Jangan Anggap Remeh Kuning Pada Bayi

[Parenting] Pernah melihat seorang bayi yang tertawa? Lucu ya. Rasanya, seluruh dunia di sekelilingnya ikut tertawa.
Jika seorang bayi tersenyum? Sudah pernah lihat belum?
Senyum itu memiliki sifat menular. Ketika seseorang tersenyum pada orang lain, maka orang lain yang melihat senyumnya akan membalas senyuman tersebut. Terlepas dari dia kenal atau tidak. Kecuali jika di dalam hatinya memang terdapat sifat curiga tingkat dewa pada siapa saja. Dan apa yang terjadi ketika seorang bayi tersenyum? Meski bayi tersenyum tidak ditujukan pada siapapun, tapi senyuman seorang bayi akan membuat orang yang melihatnya terlonjak rasa bahagia.

Kehadiran seorang bayi memang bisa membahagiakan siapa saja insya Allah. Apalagi jika kulit bayi tersebut terlihat bersih dan bening. Rasanya, separuh surga terlihat lewat kulit bersih dan bening seorang bayi. Itu sebabnya, jika kulit bayi terlihat pucat, atau kuning, hendaknya pada orang tua harus waspada. Karena bisa jadi, itu sebuah pertanda awal bahwa telah terjadi sesuatu dengan tubuh bayi tersebut.

Kebetulan, aku kenal seorang blogger yang punya hobbi memasak bernama Sri Rahayu. Kalian bisa lihat blognya di Istana Bunda Vian.

Blogger Sri Rahayu ini, punya dua orang anak. Salah satu anaknya, Favian Attar Firdaus, menderita penyakit bronchopneumonia. Penyakit ini, diketahui setelah bayinya terlihat memiliki kulit yang berwarna kuning.

Apa itu Bronchopneumonia?


Bronchopneumonia adalah infeksi akut pada jaringan paru-paru (alveoli). Biasanya pnemumonia terjadi pada anak dan seringkali bersamaan dengan infeksi akut pada bronkus (bronchopneumonia). Gejala khas seperti batuk biasanya disertai dahak, demam, nafas pendek, nyeri dada dan menggigil.




Batas napas cepat berdasarkan frekuensi pernapasan : bayi dibawah 2 bulan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, usia 2 bulan sampai 1 tahun sebanyak 50 kali per menit atau lebih dan 40 kali atau lebih per menit pada ank usia 1-5 tahun.

Pada kelompok usia ini dikenal juga Pneumonia sangat beratb dengan gejala batuk, kesukaran bernapas, tarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah disertai gejala sianosis sentral (kulit kebiruan karena Hb tereduksi berlebihan) dan tidak dapat minum.

Pneumonia umunya disebabkan oleh bakteri, fungi, parasit, virus atau mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus). Bakteri yang umum adalah E.Coli, Stresptococcus pneumonia, Staphulococcus aureus, klebsiella sp, Pseudomonas sp, virus misalnya virus influenza, adenovirus, Respiratory Syncytial Virus (RSV) (3 paragraf ini dikutip dari http://planetcsd.com/bronchopneumonia/)

Sebagai ibunda dari seorang survivor bayi yang terkena Broncopneumonia, Sri Rahayu menjadi cepat sekali berempati pada orang tua lain yang anaknya juga terkena penyakit Broncopneumonia. 

Hal ini dia ceritakan di blognya. Yaitu ketika dia sedang memeriksakan dirinya ke dokter guna pemeriksaan lanjutan akibat digigit tikus, di ruang UGD dia melihat seorang bayi yang digendong orang tua dan neneknya dengan gejala Broncopneumonia. Apa saja gejalanya?

Gejala Broncopneumonia.


Ada beberapa ciri anak yang menderita penyakit bronkopneumonia ini antara lain dapat dikenali dengan tanda serta gejala sebagai berikut (dikutip darihttp://portalkesehatanku.blogspot.co.id/2013/11/penyebab-tanda-gejala-bronkopneumonia.html) :

Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan contohnya adalah Nyeri pleuritik, Nafas dangkal dan mendengkur, Takipnea (Nafas Cepat)
Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi : Mengecil, kemudian menjadi hilang dan juga terdengar Krekels, ronkhi paru.
Gerakan dada tidak simetris.
Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium.
Diafoesis.
Anoreksia.
Malaise.
Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat.
Gelisah.
Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan.
Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati.

Di blog Diary Bundavian yang dimiliki oleh Sri Rahayu, Sri Rahayu menulis penanganan pada kasus Broncopneumonia sebagai berikut:



Pengalaman Sri Rahayu, Orang Tua Anak dengan Broncopneumonia:


Sri Rahayu bercerita, bahwa awalnya pada kehamilan keduanya ini, dia tidak menyangka sama sekali bahwa dia hamil. Ini akibat dari tidak berfungsinya alat kontrasepsi yang dia pergunakan. Ketidak siapan Sri Rahayu akan kehamilan keduanya saat itu karena kebetulan, anak pertamanya masih sangat kecil. Berusia kurang dari 2 tahun, sering sakit-sakitan dan kondisi perekonomian keluarganya yang belum terlalu mapan. Sri begitu khawatir kombinasi kesulitan  berumah tangga yang sedang dia alami ini akan berimbas pada kehidupan selanjutnya jika ada tambahan anggota keluarga baru.

