulan terakhir sebelum ramadhan.
3. Mereka yang harus menjalani terapi insulin secara rutin setiap waktu-waktu tertentu dan tidak boleh ditinggalkan.
4. Mereka yang menjalani cuci darah.
5. Mereka yang mengalami gagal ginjal.
6. Hamil dengan terapi insulin.
Lebih lengkapnya silahkan lihat tampilang gambar di atas.
Kontrol Gula Darah, Pasien Diabetes Melitus tipe 2 tetap nyaman jalani ibadah puasa tanpa hipoglikemia
Menurut Prof, Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD, selama Ramadhan, terjadi peningkatan insiden hipoglikemia yang signifikan pada pasien DMT2 (Diabetes Melitus Tipe 2). Hal ini dikarenakan pasien DMT2 mengalami kekurangan zat gula dari makanan yang dicerna dan diserap, sehingga kadar gula dalam tubuh menurun secara drastis. Olek karena itu, sebelum menjalani puasa, penting bagi pasien DMT2 melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi manajemen puasa yang tepat dan meminimalisir resiko Hipoglikemia.
Apa itu Hipoglikemia?
Hipoglikemia adalah gangguan kesehatan yang terjadi ketika kadar gula dalam darah berada di bawah normal, yaitu kurang dari 70 mg/dL. Gejala hipoglikema adalah: Jantung berdebar, gemetar, kelaparan, keringat dingin, cemas, lemas, kesulitan mengontrol emosi dan konsentrasi, serta kebingungan. Pada tahap berat (kadar glukosa , 50 mg?dL) pasien dapat kehilangan kesadaran, kejang, koma, gangguan fungsi pembuluh darah hingga kontraksi detak jantung yang berujung pada kematian.Lebih lanjut, Prof Ketut Suastika menjelaskan, "Upaya yand dapat dilakukan pasien DMT2 dalam menghindari hipoglikemia adalah menjalankan pola diet seimbang; aktif beraktivitas fisik; rutin memantau kadar gula darah secara berkala; serta melakukan perubahan pengobatan yang memicu pelepasan insulin secara berlebihan. Hipoglikemia bila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kejang dan hilang kesadaran."
Lebih lanjut, dr Suria Nataatmadja menambahkan, bahwa tidak sedikti pasien DMT2 yang antusias menyambut ramadhan dan bertekad untuk menunaaikan ibadah puasa. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh MSD, 73% dokter setuju bahwa faktor budaya seperti puasa mempengaruhi kendali gula darah pasien DMT2. Melihat hal ini, MSD berkomitmen mendukung kelancaran ibadah puasa para pasien DMT2 dengan melakukan serangkaian kegiatan edukasi melalui media dan blogger. Kegiatan edukasi ini bertujuan unutk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap resiko hipoglikemia dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya.
dr Suria Nataatmadja |
Bagaimana mencegah atau mengendalikan kadar gula darah dan mencegah hipoglikemia?
Dalam acara talkshow kemarin, ada seorang narasumber lain yang merupakan penyandang DMT2, namanya Machroji.
Machroji bercerita bahwa asal muasal dia diketahui menderita Diabetes Melitus Tipe 2 itu, adalah di tahun 2015. Ketika itu dia sering mengalami rasa sakit di lututnya ketika sedang naik turun tangga, atau ketika sedang berjalan. Makin lama rasa sakit di lututnya ini makin mengganggu, seiring dengan rasa pusing, gemetaran, mood swing, jantung berdebar.
Seorang teman akhirnya menyarankan pada Machroji agar memeriksakan diri secara lengkap. Jadi, diapun melakukan test lab dan hasilnya membuat dia kaget karena ternyata kadar gula darahnya adalah 500 ml/dL.
Dari sini dia langsung berobat ke dokter dan melalui rangkaian pengobatankarena dia dinyatakan positif terkena DMT2. Sejak itu dia pun menjadi lebih waspada akan penyakit DMT2 yang diidapnya.
machroji |
Machrosin: sebenernya dia lebih krn faktor ginetik, tapi utk dia di th 2015 itu pemicunya krn dia banyak makan nasi yg lebih byk dr sayur dan lauk #StopHypo #NyamanPuasaKontrolGulaDarah#Inkemarisandassociates— ade anita (@adeanita4) April 26, 2019
@inkemarisassociates
Jika sudah terditeksi diabetes maka katanya tidak bisa lepas dari penyakit ini seumur hidup kata Machrosin #StopHypo #NyamanPuasaKontrolGulaDarah#Inkemarisandassociates— ade anita (@adeanita4) April 26, 2019
@inkemarisassociates pic.twitter.com/39OPVp5Xqi
"Pola makan sehat penting untuk membantu mengendalikan kadar gula darah anda. Jika anda hidup dengan diabetes tipe 2 dan menjalani ibadah puasa sleama bulan Ramadhan, sebaiknya anda memilih berbagai makanan yang melepaskan energi secara lambat dalam porsi sedang saat sebelum matahari terbit atau setelah matahari terbenam. Makanan tersebut adalah biji-bijian, beras merah, produk segar, produk susu rendah lemah dan kacang-kacangan." (Sandra Mikhail, Ahli Diet, Swiss)
Dan ini beberapa infografis yang bermanfaat :
Diabates ada faktor ginetik tapi jika lingkungan bagus maka diabetes tidak muncul. Kata prof Suas #StopHypo #NyamanPuasaKontrolGulaDarah#Inkemarisandassociates— ade anita (@adeanita4) April 26, 2019
@inkemarisassociates
Utk mencegah diabetes bagi generasi milenial kurangi konsumsi karbohidrat yg simple dan keseimbangan kalori #StopHypo #NyamanPuasaKontrolGulaDarah#Inkemarisandassociates— ade anita (@adeanita4) April 26, 2019
@inkemarisassociates
Utk mencegah diabetes bagi generasi milenial kurangi konsumsi karbohidrat yg simple dan keseimbangan kalori #StopHypo #NyamanPuasaKontrolGulaDarah#Inkemarisandassociates— ade anita (@adeanita4) April 26, 2019
@inkemarisassociates
Pingin tahu kalian beresiko terkena Diabetes atau tidak, bisa dengan cara ngukur lingkar pinggang. Kira2 di bawah pusar. Jika wanita yg sehat itu kurang dari 80 cm, yg pria kurang dari 90… https://t.co/3gcT9AG9rZ— ade anita (@adeanita4) April 26, 2019
Meskipun sedang berpuasa namanya diabetes tetap mengintai ya mbk. Btw terima kasih sharingnya mbk jadi bisa dilihat lagi pola makan saat berpuasa
BalasHapusKuncinya memang disiplin ya mbak kl mau puasa lancar buat pasien diabetes. Disiplin atur pola makan dan kontrol gula darah.
BalasHapusHipoglikomia ini cukup mengganggu yang akan puasa, lho. Jadi bikin cemas dan saat tak tahan, langsung berbuka puasa deh.
BalasHapusMakasih tipsnya yang sangat bermanfaat Mbak
Akhir-akhir ini saya cukup sering cari informasi tentang diabetes setelah tahu salah satu orangtua saya penderita diabetes. Berjaga-jaga saja sih karena ini kan memang penyakit menurun. Makasi ya, Mbak, sudah menuliskan artikel diabetes ini dengan lengkap.
BalasHapusWaduh, saya harus segera memeriksakan suami ni. Sepertinya lingkar pinggangnya mulai melebar. Terimakasih banyak ya Mbak. Semoga kita semua diberikan kesehatan selalu....
BalasHapusPenyakit gula saat Ramadhan jangan sampai drop dan naik.
BalasHapusMpo penderita diabetes harus jaga makan kolak dan air syrup . Yang manis manis bahaya.
Waduuhh... lingkar pinggangku lebih dari 80 deh kayaknya. Harus mulai mengontrol asupan makanan yaaa.. Soal kadar gula ini memang polemik ya. Kebanyakan jadinya hyperglikemi, klo kurang bisa hypoglikemi hihiii... kudu extra hati2 memilih makanan.
BalasHapuskalau punya DM memang harus ekstra hati-hati dengan gula darah. konsultasi dokter akan sangat membantu ya mba. Semoga puasanya lancer selaluuu
BalasHapusBaru tahu nih mba Ade bisa dilihat dari lingkar pinggang jadi pengen beli pita ukur semoga kurang dari 80
BalasHapusWah mba tulisannya bermanfaat banget buat saya infokan ke ayah yang punya diabet. Tapi mudah2an bisa mencegah dengan makan2an yg tidak berisiko. Ternyata se-event sama Tetty yaa. Senengnya bisa ikutan acara ini. Salam kenal ya mba 🙂
BalasHapusmasyaAllah, informatif banget mba tulisannya.. jadi noted nih, mesti kontrol gula darah.. ternyata selain kelebihan gula, kekurangan gula pun berbahaya ya.. semoga kita bisa menjalankan ibadah Ramadhan dengan lancar dan sehat, Aamiin..