Tapi, anak adalah rezeki. Hal ini segera disadari oleh Sri Rahayu. Itu sebabnya, perlahan dia mulai ikhlas dengan kehamilannya dan mulai menyayangi janin yang tumbuh di dalam perutnya tersebut. Meski tetap saja tidak bisa menepis kekhawatirannya karena tidak mampu berbuat adil pada anak pertamanya yang dirasakannya masih amat membutuhkan perhatian dan kasih sayangnya tersebut.

Akhirnya, anak keduanya pun lahir dengan selamat, alhamdulillah, melalui operasi Caesar karena bentuk pinggul Sri Rahayu yang sempit sehingga tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal.  Bayi yang putih, tampan, lucu dan mungil. 

Ketika tiba saatnya untuk pulang, Sri mulai merasa bahwa kulit bayinya terlihat kuning. Tapi, oleh suster yang mengantarnya pulang dia ditenangkan dengan kalimat, "tidak mengapa, itu biasa. Karena bayi belum mendapat sinar matahari. Nanti jemur saja dan beri asi yang banyak.". Demikian suster menenangkan hati Sri Rahayu.

Tapi, ternyata kian hari bayi Favian semakin kuning. Bukan itu saja, fesesnya pun mulai cair dan nafasnya sesak. Segera Sri Rahayu membawanya ke dokter dan anaknya langsung diopname. Bayi Favian mulai sering batuk dan nafasnya sesak. Hingga suatu hari tubuh bayi Favian membiru karena kekurangan oksigen. Dari hasil pemeriksaan, diketahui bahwa bayi Favian menderita Broncopneumonia.

Kisah haru Sri Rahayu dan bayinya Favian ini, bisa kalian baca di sini nih: http://www.istanabundavian.com/2013/09/anugrah-di-balik-derita.html. Bagaimana Sri berusaha kompromi dengan hatinya, kompromi dengan dirinya sendiri.

Ya. Karena, sejak mengidap Broncopneumonia, Favian memang memiliki kebutuhan khusus karena kondisi tubuhnya yang rentan menghadapi serbuan penyakit yang sering menimpa pertumbuhan seorang anak. Favian cepat sekali sakit jika terkena flu, atau tertular dari orang lain yang sedang sakit di dekatnya. Orang lain mungkin tidak cepat tertular tapi Favian cepat tertular. Akibat sering jatuh sakit, maka pertumbuhan dan perkembangan Favian pun terhambat. Itu sebabnya Favian masuk golongan anak dengan kebutuhan khusus. 

Ibu yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus adalah ibu yang luar biasa. Mereka terus-menerus ditempat dengan berbagai macam ujian di sekolah kehidupannya. Dan rasa ikhlas mereka dituntut agar bisa sejauh sepanjang jalanan yang ada di muka bumi. 

Meski demikian, bukan Sri Rahayu namanya jika di tengah semua cobaan hidup ini, dia tidak bisa mendulang prestasi. Dan inilah hebatnya blogger yang satu ini. Baru-baru ini, dia bahkan terpilih sebagai 5 besar tokoh inspiratif program OCBC NISP.



Jika kalian ingin mengenalnya lebih jauh, bisa kontak saja ya disini:

Facebook: https://www.facebook.com/sri.rahayu.sp
Karena dia jago masak, maka dia sering bagi-bagi resep di Dapus Sehat Bunda Sri (ada fanspagenya di facebook).




8 komentar

  1. Terima kasih mba Ade. Artikel yang sangat menarik dan lengkap

    BalasHapus
  2. Makasih sharenya, Mbak Ade. Saya baru tahu info ini. Saya pernah liat bayi kuning pas baru lahir. Kebanyakan oleh ortunya hanya dijemur. Btw semoga Favian selalu sehat, ya. Salut untuk ibunya, Mbak Sri Rahayu. Semoga selalu dikaruniai kesabaran seluas samudera.

    BalasHapus
  3. Mkasih mba, artikelnya bagus dan sangat bermanfaat buat semua orang terutama untuk seorang ibu seperti saya :)

    BalasHapus
  4. setuju, Mbak. Dulu, Keke pernah kuning. Hasil lab cuma lebih 0,01 aja sih. Dokternya menyarankan dirawat tapi saya sempat ragu. Saya pikir kalau cuma lebih dikit, dijemur juga cukup, lah. Padahal dokter sudah menjelaskan secara detil apa akibat kalau anak kuning tidak segera ditangani. Saya tetap bersikeras membawa Keke pulang.

    Ternyata hujan terus dan Keke semakin kuning. Langsung aja saya bawa lagi ke rumah sakit untuk dirawat. Untung segera ditangani. Alhamdulillah gak ada gejala lanjutan. Sejak itu saya mau santai lagi deh kalau bayi terkena kuning. Ngeri dampaknya.

    BalasHapus
  5. Fira sempat kuning, sewaktu Mbak Ade mengomentari kenapa hidung Fira warnanya merah. Itulah karena saya mengganggap bayi Fira mendapatkan air susu ibu yang cukup, ternyata kurang.

    BalasHapus
  6. Waduh, aku sediiiih baca ceritanya nih mbaaak..
    Muda-mudahan bunda Vian bisa selalu dikuatkan yaaaaah...

    Dan hebat banget karena masih bisa berprestasi, semangat terus yah mbak Sri :)

    Dan makasih juga buat mbak Ade karena udah share cerita ini :)

    BalasHapus
  7. Ya Allah sedih membayangkan saat mbak Sri Rahayu menjalani terapi anaknya. Semoga diberi kesabaran. Adikku juga pernah sakit yang membuat dia jd anak special need sampe sekarang. Perjuangan orangtuanya panjang.

    BalasHapus
  8. Memang tidak boleh dianggap enteng yaaa mba

    BalasHapus