BalasHapusAku pernah tuh gula darah mepet banget di ambang batas bawah, 78. Alhamdulillah masih baik2 aja. Memang kudu waspada ya sama kesehatan. Apa lagi abis ini puasa.
BalasHapusWah alhamdulillah bentar lagi ramadhan, shaum itu menyehatkan asal.sesuai dgn petunjuk Allah dan RasulNya ya Mba..tantangan banget ini, susah mengendalikan nafsu makanan ini..heu..
BalasHapusDuh, Mbak, aku barusan nhecek lingkar perutku (di bawah pusar), kok di atas 80, hikssss...aku mau cek ah ke apotek terdekat, gula darahku gimana.
BalasHapusMbaa, ngebantu informasi banget tulisan ini. Aku jadi sadar kalau aku lebih banyak makan nasi daripada sayur :(
BalasHapusMengerikan ya mbak kalau sudah kena diabetes artinya akan menjalani pengobatan seumur hidup. Jaga kesehatan dari dini penting banget kalo gitu. Aku sudah ukur lingar pinggangku longgar banget mbak :-D
BalasHapusAku lama ga kontrol gula darah mb Ade. Terakhir kmrn tes HB. Harusnya memang test kesehatan itu dijadwalkan ya mbak Ade
BalasHapusternyata gemetar, keringat dingin, cemas, bingung, lemas, kesulitan mengontrol emosi dan konsentrasi, itu bisa jadi tanda Hipoglikemia ya? Lhha aku tiap telat makan trus lapar juga kena semua gejala-gejala itu mba.. heheeh.
BalasHapusMba Ade, apakah penderita diabetes itu memang gemuk-gemuk? Yang kurus dijamin gak akan kena diabetes kah? Hmmm sepertinya lingkar pinggang suamiku lebih dari 80 deh
BalasHapusBunda Ade, lama nggak bersua sehat terus ya Bund
BalasHapusaku terakhir kontrol gula darah dua tahun lalu
semoga masih normal hehehe aamiiin.
Oh yaa..?
BalasHapusBerdasarkan lingkar pinggang bisa di deteksi lebih dini?
Gaswaat...
Aku serius iih...sering banget makan yang manis-manis.
Permen terutama.
Huhuu~
Duh, aku nih, udah lama gak cek gula darah. Tahun lalu ngejaga banget. Sekarang lagi abai-abainya. Mudah-mudahan deh puasa ini bikin aku bisa ngontrol lagi. Sebelom terlambat ya
BalasHapusBuat penderita diabetes emang harus hati2 ya mbak saat mau puasa. Yg penting ke dokter dulu dan minta rekomendasi baiknya gmn pola puasanya. Dna betul kudu menghindari makanan tertentu supaya tetep sehat.
BalasHapusBenar-benar perhatikan asupan makanan saat sahur dan buka puasa, ya.
BalasHapuskalau saat berbuka disarankan makan beras merah. Bagaimana bila adanya beras putih? apa kurangi porsi?
Aq habis lahiran yang kedua, lingkar pinggangku lebih dari 80 kayaknya. Harus segera menjaga pola makan nih. Bulan kemarin cek lab, alhamdulillah gula darah normal.
BalasHapusSaat berpuasa gula darah memang turun lalu saat buka puasa makan yang manis-manis, biasanya langsung baik tinggi, dan nggak baik tentunya untuk kesehatan, makanya disarankan kalau puasa jangan dulu makan nasi ya
BalasHapusMak Ade, apa kabar? Lama ga bersuaa semoga sehat selalu yaaa.
BalasHapusNah, beberapa waktu ini emang lagi booming banget pembahasan tentang diabets ini, ternyata memang disiplin dalam pola makan ya Mak. Apalagi menelang ramadhan, biasanya suka pengen yg manis2. Selamat menjalankan ibadah puasa yaa..
Saya pernah mengalami ciri-ciri Hipoglikemia tapi alhamdulilah tidak sampai pingsan, sepertinya harus cek ke dokter nih mba... Terima kasih informasinya mba
BalasHapusHm ... ngukur lingkar pinggang, ya ... ? COba deh nanti .. nyari alat ukurnya dulu
BalasHapus